51. Rusuh
Pagi itu, Harvey dan Sean tengah menikmati rutinitas mereka: sarapan bersama. Suasana di meja makan terasa tenang, hanya terdengar dentingan sendok dan mangkuk. Harvey sibuk dengan serealnya, sementara Sean menikmati sandwich sambil sesekali mencuri pandang ke arah tunangannya.
"Kenapa?" Harvey akhirnya membuka suara setelah merasa diperhatikan terus. "Muka gue jelek?"
"Iya," jawab Sean spontan, tanpa pikir panjang.
Seketika, Harvey menghentikan sendoknya di udara. Sedikit susu dari mangkuknya tumpah di atas meja, menandakan keterkejutannya. "Sumpah?" gumamnya, tak percaya jawaban seperti itu keluar dari mulut Sean.
Sean menghela napas, ekspresinya berubah serius. "Aku kesal," ujarnya sambil menatap Harvey. "Muka kamu jadi jelek karena bajingan itu." Ia jelas mengacu pada kejadian kemarin, saat Harvey menceritakan insiden yang membuat wajahnya terluka.
Kening Harvey berkerut. Kekesalan muncul, bukan karena Sean marah, melainkan karena dia merasa dinilai hanya dari penampilannya. Dalam pikirannya, bukankah di novel-novel romansa sang lelaki biasanya berkata bahwa gadisnya tetap cantik, tak peduli ada luka atau tidak?
"Muka kamu kenapa?" Sean bertanya lagi dengan nada bingung, kali ini tanpa sadar membuat suasana makin buruk.
Harvey tak menjawab. Ia hanya bangkit, membawa piring dan gelasnya ke dapur, lalu meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata. Sean memanggilnya beberapa kali, tapi ia memilih mengabaikannya dan berjalan keluar rumah menuju bangunan samping tempat teman-temannya berada.
Di sisi lain, di salah satu kamar yang dihuni empat gadis, suasana pagi tidak kalah riuh. Xiaoting dan Haruka tengah menginterogasi Fanya yang baru saja bangun dari tidurnya.
"Sejak kapan lo jadian sama cowok itu? Gue denger lo baru seminggu kenal! Lo dipaksa, kan?" Xiaoting bertanya dengan nada menuntut. "Cepetan bilang biar gue hajar tuh cowok kalau dia maksa lo!"
Haruka mengangguk setuju. "Gue tau itu cowok ganteng, tapi kalau lo dipaksa gue tetep nggak terima! Lo yang biasanya anti deket sama cowok selain mantan gebetan lo itu tiba-tiba punya pacar? Lo sus banget, Nya!"
Fanya yang baru saja membuka mata sepenuhnya, memijat pelipisnya. "Gue baru bangun, lo nggak kasihan apa?" keluhnya lelah.
"Nggak!" jawab Xiaoting dan Haruka serempak, sedangkan Thea hanya terkekeh melihat tingkah mereka.
"Udahlah, lo cerita aja," saran Thea mencoba memberi solusi.
"Ben—"
Perkataan Fanya terpotong tat kala pintu kamar tiba-tiba terbuka lebar. Harvey muncul dengan wajah masam, tapi saat melihat Fanya, ekspresinya berubah drastis. Kekhawatiran langsung tergambar di wajahnya.
"Fanya! Badan lo gimana? Masih sakit nggak?" tanya Harvey cepat, mengabaikan ketiga gadis lain yang memandang heran.
"Harvey!" seru Haruka membuat semua orang terkejut. Ia langsung mendekati Harvey, menggoyang-goyangkan bahunya. "Lo kok nggak cerita sih kalau udah tunangan sama Kak Arsean?!"
"Hah?" Fanya terkejut mendengar ucapan itu. "Lo ngomong apa, Ka?"
"Fanyaaa." Haruka merajuk, menatap Fanya ingin mengadu. "Harvey udah tunangan tau sama Kak Arsean Vicenzo!"
![](https://img.wattpad.com/cover/323463816-288-k188855.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Figuran? | END
Подростковая литература⚠️ Warning 18+ Grace Aradina Diandra, seorang mahasiswa biasa, tiba-tiba terjebak dalam dunia novel dan menjadi figuran yang hanya disebut-sebut untuk melengkapi cerita. Di dunia baru ini, ia menempati tubuh seorang gadis bernama, yang sepertinya d...