41. Hari yang Tenang
Pukul setengah tujuh pagi, Harvey sudah siap dengan seragam sekolahnya dan sedang duduk di meja rias untuk memoles wajahnya menggunakan bedak guna menutupi lingkaran hitam di bawah matanya dan juga memberi pewarna pada bibirnya.
"Morning," sapa Harvey lesu saat pintu terbuka dan mengetahui dari cermin bahwa yang masuk adalah Sean walaupun ia tau jika seseorang yang langsung masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu pasti Sean.
"Morning too, baby. What’s wrong?" tanya Sean sembari menghampiri Harvey saat mendengar sapaan lesu dari gadis cantiknya.
"Kamu begadang lagi, hm?" lanjutnya ketika mengetahui ada lingkaran hitam samar di bawah mata Harvey.
"Iya, tapi gue puas karena tau kalau tebakan gue gak salah," balas Harvey sembari memutar kursinya untuk menghadap Sean.
"Beautiful," puji Sean ketika melihat muka gadisnya.
"Thanks," jawab Harvey dengan menyenderkan tubuhnya di kursi.
"Gue males sekolah, deh," lanjut Harvey dengan suaranya yang lesu.
Sean tak menjawab melainkan meraih dagu Harvey lalu mendekatkan mukanya. Harvey hanya diam, sejujurnya ia tahu jika hari ini adalah hari Senin. Hari di mana Harvey akan mendapatkan ingatan tentang dirinya dan juga Sean.
Sean tersenyum tipis dan mulai melancarkan aksinya dengan melumat bibir Harvey lembut hingga lidahnya mulai membelit dengan lidah Harvey. Mereka berdua saling menyesap dan melumat satu sama lain, dari tempo pelan ke yang cepat. Harvey yang tadinya lesu tiba-tiba menjadi bersemangat, tangannya melingkar indah di leher sang tunangan.
Sean sendiri menekan tengkuk Harvey sehingga ciuman keduanya menjadi sangat intens. Lenguhan tipis terdengar dari bibir indah gadisnya membuat Sean menjadi bersemangat juga.
Entah berapa menit mereka melalukan hal tersebut hingga ketukan pada pintu dan suara memanggil Thea terdengar membuat mereka berdua melepaskan diri untuk meraup banyak oksigen.
"Sabar! Gue baru selesai!" teriak Harvey kepada Thea.
"Gue tunggu di mobil!" balas Thea dengan teriak juga.
Harvey terkekeh ketika melihat bibir Sean terdapat noda dari liptintnya. Kemudian, Harvey mengambil tisu dan membersihkan noda tersebut.
"Malam ini kamu bakalan mimpi indah," ucap Sean sembari merapikan rambut gadisnya yang berantakan.
"I know," balas Harvey sembari tersenyum.
Akhirnya, Harvey berdiri untuk mengambil tas lalu berjalan keluar kamar diikuti Sean yang langsung merangkul Harvey.
***
"Kantin, gue laper belum sarapan," ajak Harvey ketika semua membubarkan diri karena upacara telah usai.
"Ayo, gue juga belum sarapan tadi," ucap Haruka menyetujui.
"Begadang lagi lo?" selidik Fanya kepada Haruka.
"Keterusan hehe," cengir Haruka membuat mereka berempat mendengus karena tau jika Haruka begadang pasti maraton drakor atau anime.
"Kemarin gimana?" tanya Xiaoting ketika teringat bahwa kemarin hari Minggu.
"Kacau," jawab Thea sembari mengepalkan tangannya ketika mengingat kejadian itu.
"Kenapa? Bukannya lo sama Harvey udah nunggu-nunggu banget hari kemarin?" heran Fanya.
"Semuanya karna tuh hama," desis Thea menunjuk Ayanna yang tengah bercanda gurau di pojokan kantin bersama Inti Lion Cave.
"Hah?! Kok bisa?!" tanya Xiaoting heboh.
Mereka berlima sekarang berjarak cukup jauh dan tidak lagi berada di samping Inti Lion Cave. Membuat mereka bisa bergosip dengan bebas.
Thea pun menceritakan kejadian kemarin.
"Bangsat tuh cewek! Gak pernah liat sikon, pengen banget gue injek," geram Fanya sembari menatap tajam Ayanna.
Harvey menghela napas sembari menumpu dagunya menggunakan tangan kanan. "Biarin seneng aja dulu, kalau udah sampe tinggi tinggal gue jatuhin."
"Lo diem-diem menghanyutkan," ucap Xiaoting merinding sekilas.
"Namanya main cantik," balas Harvey tersenyum miring.
"Apa, sih? Kok gue gak paham?" tanya Haruka bingung.
"Lo diem aja udah cukup," jawab Fanya.
"Ihh, 'kan gue juga mau tau!" kesal Haruka dengan memajukan bibirnya.
Thea terkekeh. "Cabut, yuk! Udah mau bel."
Mereka berlima pun akhirnya meninggalkan kantin, sedangkan kini Inti Lion Cave.
"Kamu ngapain di sana?" tanya Erlang kepada kekasihnya, Ayanna.
"Kamu 'kan sibuk, aku bosen dirumah. Akhirnya, aku jalan-jalan sendirian, terus waktu itu gak sengaja liat Ibu-Ibu yang jatuhin dompet. Eh, taunya itu Mommynya Kevan, terus aku diajak gabung, padahal aku udah nolak, tapi tetep dipaksa, yaudah karna aku gak enakan orangnya jadinya iya aja," jelas Ayanna dengan rautnya yang polos.
"Lo kok mau-mau aja, sih? Ada dua temen mak lampir di situ, dia gak macem-macemin lo 'kan?" tanya Deri kepo.
Ayanna menggelengkan kepalanya. "Enggak, 'kan ada Kevan. Harvey sama Thea baik kok, gak jahat."
"Iya, cewek lo aman," ucap Kevan ketika sadar Erlang menatapnya.
"Gak usah liatin Kevan segitunya," tegur Ayanna dengan menutupi mata Erlang.
Erlang terkekeh pelan lalu menggenggam tangan Ayanna yang berada di matanya untuk menurunkan tangan kekasihnya itu.
"Gue cuma khawatir," ungkap Erlang.
Ayanna tersenyum menatap Erlang lalu mengangguk dan berucap, "Makasih."
"Bisa-bisanya lo anggep mereka baik," celetuk Jose.
Jujur saja, Kevan sedari tadi menahan amarah dengan mengepalkan tangannya di bawah. Mau gimanapun, Harvey adalah adik kesayangannya dan teman-temannya seharusnya tau itu. Akan tetapi, lagi-lagi Kevan menulikan pendengarannya supaya emosinya tidak meledak dan menyebabkan kekacauan.
"Congor lo!" tegur Raka kepada Jose.
"Apa?" sengit Jose dibalas dengusan oleh Raka karena ia tak mau berdebat untuk hal yang tidak penting.
"Emang baik kok! Kakak gak boleh gitu, ish. Aku harap, aku bisa temenan sama mereka. Tapi, kayaknya susah," ucap Ayanna dengan raut muka yang murung sembari menatap kepergian Harvey dan para sahabatnya.
"'Kan ada kita, lo gak suka main bareng kita?" sedih Digo membuat Ayanna panik.
"Eh-eh, bukan gitu! Bukan! Aku suka main sama kalian, cuma aku pengen aja gitu punya temen cewek," jelas Ayanna.
"Bener, lo gak punya temen cewek, ya?" tanya Raka membuat empat dari mereka menatap tajam.
Ayanna menunduk. "Iya, aku murid baru di sini, terus selama ini aku selalu main sama kalian."
Erlang mengusap kepala kekasihnya dengan lembut. "It's okay, ada aku di sini sama yang lainnya. Kalau kamu mau kemana nanti aku anterin selama aku gak sibuk atau kalau aku sibuk kamu boleh ajak mereka main. Temen aku sekarang temen kamu juga."
Penjelasan Erlang membuat mereka terkejut sedikit karena mendengar Erlang berkata panjang dan itu ditujukan oleh kekasih tercintanya.
Ayanna mendongakkan kepalanya lalu tersenyum sampai matanya menyipit. "Terima kasih semua!"
Semuanya pun tersenyum teduh dam seperti biasa kecuali Raka yang tersenyum tak ikhlas serta Kevan yang tersenyum tipis, itu pun terpaksa.
♡♡♡
YUHUUUU MET MALMING YEAHHThank you for reading this page ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Figuran? | END
Novela Juvenil⚠️ Warning 18+ | in revision Grace Aradina Diandra adalah seorang mahasiswa yang mengalami transmigrasi ke dalam dunia novel dan menjadi seorang figuran yang namanya hanya disebutkan untuk menjadi pelengkap cerita. Figuran yang menyebalkan dan membu...