Page Thirty Two

19.2K 1.2K 21
                                    

32. What’s wrong with Ayanna?

Bel istirahat baru saja berbunyi, Harvey dan keempat sahabatnya sedang berjalan menuju kafe dengan posisi seperti biasanya, yaitu Harvey dan Haruka di belakang dan lainnya berada di depan dengan posisi Fanya di samping kanan, Thea di tengah, Xiaoting di kiri. Harvey pun menatap sekitar karena merasa bosan, sedangkan Haruka mendengarkan lagu menggunakan earphonenya.

Sret! Harvey menarik pinggang Fanya.

Brukk! Suara jatuh pun terdengar. Seketika Thea dan Xiaoting menghentikkan tawanya.

Fanya yang tersadar berdiri dengan tegak karena tadi ia bertumpu pada pundak Haruka sebab tarikan Harvey membuat Haruka juga terkejut dan mereka berdua tadi mematung bersamaan.

"Lo!" geram Fanya ketika melihat siapa orang yang jatuh itu.

Bahu Ayanna mulai bergetar karena makanan atau bekal yang ia buat untuk Erlang berceceran di lantai.

"Gue belum apa-apain lo, gak usah nangis!" marah Fanya menatap Ayanna yang terduduk itu dengan tatapan kesal.

"Bersihin, tuh. Gue gak mau bantuin lo, najis banget," lanjut Fanya memasang wajah sinis.

Xiaoting tertawa kecil. "Makanya jalan itu pake mata!"

"Untung baju gue gak kena, banyak tingkah banget lo! Udah bagus gue gak recokin lo lagi," ketus Fanya.

"Cabut, Nya," ucap Harvey karena malas meladeni Ayanna.

"Ayo, muak gue liat dia! Awas aja lo ngadu yang enggak-enggak ke Er—"

"Queen!" teriakan yang terdengar keras membuat ucapan Fanya terpotong karena suasana memang hening gara-gara kejadian tadi.

"Sebulan lo diem ternyata sifat lo masih sama aja," sinis Deri saat sudah sampai di samping Ayanna dan membantu Ayanna membereskan kekacauan itu.

"Hiks ... be-bekal buat Kak Erlang, hiks ... hancur, hiks," isak tangis Ayanna membuat kelima gadis itu terperangah.

"Lo diapain sama dia?" tanya Jose menatap Ayanna yang sedang dibantu berdiri oleh Erlang.

Bukannya menjawab Ayanna malah semakin menangis dipelukan Erlang.

"Jawab! Kalau lo gak jawab, gue jadi difitnah!" bentak Fanya membuat Ayanna semakin memeluk Erlang erat.

"Lo gak usah bentak bisa?" desis Erlang menatap Fanya tajam.

"Gue emang gak salah! Cewek lo yang jatuh sendiri!" jawab Fanya menahan kesal.

"Gak usah ngeles lo! Mana ada maling ngaku," sahut Digo.

"Gue aja ditarik sama Harvey, untung baju gue gak kotor," jawab Fanya sembari menepuk bajunya.

"Emang bener sifat orang kayak lo itu bakalan tetep ada walaupun lo diem selama ini," cetus Deri.

"Maksud lo apa?!" tanya Fanya marah sembari mendorong bahu Deri.

Saat Deri akan mendorong kembali Fanya, tangan Deri di tepis oleh Thea.

"Jauhin tangan kotor lo," ketus Thea.

"Gak usah diladenin, percuma lo ngomong sama mereka," lanjut Thea sembari menarik lengan Fanya menjauh dari Inti Lion Cave dan juga Ayanna.

Xiaoting memberikan jari tengahnya sembari berjalan menyusul Fanya. Harvey hanya menatap tak minat serta Haruka yang menatap sinis dan mereka berdua pun ikut menyusul Fanya.

"Bener 'kan omongan gue? Gak mungkin mak lampir diem aja liat lo bareng Queen. Gue yakin itu cewek lagi siapin strategi liciknya," ucap Deri dengan percaya diri.

Emang iya?, batin Erlang merasa bingung.

"Hiks, bekal aku, hiks," isak Ayanna membuat Erlang menguasap air mata Ayanna setelah melepas pelukan.

"Gapapa, besok bisa bikin lagi. Yang penting kamu baik-baik aja," ucap Erlang menatap Ayanna lembut.

"Tapi ...," balas Ayanna menatap Erlang berkaca-kaca.

"Bekal bisa lo buat lagi, asal lo gak di apa-apain sama itu cewek kita udah lega," sahut Jose memberi penjelasan.

"Ganti baju lo dulu, Queen. Terus kita makan bareng, gimana?" tawar Digo.

Ayanna hanya mengangguk lalu mereka pun berjalan menuju toilet, kecuali Raka dan Kevan yang disuruh untuk membeli seragam di koperasi. Pikir mereka berdua, lebih baik membeli seragam daripada mengikuti mereka berempat yang pasti akan berbicara hal jelek tentang circle Fanya, apalagi Harvey termasuk di dalamnya. Karena itu, Kevan nantinya akan emosi dan berujung menonjok teman-temannya, sedangkan Raka yang malas jika harus mendengar ucapan temannya yang menjelek-jelekkan circle Fanya mengingat crush Raka berada di dalam circle Fanya meskipun tak ada seorang pun yang tau.

***

"Gila tuh cewek," gerutu Fanya setelah duduk di kursi kafe.

"Btw, thanks, Vey. Kalau lo gak narik gue, pasti seragam gue bakal kotor," lanjut Fanya dibalas anggukan oleh Harvey.

Tadi Harvey memang melihat ada sepasang sepatu yang seperti menunggu di belokan lorong yang sepi. Saat melihat Fanya akan berbelok, seseorang itu mulai berjalan dan akan menjatuhkan dirinya kepada Fanya yang tengah tertawa. Harvey pun dengan cepat menarik pinggang Fanya sehingga seseorang itu atau Ayanna jatuh sendiri. Fanya juga tidak bisa membela karena tidak ada seorang pun kecuali circle Fanya yang berada di lorong tersebut sebab semua siswa sudah berada di kantin ataupun ruangan lain.

"Biarin aja, lo mau pesen apa?" tanya Xiaoting yang sedang berdiri akan bersiap memesan ke kasir.

Setelahnya, mereka semua memesan dessert dan minuman lalu menunggu hingga dessert serta minuman yang mereka pesan datang.

"Kenapa, sih, kita di kasih jadwal olahraga siang-siang?" gerutu Fanya memikirkan setelah ini jadwal mapel selanjutnya adalah olahraga.

"Lo tiap mau mapel olahraga ngeluh terus," balas Thea merasa bosan dengan keluhan Fanya.

"Kalau jadwalnya di pindah pagi hari atau gak barengan kelas dua makhluk itu, gue gak bakal ngeluh, mana basket favorit gue," ucap Fanya sembari meminum jusnya.

Fakta yang terungkap lagi ialah bahwa Fanya menyukai jenis olahraga basket, bahkan jika mau, Fanya bisa saja masuk ekstrakulikuler basket. Akan tetapi, Fanya tidak masuk karena dari awal MOS dirinya sudah fokus mengejar Erlang. Akhirnya, Fanya hanya akan bermain di halaman mansionnya. Terkadang ia bermain dengan Papanya atau sepupu atau pelatihnya. Iya, saking sukanya dengan basket, Fanya sampai memanggil seorang pelatih.

"Emang mapel nanti basket?" tanya Haruka yang sedari tadi menyimak.

Xiaoting mengangguk. "Makanya waktu kemarin dikasih tau itu didengerin, bukannya nonton live oppa-oppa lo!"

Haruka merengut kesal. "Yaudah, sih."

"Cabut, udah mau bel. Mending ganti baju dulu," ajak Harvey dan disetujui oleh mereka semua.

Setelah itu, mereka berlima mengganti pakaian menjadi seragam khusus olahraga dan saat bel berbunyi semua murid di kelasnya berbondong-bondong berjalan ke arah lapangan outdoor karena lapangan indoor telah dipakai untuk siswa dari kelas lain.

♡♡♡





HUAAA MAAFKAN KALO KURANG GREGETT T____T

btw aku suka deh bacain kalian komen huhu, jadi nambah semangat bgtttt. makasih yaaa!

and makasih juga yang udah vote dan baca sampe page inii [mrsa trharu]

selamat malming yaa!

see di next page <3

Gue Figuran? | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang