53. Saturdate with Sean
Hari Senin terlewati begitu saja, begitupun dengan hari Selasa hingga Jumat. Harvey beserta sahabatnya selama empat hari selalu berada di dalam mansionnya. Menghabiskan waktu untuk belajar bersama guna mempersiapkan ujian.
Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, mereka sepakat bahwa weekend adalah hari mereka berempat beristirahat dari belajar dan boleh keluar mansion untuk bermain sepuasnya. Luka pada tubuh mereka juga telah sembuh, tetapi masih ada luka samar jika dilihat dari dekat.
Pada saat ini, Harvey sudah memutuskan untuk pergi menuju sebuah pameran, sedangkan keempat sahabat lainnya juga pergi menghabiskan waktu mereka sendiri alias me time atau ada juga yang sedang melakukan kencan bersama sang kekasih.
Sudah terhitung dua jam lebih Harvey menghabiskan waktunya untuk melihat sebuah pameran dan sekarang, Harvey sedang berdiri di tepi jalan untuk menunggu jemputan alias kekasihnya untuk datang menjemput dirinya.
Latihan minggu kemarin dan minggu ini ditiadakan mengingat luka yang terdapat pada tubuhnya dan juga Thea. Pada saat Harvey izin untuk libur terlebih dahulu, Sean memperbolehkan, pastinya.
Memilih mengambil ponsel dalam tas yang bergelantung di tangan kanannya lalu membuka aplikasi game untuk menghapus rasa bosan. Menunggu selama enam menit hingga akhirnya ...
Sret!
Tasnya raib begitu saja di depan matanya. Harvey tak mengejar, dirinya justru tersenyum sinis dibalik mukanya yang datar. Dengan piawai Harvey memasang ekspresi sedih guna mendapatkan keprihatinan dari beberapa orang yang berada di sekitarnya.
"Yang sabar ya, Mbak."
"Mbaknya kayaknya masih kaget, mau bantu saya laporin polisi aja?"
"Lain kali lihat sekitar, Mbak. Jaman sekarang emang ngeri, copet ada di mana-mana. Makanya saya pakai tas selempang kayak begini atau kalau pakai tas kayak Mbaknya selalu saya pegang erat-erat biar gak kecopetan," curhatnya menatap Harvey sedih.
"Kalau bisa Mbaknya ke polisi aja buat selidiki kalau masih punya uang atau bisa cek CCTV aja Mbak, itu ada CCTV jalanan." Wanita itu menunjuk CCTV yang aslinya memang sudah diketahui oleh Harvey.
Harvey menggelengkan kepalanya lalu tersenyum. "Terima kasih atas bantuannya, nanti akan saya coba buat cari pelakunya. Saya permisi, tunangan saya sudah menjemput di sana."
Harvey berpamitan dengan tersenyum lalu berjalan anggun ke arah mobil yang terparkir di ujung seolah dirinya tidak mengalami kejadian tadi.
Dakk! Suara pintu mobil tertutup mengalihkan atensi Sean dari ponselnya.
Tersenyum senang menatap Harvey yang sedang menggunakan seatbelt.
"Yang lain udah berhasil kejar, barang kamu aman di anak buah saya," ucap Sean begitu Harvey telah memasang seatbelt.
Harvey tersenyum manis lalu mengecup bibir tunangannya. "I owe you a lot, sayang."
(Aku berhutang padamu)
Semburat merah menjalar dari pipi hingga kuping Sean. Berdeham guna menetralisirkan perasaan berdebarnya yang menggila, Sean menatap ke depan untuk menjalankan mobilnya.
"Hm, sudah kewajiban saya untuk membantu kamu, Grace," balas Sean seperti tidak gugup padahal di dalam dirinya, jantungnya berdetak sangat gila.
Harvey terkekeh karena Sean terlihat menggemaskan saat ini. Mengambil tangan kiri Sean yang menganggur untuk bergandengan tangan dan menyandarkan kepalanya pada bahu Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Figuran? | END
Novela Juvenil⚠️ Warning 18+ | in revision Grace Aradina Diandra adalah seorang mahasiswa yang mengalami transmigrasi ke dalam dunia novel dan menjadi seorang figuran yang namanya hanya disebutkan untuk menjadi pelengkap cerita. Figuran yang menyebalkan dan membu...