04. Move
Suasana di ruang keluarga kembali hidup setelah makan malam bersama, meskipun ada kekosongan di hati mereka karena Kevan yang tidak bisa hadir. Harvey yang sudah meminta maaf atas segala kesalahannya merasa lega karena keluarganya menerima permintaan maafnya dan mereka memutuskan untuk membuka lembaran baru.
Malam ini, Regas dan Harvey asyik bermain PlayStation, dan suasana penuh canda tawa mereka menghangatkan ruangan.
"Sesekali lo ngalah, Vey. Gak kasian sama gue daritadi kalah mulu?" pinta Regas dengan wajah cemberut, matanya menatap layar televisi.
Harvey terkekeh. "Berarti lo emang cupu, masa gitu aja gak bisa!"
"Salah lo yang terlalu jago, bukan gue," elak Regas, mencoba membela diri.
"Salah lo lah, enak aja salahin gue!" jawab Harvey sedikit tersinggung.
"Udah, salah Daddy biar adil," celetuk Reno sambil melirik ke arah mereka, mencoba menengahi.
Regas mendengus kesal dan Harvey serta Della hanya tertawa melihat kelakuan Regas yang kesal itu.
Tiba-tiba, Harvey menghentikan permainan dan menatap keluarganya dengan serius. "Oh, iya, Avey mau pindah sekolah bareng Kevan, boleh?" tanyanya, membuat suasana yang tadinya riuh mendadak sunyi.
Reno yang duduk di sebelah Della berdeham, menatap Harvey dengan serius. "Kenapa? Kamu mau nakal lagi?" tanya Reno curiga.
Harvey langsung menggeleng, mencoba meyakinkan mereka. "Gak, Avey udah janji gak bakalan nakal lagi. Avey mau sekolah bareng Kevan soalnya kasian Kevan sendirian di sana. Avey mau kita bareng-bareng sama Kevan lagi."
Della yang mendengarnya tersenyum haru, tapi masih terlihat sedikit khawatir. "Mommy masih takut kalau kamu nanti nakal lagi," kata Della merasa cemas.
"No, Mom. Trust me, Avey gak bakalan bully or do something yang bikin anak orang rugi, kecuali kalau mereka yang ngajak Avey buat baku hantam duluan. Avey gak bisa kalau diem aja, soalnya Avey masih ada harga diri," jelas Harvey berusaha meyakinkan ibunya.
"Are you sure? Kalau lo lakuin bullying atau ngelakuin hal yang salah, like clubbing or drink alcohol, lo harus siap nerima hukuman dari kami, tau kan?" ancam Regas dengan nada serius dan Harvey hanya mengangguk tanda setuju.
"Jadi, Avey boleh sekolah bareng Kevan?" tanya Harvey memastikan.
Reno menghela napas, lalu menganggukkan kepalanya. "Fine, nanti buat kepindahan kamu biar Daddy urus. Mungkin lusa kita udah bisa mulai pindah."
"Yeay, thank you, Dad!" seru Harvey sambil memeluk Reno dengan erat, merasa bahagia.
Della menambahkan dengan nada penuh canda, "Jangan lupa kasih tau Thea. Nanti kalau kamu tiba-tiba hilang dan gak pamit, Mommy yakin Thea bakalan nangis tujuh hari tujuh malam."
"Sure, kayaknya Thea juga ikut sekolah bareng Avey. Daddy mendingan siapin juga buat Thea, deh. Itu anak pasti rewel kalau gak bareng Avey," pinta Harvey dan Reno mengangguk setuju.
"Lo sama Thea udah kayak anak kembar, apa-apa bareng," sindir Regas, membuat Harvey tersenyum dan membela diri.
"Not me. Thea aja yang suka ngintilin Avey," jawab Harvey sambil tertawa.
"Udah, mending kalian tidur. Udah jam segini, yuk," kata Della menyuruh anak-anaknya untuk istirahat.
Mereka pun beranjak menuju kamar masing-masing, siap untuk beristirahat dan memulai hari esok dengan semangat yang baru. Harvey merasa tenang, tahu bahwa ia memiliki kesempatan kedua untuk memperbaiki segalanya dan menjalani hidup dengan lebih baik bersama keluarga dan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Figuran? | END
Teen Fiction⚠️ Warning 18+ | in revision Grace Aradina Diandra adalah seorang mahasiswa yang mengalami transmigrasi ke dalam dunia novel dan menjadi seorang figuran yang namanya hanya disebutkan untuk menjadi pelengkap cerita. Figuran yang menyebalkan dan membu...