13. Past
Sekumpulan awan beriringan menutupi matahari, membuat suhu udara terasa nyaman—cocok sekali untuk keluar rumah. Memanfaatkan cuaca ini, Harvey dan Thea memutuskan untuk pergi berbelanja. Harvey memang butuh tambahan pakaian karena koleksinya sedikit dan sederhana. Sementara itu, Thea yang gemar berbelanja tak mau ketinggalan ikut memilih-milih.
"Bagus ini atau ini?" tanya Thea sambil menunjukkan dua dress yang motifnya hanya berbeda sedikit.
"Kiri," jawab Harvey singkat tanpa menoleh, sibuk memilih pakaian untuk dirinya sendiri.
Thea mengerucutkan bibir. "Lihat duluu, Avey," rengek Thea menggoyangkan lengan Harvey.
"Beli aja dua-duanya," saran Harvey yang masih asyik memeriksa rak pakaian.
Thea mendecak, pura-pura merajuk. "Ck, yaudah."
Sikap Harvey yang cuek hanya membuat Thea semakin gemas, sementara Harvey tampak tak terlalu peduli dan mulai menyerahkan beberapa pakaian yang dipilihnya ke tangan bodyguard yang ikut menemani.
"Gue udah, lo udah belum?" tanya Harvey setelah menumpuk pakaiannya.
"Belummm. Avey, bagus yang kiri atau kanan?" Thea langsung memanfaatkan perhatian Harvey yang sebentar itu.
Harvey mengernyitkan dahi. "Kanan, warnanya cocok buat lo."
Thea tersenyum senang, tetapi akhirnya justru memilih yang kiri.
Harvey melotot tak percaya. "Percuma gue jawab. Lain kali gak gue jawab lagi."
"Eh, jangan gitu dong! Itu tadi yang kanan ada noda kecil, makanya gue pilih yang kiri," bisik Thea cepat, seolah menyimpan rahasia kecil.
Harvey hanya mendengus sambil menggeleng. "Ayo, bayar aja, gue udah pengen pulang."
Setelah mereka menyelesaikan pembayaran, keduanya pun segera menuju ke luar, mengikuti keinginan Harvey untuk segera pulang. Namun, dalam perjalanan pulang, pandangan Harvey tak sengaja tertuju pada seseorang yang tampak keluar dari sebuah gedung perusahaan besar—seseorang yang dikenalnya.
"Pak, berhenti!" seru Harvey dan sopir segera menepikan mobilnya.
"Kenapa?" tanya Thea, kebingungan.
"Lo pulang dulu atau terserah mau kemana, tapi kalau Kevan nanya, bilang aja gue lagi pengen sendiri atau kasih alasan biar dia nggak curiga," ujar Harvey. "Pak, begitu saya keluar, langsung jalan. Kalau Thea mau mampir kemana pun, turutin aja."
Begitu mobil kembali berjalan menjauh, Harvey langsung berlari mengejar sosok yang baru saja dilihatnya.
"Sean!" teriak Harvey dari kejauhan saat orang tersebut hendak masuk mobil.
Arsean—atau Sean, yang dikenali Harvey dari kejauhan—menghentikan langkahnya saat mendengar suara yang familiar itu.
"Don't touch her," ujar Sean memperingatkan para bodyguard yang sempat hendak menghadang Harvey.
"Gue ikut lo. Gue mau denger cerita lo tentang kita," pinta Harvey begitu ia sampai di hadapan Sean dengan napas tersengal-sengal.
Sean tersenyum tipis dan mengusap keringat Harvey dengan sapu tangan. Harvey yang kaget hanya bisa menatapnya sambil berkata pelan, "Thanks."
Sean mengangguk kecil. "Masuk, Grace."
Panggilan itu membuat Harvey tersentak. Setelah mengumpulkan kesadarannya, ia pun masuk ke mobil dan duduk di kursi penumpang tengah. Sean menyusul dan duduk di sampingnya, sementara sopir mulai menjalankan mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Figuran? | END
Fiksi Remaja⚠️ Warning 18+ | in revision Grace Aradina Diandra adalah seorang mahasiswa yang mengalami transmigrasi ke dalam dunia novel dan menjadi seorang figuran yang namanya hanya disebutkan untuk menjadi pelengkap cerita. Figuran yang menyebalkan dan membu...