Page Thirty Five - Six

22.9K 1.3K 8
                                    

35-36. Harmonis.

Harvey terbangun dengan napas tersengal, air mata tak berhenti mengalir di wajahnya. Ia baru saja menerima semua ingatan aslinya—setiap detail kehidupan yang selama ini terhapus dari memorinya. Namun, yang paling menusuk hati adalah kenyataan bahwa keluarga Davies dan Thea selalu mencintainya tanpa syarat. Mereka menyayangi dirinya, bahkan ketika ia melakukan kesalahan. Senyum dan maaf selalu menjadi jawaban mereka.

Harvey tidak mengerti. Mengapa mereka melakukan semua itu hanya demi dirinya? Apa yang membuatnya pantas menerima cinta sebesar itu? Pikirannya kacau, dihantui rasa bersalah. Saat mengingat perilaku jiwa Grace yang memperlakukan keluarganya dan Thea dengan buruk, ia merasa mual. Ia berpikir, jika pertukaran jiwa itu tidak pernah terjadi, mungkin ia sendiri akan mengambil jalan yang sama dengan Grace—jalan penuh keegoisan dan kekacauan.

Dengan hati yang berat, Harvey bangkit dari tempat tidur. Ia tidak bisa lagi tinggal sendirian dengan pikiran-pikiran itu. Langkah kakinya membawanya keluar dari kamar, air mata masih mengalir di pipinya. Beberapa pelayan yang ia lewati hanya bisa menatap dengan heran, tetapi tidak berani bertanya.

Harvey akhirnya sampai di ruang keluarga. Suara tawa dan canda terdengar jelas dari sana. Ia berdiri di ambang pintu, matanya menangkap pemandangan yang begitu menghangatkan hati—Reno, Della, Regas, Kevan, dan Thea duduk bersama, tertawa ringan sambil bercanda. Akan tetpi, pemandangan itu justru memicu emosi yang sudah ia tahan sejak tadi. Isakan tangisnya kembali pecah, lebih keras kali ini.

Tangisan Harvey mengejutkan mereka semua. Suasana mendadak hening. Lima pasang mata langsung tertuju ke arah Harvey yang berdiri dengan tubuh bergetar, air mata mengalir deras di wajahnya.

Harvey melangkah maju perlahan, isakannya menggema di ruangan itu. Tanpa berkata apa-apa, ia merentangkan kedua tangannya dan memeluk Della erat-erat. Di mata Harvey, Della adalah sosok yang paling sabar, yang tak pernah lelah menghadapi sikap buruknya.

"Kamu kenapa, sayang? Mimpi buruk?" tanya Della dengan lembut, tangannya mengusap punggung Harvey untuk menenangkannya.

Harvey hanya menggeleng, tidak mampu berkata apa-apa. Ia melepaskan pelukan itu perlahan, lalu menatap semua orang yang ada di ruangan itu—Reno, Regas, Kevan, dan Thea. Suaranya terdengar serak ketika ia akhirnya berbicara. "Avey mau dipeluk kalian semua."

Kata-kata Harvey membuat mereka tertegun. Harvey jarang sekali menunjukkan sisi manja seperti ini sejak kehilangan ingatannya. Namun tanpa ragu, mereka semua mendekat. Reno, Regas, Kevan, dan Thea bergabung bersama Della, memeluk Harvey dalam kehangatan yang membuat Harvey menangis lebih keras.

Sambil terisak, Harvey berulang kali mengucapkan, "Terima kasih... maaf... maaf..." Kata-kata itu keluar dengan tulus, membuat mereka terharu. Mereka hanya menjawab dengan anggukan atau gumaman lembut, membiarkan Harvey meluapkan semua emosinya.

Setelah hampir setengah jam, akhirnya mereka melepaskan pelukan itu. Wajah Harvey memerah karena menangis, membuat mereka tersenyum gemas.

"Kamu kenapa, hm?" Kevan bertanya, mencoba memecah keheningan.

Harvey menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab. "Avey barusan dapat semua memori dari kecil sampai sekarang. Jadi, Avey sedih... terus merasa bersalah sama kalian. Avey nakal, banyak bikin kalian kerepotan." Suaranya bergetar, tapi penuh kejujuran.

Mendengar pengakuan itu, Della tidak bisa lagi menahan air matanya. "Akhirnya..." ucapnya sambil terisak merasa lega dan terharu.

Thea selalu berusaha mencari tahu lebih banyak tentang Harvey melalui Della. Dari cerita-cerita Della, Thea akhirnya mengerti satu hal: setiap kali Harvey mabuk, sifatnya berubah 180 derajat. Alasan Thea ingin berteman dengan Harvey sederhana—meski kesan pertama Harvey adalah sombong, galak, atau ketus, Thea tahu Harvey sebenarnya adalah seseorang yang baik hati. Tidak seperti orang lain, Harvey tidak pernah mencoba memanfaatkan Thea ketika mengetahui siapa Thea sebenarnya.

Gue Figuran? | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang