Page Fourty Four

16.9K 1.1K 13
                                    

44. Penyebaran

Tak! Bunyi mobil tertutup dan menampakkan sang tunangan dengan muka yang masam membuat Sean mengernyitkan dahinya heran. Memilih menatap Thea yang ia tebak memiliki mood yang sama kacaunya dengan gadis di samping kirinya.

Cup! Kecupan pada pipi kanan ia berikan seperti biasanya.

"Hey, what's wrong?" tanya Sean lembut dengan menatap dan membelai pipi Harvey mengabaikan bahwa ada dua manusia di depannya.

Bukannya menjawab, Harvey memilih memejamkan matanya dan menikmati usapan pada pipinya. Membuka matanya kembali untuk menatap Sean yang masih dengan posisinya, yaitu dengan tubuh yang mepet dengannya lalu wajahnya yang tepat berada di depannya.

Harvey tersenyum miring dalam batinnya, ia mendekat lalu menempelkan bibirnya ke bibir lelakinya. Bisa dilihat raut muka Sean yang terkejut membuat Harvey melupakan kejadian tadi dan lanjut menjahili Sean.

Harvey melumat bibir Sean dengan sangat pelan supaya dua manusia di depan tidak mengetahui apa yang sedang dilakukannya. Sean tersadar dan ikut melumat pelan. Harvey dengan iseng melepas lumatan itu dengan mendorong Sean untuk menjauh.

"Panas," alibi Harvey membuat Sean terkekeh.

"So naughty," bisik rendah Sean membuat Harvey merinding sedikit.

"Lo udah ada rencana 'kan, Vey?" tanya Thea membuat Harvey kembali memasang muka datarnya saat Thea menengokkan kepalanya ke belakang ketika sudah mengetahui bahwa Sean telah sibuk kembali dengan pekerjaannya.

"Hm, nunggu tinggi dulu," jawab Harvey membuat Thea tersenyum puas sembari kembali menatap jalanan di depannya.

"I can't wait for that moment, but I'll be patient so that the results are more satisfying, hahahaha," tawa jahat Thea diakhir kalimat.

(Gue gak sabar nunggu waktu itu tiba, tapi gue bakalan sabar biar hasilnya memuaskan)

Harvey hanya menggelengkan kepalanya lalu matanya bersitatap dengan Sean yang meminta penjelasan.

"Nanti di rumah," jawab Harvey dan diangguki oleh Sean.

***

"So?" tanya Sean ketika dirinya telah memasuki kamar gadisnya itu.

"Wait," jawab Harvey yang tengah sibuk menaruh tasnya lalu melepas dasi, ikat pinggang, kaos kaki, dan terakhir membersihkan make up tipis.

"Come here," ucap Sean saat kursi yang Harvey duduki memutar menghadap ke arahnya yang sedang duduk di sebuah tempat yang tersedia pada pinggiran jendela besar.

Dengan malas Harvey menuruti lalu duduk berhadapan dengan Sean sembari memangku sebuah bantal dan menyenderkan tubuhnya pada dinding di belakangnya.

"Tell me," pinta Sean dan diangguki oleh Harvey.

"The plan is ...." Harvey pun bercerita tentang masalah yang terjadi pada circlenya dan juga rencana yang akan ia jalankan kedepannya.

Sean juga paham mengenai apa yang terjadi dengan Fanya mengingat ia adalah pemilik dari sekolah tersebut. Apalagi kasus bullying yang mengakibatkan salah satu siswa memasuki rumah sakit dan mengalami koma. Menurutnya, itu adalah kasus yang penting mengingat jika kasus itu tersebar, maka reputasi sekolah yang ia dirikan dengan susah payah menjadi hancur dalam sekejap. Ingatkan bahwa Sean juga telah menghadapi kasus yang sama walau beda orang, tapi Sean tau bahwa dampak dari kasus tersebut besarnya bukan main.

"Kebetulan setelah ini saya ada rapat untuk menyelesaikan kasus itu. Video bukti juga sudah disebar, mau gak mau saya harus cepat bertindak. Untung saja tunangan saya pintar, jadinya beban saya bisa terangkat. Thank you, babe," ucap Sean tulus saat Harvey telah selesai bercerita.

Gue Figuran? | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang