Part 11

2.4K 85 0
                                    

Perjalan memakan waktu sekitar 1 setengah jam sampainya dirumah berwarna putih ini aku hanya menatap keseluruhan yang ada didepan mata. Rumah bernuansa america style ini milik siapa? Aku bertanya-tanya dalam hati. Saat kami turun dari mobil, Ansel meminta untuk digendong. Bude didepan bersama pak arga, aku dan ansel mengekorinya.

"Kalian sudah sampai?" seorang perempuan lebih muda dari bude menyambut kedatang kami

"Yang lain pada dimana ran?" Bude melihat sekeliling rumah, diruang tamu terlihat kosong padahal didepan berjajar mobil mewah.

"Ada di ruang tengah ka" Pak arga menyalim perempuan yang sekarang ada didepan kami, aku mengikutinya.

"Kamu apa kabar arga?"

"Baik tante, tante gimana?" dijawab dengan anggukan sang tante

"Rani kenalin ini disa" bude mengalihkan pembicaraan

"Calonnya arga ka?" Aku tersenyum menyambut uluran tangannya

"Aku disa tante tetangganya bude"

"Ohh"

"Ini rani adik bude paling akhir" aku mengangguk mendengar penjelasan bude

"Ayo masuk, ansel sama tante sini, tante kangen banget loh sama kamu" tante rani mencoba mengambil ansel dari gendonganku tapi ansel tidak mau dia mengeratkan pelukannya. Aku hanya tersenyum saat menatap tante rani yang agak kecewa.

Pak arga melihatku dia menyentuh belakang punggungku dengan mengintrupsi untuk masuk.

"Kita lagi ada dirumah tante rani, hari ini ada cara kumpul keluarga untuk menyambut ibu aku dan ansel karna sudah lama tidak bertemu" aku mengangguk ketika pak arga menjelaskan keberadaan kami disini.

Lantas kenapa aku diajak? Kalo ini adalah acara keluarga?

"Ini dia yang ditunggu-tunggu" salah satu pria yang aku lihat tidak jauh dengan umurnya tante rani memecahakan keheningan, beliau adalah suaminya tante rani benar dugaanku, namnya om yosep. Sekarang aku berada diruang tengah menyatu dengan ruang makan dan kolam renang disampingnya.

Disini rame, banyak om dan tante dari keluarga bude bahkan anak-anak kecil seumur ansel pun ada.

"Sudah ada yang bawa calon kaya nih" goda om yosep

"Doain aja" bude menjawab dengan mengulas senyum

Diikutin dengan senyum yang lain. Aku hanya diam tidak mau ikut-ikutan, aku tau ini hanya candaan mungkin dan Pak arga pun hanya diam.

"Ansel main sama ica dan cakra nak, tuh mereka lagi asik main kasian tante disanya keberatan" tunjuk tante rani ke arah 2 anak kecil yang sedang asik bermain lego, ansel lagi tapi lagi-lagi anak ini tidak mau dia mengeratkan pelukannya digendonganku.

"Duduk dis, kamu cape nanti" tante dira mengajakku untuk duduk di meja makan yang sudah banyak hidangan makanan yang tampak enak.

Sedangakan Pak Arga sudah berbaur dengan sepupunya. Bude juga sedang asik ngobrol dengan saudara-saudaranya.

Pukul setengah 8 malam. Aku memangku ansel sambil menyuapi zupa soup yang ia inginkan dari tadi. Tak lama seorang perempuan yang tak asing duduk disampingku.

"Kita ketemu lagi disa" aku melirik sumber suara yang menyebut namaku.

"Mba bella" aku sedikit kaget melihat mba bella ada diacara keluarganya bude ratih

"Hai" Bella tersenyum

"Wahh sudah sampai diajak ke acara keluarga lohh" lanjutnya

"Aku juga gatau mba, tiba-tiba diajak" aku menyaupi zupa soup terakhir untuk ansel

"Bella ini udah kaya keluarga kita sendiri kebetulan teman kecilnya arga, kamu sudah kenal disa bell?" Tante rani bergabung dengan kami

"Sudah tan, waktu itu kita bertemu di mall" tante rani mengangguk

"Kamu juga makan disa" tante rani menyodorkan piring yang berisikan kwetiau goreng seafood "dimakan ya" lanjutnya

"Iya tante makasih" aku menunduk

"Ansel biar sama saya, kamu makan dulu" ansel diangkat oleh pak arga kebetulan ansel sudah selesai makan.

"Ansel mau main dipinggirin kolam papa" ansel meminta izin

"Boleh tapi hati-hati" ansel berlari kecil dia bergabung dengan ica dan cakra sekarang yang sedang asik main dipinggir kolam renang

"Kamu mau kan ga? Aku ambilin ya" Arga mengangguk sekarang ia berada disebrangku terhalang oleh meja makan yang besar dan bella berdiri menyiapkan piring kosong untuk diisi makanan untuk arga.

Aku yang melihat pemandangan ini dengan tersenyum, benar-benar cocok.

Setelah makan aku duduk di kursi dekat pinggiran kolam sambil melihat anak-anak sedang bermain. Sedangkan bude yang dari tadi aku perhatikan sedang asik mengobrol dengan sodara-sodaranya mungkin karna sudah lama tidak bertemu.

"Jangan melamun nanti kesambet loh" aku melirik sumber suara seorang pria berkacamata duduk disampingku

"Vino" dia mengulurkan tangan

"Disa" aku membalasnya

"Gua anaknya tante rani"

Ohhh, aku mengangguk ngerti

"Tetangganya bude ratih? Ko gue ga pernah liat ya?" Dia meliriku secara detail

"Emang pernah kerumah bude?"

"Pernah, sebelum bude pindah beberapa kali gue ngecek keadaan rumah bude tp gua gaa pernah liat lo ya?" Ucapnya dengan bingung "rumah lo yang mana?" Lanjutnya

"Yang ada warungnya" jawabku singkat. Aku lihat-lihat vino ini tidak jauh dengan umurku mungkin dia atasku dua tingkat, mungkin.

"Ohh, waktu itu gua beli minum disitu tapi ga liat lo juga" vino masih penasaran dengan keberadaanku dia merhatiin keadaanku

"Kebetulan aja yang jaga bukan gue" aku mengabaikan vino yang masih menatapku.

Aku melirik ansel yang sedang dirayu oleh bella, aku tidak tau yang mereka lakukan sedang apa. Tapi yang aku lihat bella ikut dalam kegiatan anak-anak dipinggir kolam.

Tak lama ansel berdiri dia selalu nengatakan "aku tidak mau tante" "aku tidak mau"

Sedangkan bella berjongkok layaknya memohon, saking kesalnya ansel sudah dipinggiran, kakinya sudah menginjak air kolam. Bella berdiri dia menghentakan kaki lalu berbalik, karna tidak memperhatikan keberadaan ansel yang sudah diujung kolam, Ansel pun terjebur kekolam renang. Aku melihat adegan itu lantas berteriak "ANSEL" dan berlari menghampir ansel. Ica cakra pun tak kalah kaget mereka berteriak menyebutkan nama ansel, dan bella kembali mengarah kolam dan tak kalah terkejutnya. Semua yang berada didalam ikut keluar saat mendengar teriakan kami.

Tbc...


F A M I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang