Part 53

1.3K 88 9
                                    

Ansel yang sudah mulai pelan-pelan mencoba kembali ceria membuat aku menjadi lebih senang tapi terkadang aku merasa sepi dan kosong ketika di rumah ini hanya ada aku dan Mas Arga. Ansel sedang bermalam dirumah ibu beberapa hari ini, kata ibu agar aku berluasan dengan Mas Arga. Aku tidak mengerti kenapa ibu datang ketika  Ansel sudah mulai ceria padahal anak itu bisa mencairkan suasana dirumah ini.

Aku sedang membereskan pakaian, ketika aku sedang fokus dengan kegiatanku, aku di kagetkan oleh suara Mas Arga "ada yang ingin saya bicarakan sama kamu" Mas Arga berada disampingku, aku mencium aroma segar dari tubuhnya yang baru saja mandi dan kami saling bertatapan

"sekarang? mau dimana?" tanyaku

"saya tunggu kamu di ruang kerja"

"ok, aku bereskan ini dulu" setelah aku menjawab, Mas Arga mengangguk lalu keluar kamar

Sebelum aku ke ruang kerja Mas Arga aku pergi ke dapur untuk minum sambil memikirkan apa yang akan ia bicarakan hari ini. Aku membuka pintu ruang kerjanya dengan pelan dan memberikan salam, Aku melihat Mas Arga sudah duduk di kursi kerjanya dan memberikan aku untuk masuk.

Mas Arga berjalan menuju sofa tepat berada di depan meja kerjanya dan mempersilahkan aku untuk duduk. Aku memperhatikan setiap gerak geriknya, ia mengeluarkan amplop coklat dari dalam laci yang berada disamping sofa, lalu menaruhnya di meja tepat dihadapanku.

"saya ingin kita selesai" aku terkejut dengan kalimat Mas Arga, belum ada kalimat yang keluar dari mulutku, aku masih menatap Mas Arga dengan kaget

"Maafkan saya harus mengakhiri ini semua" ucapnya lagi untuk menyakinku

"Mas.." 

"Saya tau ini akan membuatmu tidak terima, tapi ini sudah jadi keputusanku"

"maksud kamu kita bercerai?" aku menegaskan kalimat Mas Arga

"Disa, saya banyak salah sama kamu, saya tidak mau menyakitmu terus-terusan, ini sudah final"

aku terdiam, aku tidak bisa menahan tangis, air mata yang tidak ku izinkan jatuh tapi tetap jatuh membuat aku semakin tidak terima dengan keputusan Mas Arga. Bukan ini yang aku mau, walau dulu aku ada keinginan untuk berpisah tapi kali ini sudah berbeda dan aku sudah tidak memikirakan lagi untuk berpisah.

"bagaimana dengan Ansel? ia akan jauh lebih terpuruk ketika tahu ini semua, Ansel masih kecil, Ansel butuh aku, Ansel butuh kamu juga mas?!" aku menarik nafas

"dan kamu menjauhkan diri kamu dari Ansel? anak itu butuh kamu bukan kamu jauhin!" aku menangis mengingat  kemarin Ansel bilang kalo papanya membenci dia

"gimana keadaan psikis dia kalo tau bundanya akan ninggalin dia, mas? bisa ga untuk tidak egois?" 

"saya tidak menjauhkan diri dari Ansel. saya cuma butuh waktu untuk bisa menerima keadaan ini semua, kamu gatau rasanya kaya apa!!"

"Mas, aku gatau apa yang kamu rasakan dan pikiran setelah mengambil  semua keputusan ini, tapi kalo memang bisa kita pertahankan kenapa tidak? ini bukan jalan terakhir" aku mendorong amplop coklat itu sebagai tanda penolakan

"saya sudah menyakitmu! sudah berapa kali kamu kecewa dengan saya, sudah berapa kali kamu menangis karna sikap saya?!" nadanya sedikit meninggi

aku terdiam menatap Mas Arga, memang benar apa yang diucapkan Mas Arga 

"kamu terlalu baik untuk saya dan saya terlalu jahat sama kamu, tolong jangan seperti ini" sambungnya lagi

Tidak ada jawaban dariku, aku langsung bangun dan pergi meninggalkan Mas Arga. Dadaku sakit dan aku memutuskan untuk kembali ke kamar dan menangis sejadi-jadinya.  Tak lama aku mendengar suara ketukan pintu, ya itu Mas Arga.

"Disa buka pintunya!!" Mas Arga ternyata menyusulku, aku mengunci kamar dan Mas Arga terus mengetuk pintu 

"saya mohon Disa!!"

Aku yang berada di dalam kamar mencoba menenangkan diri lalu membuka pintu kamar, saat Mas Arga tepat berada di depanku aku tidak berani menatapnya aku hanya menundukkan kepala dan tak ada kalimat yang keluar dari mulut kami, hanya saja Mas Arga tiba-tiba memelukku. 

Aku semakin sesak dipelukkan Mas Arga, bajunya sudah basah oleh air mataku, pelukkannya semakin erat dan ia mengelus punggung belakangku dengan lembut.

"saya memutuskan ini sangat cukup berat, dan asal kamu tahu kalo saya mencintaimu Disa, tapi kalo kamu terus berada disamping saya kamu akan terus terluka dan saya tidak mau itu" aku menyimak setiap kata yang keluar dari mulut Mas Arga

"selama ini saya mencoba untuk melindungi kamu dan ternyata saya gagal, saya melihat kamu terus terluka oleh orang-orang disekitaran saya dan kamu terluka karna saya"

aku merenggangkan pelukkan Mas Arga dan mencoba menatapnya, aku tau sudah tidak karuan lagi wajahku yang sudah membengkak karna terus menangis "kenapa baru sekarang?! kenapa Mas Arga baru menginginkan untuk berpisah?! kenapa..." aku menarik nafas karna aku bertanya sambil mencoba menahan tangis

"kenapa disaat aku sudah berdamai dengan diriku dan menerima keadaan ini semua, kenapa Mas Arga malah memutuskan untuk berpisah?! kenapa aku tidak sama sekali dihargai, Mas?!" aku memukul dada Mas Arga dan tidak ada leraian darinya

"karna itu Disa, saya tidak mau kamu terus berada di samping saya karna kamu akan terus terluka" Mas Arga memegang kedua lenganku

"Bukan, bukan itu jawaban yang mau aku dengar!"

"Disa!!" 

"kenapa Mas Arga mempertahankan hubungan sejauh ini kalo pada akhirnya Mas Arga juga yang ingin berpisah?! kenapa?? apa selama ini memang aku ga pernah ada dan Mas Arga memperlakukanku seenak ini, hah?!"

"Disa!! jaga ucapan kamu!"

aku menatap Mas Arga dengan wajah seperti menantang tapi akhirnya aku tidak kuat dan membalikkan badan meninggalkan Mas Arga di ambang pintu tapi cekalan tangan Mas Arga membuatku kembali menghadapnya

"saya kasih waktu kamu untuk mendatangtangani surat cerai yang saya buat " lalu Mas Arga pergi meninggalkanku 

Aku hanya menatap punggung belakangnya, ia berjalan menuju tangga, aku tidak tahu ia akan pergi kemana, aku hanya bisa terduduk dan menangis di tepi ranjang.

Tbc..



F A M I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang