Part 60

1.5K 80 2
                                    

Sudah beberapa minggu ini aku melewati semester pertama yang cukup berat keadaan aku yang mual dan tidak bisa masuk makanan membuat satu rumah menjadi kelimpungan, belum ditambah Ansel semakin manja dan rewel tidak mau pisah denganku, seperti di minggu pertama aku memberikan kabar bahwa aku hamil, aku mau pergi ke toilet saja Ansel menangis kencang.

"bunda cuma mau ke kamar mandi Ansel!" ucapku sedikit meninggikan suara saat Ansel sudah berada dibelakangku

ia menangis tanpa suara sambil menatapku "diam disini, bunda ke kamar mandi sebentar" tak lama iya menangis dengan kencang, ibu yang berada di dapur dengan sigap langsung menghampiri kami "ada apa?" melihat aku sudah setengah jalan menuju kama kamar mandi, aku mengisyaratkan ibu ke arah Ansel lalu ibu menghampiri Ansel, entah apa yang ibu lakukan sampai membuat Ansel terdiam.

Hari-hariku semakin sensitif hal yang sering aku lakukan adalah memarahi Ansel, jika Ansel berulah dan aku tidak suka aku langsung memarahinya, ibu kadang juga ikut memarahiku karna sudah kelewatan memarahi Ansel. Beruntungnya ada ibu dirumah Ansel ada yang melindunginya dan diberi pengertian, aku sadar apa yang aku lakukan tiap malam aku pergi ke kamar Ansel dan meminta maaf, aku tahu Ansel sangat mengerti keadaanku ditambah ia sering melihatku memuntahkan makanan dan menangis karna tidak bisa masuk makanan. Ibu juga bilang Ansel juga kadang menangisiku dan menanyakan kapan bunda melewati fase ini karna Ansel sedih melihatku yang tidak bisa makan dengan layak.

"permisi bu.. ada Mas Arga diluar" bi siti menghampiriku saat masuk ke dalam rumah

"makasih ya bi" ucapku

Aku berjalan menuju depan tak lama sosok Mas Arga muncul didepanku dan menatapku dengan senyum lalu aku membalasnya dengan senyuman kembali

"saya belikan bubur dan beberapa brownis untuk kamu" ia menunjukkan kresek dan totebag dihadapanku

"pagi-pagi gini" ucapku melihat bawaan  Mas Arga lalu mengambilnya

"kata ibu semalem kamu menangis?"

aku mengangguk

"masih gabisa makan?" tanyanya lagi

aku mengangguk "Mas mau sarapan dulu?" tanyaku

"boleh"

Sudah rutinitasnya Mas Arga akan ke rumah pagi-pagi untuk mengantar Ansel ke sekolah, hal ini dilakukan semenjak kami pisah rumah agar Ansel tetap ada bonding dengan papanya. aku menyuruhnya untuk mengantar ke sekolah untuk pulangnya kondisional jika Mas Arga tidak bisa maka aku yang akan menjemputnya

"papaaaa" dari anak tangga Ansel sudah menyambut papanya dengan antusias sambil berlari kecil mengarah Mas Arga

"hati-hati nanti jatuh" ucap Mas Arga

Aku menyiapkan sarapan di meja makan sambil melihat interaksi Mas Arga dan Ansel, pemandangan yang sangat aku rindukan

"Selamat pagi nak Arga" ibu menyapa Mas Arga ketika keluar dari kamar

"pagi bu" Mas Arga menyalim ibu dan mereka berjalan menuju meja makan

Ansel sedari tadi masih bercandaan dengan papanya tidak melihat keadaan meja makan sudah penuh dengan makanan "Mas sudah dulu bercandanya itu ada gelas susu didekat Ansel" aku memperingati Mas Arga dan Ansel, kalo kalian liat posisi Ansel sedang dipangku oleh Mas Arga itu membuat aku sedikit risih

"Ansel kembali ke tempat duduk!" aku sedikit mengeluarkan wajah tegas lalu ia menurut duduk disamping Mas Arga saat ia berpindah tidak sengaja gelas yang berada didepannya tertumpah mengenai rok sekolah Ansel dan celana kerja Mas Arga dengan sigap Mas Arga menjauhkan Ansel dari tumpahan air susu

"bunda bilang apa!" aku sedikit melototkan ke arah Ansel ia hanya menunduk

"sudah tak apa biar Bi siti nanti yang bereskan, Ansel ikut nenek ke atas kita ganti roknya" Ibu mengambil alih Ansel dengan cepat

Mataku masih melirik Ansel dan Ibu yang sedang berjalan menuju kamar "sudah tidak apa Disa" Mas Arga membuyarkan pandanganku "celana kamu kotor, mau diganti? dikamar masih ada pakaian kamu"

"nanti saya ganti, di mobil ada laundryan yang baru saya ambil" Mas Arga masih berusaha membersihkan celananya dengan tisu

"Aku ke dapur dulu Mas"

"Disa" Mas Arga menghentikan langkahku menuju dapur dan aku menatapnya

"kamu sering memarahi Ansel seperti tadi?"

Deg! aku terdiam menatap Mas Arga

"ibu yang memberitahuku, akhir-akhir ini kamu sering memarahi Ansel" lanjutnya

"iii--yaa, semenjak aku hamil" ucapku gugup

Mas Arga menatapku dengan intens "tapi aku tidak membencinya Mas, ini hanya karna hormon aku lebih sensitif dari biasanya"

"kamu ikut dengan saya tinggal di Apartement biar Ansel disini sama Ibu sampai kamu tidak sesensitif seperti ini"

"kamu takut aku melukai Ansel Mas?" dengan perkataan Mas Arga seperti itu membuat aku semakin tersinggung

"bukan begitu Disa, ini demi kebaikan kalian juga"

"tapi tidak dengan sengaja kamu mencoba menjauhkan Ansel karna kamu sudah ga percaya lagi sama aku buat jagain Ansel" aku hampir menangis tapi Mas Arga langsung mendekatiku

"Maksudnya bukan begitu, saya tidak mau kamu marah-marah karna ini demi kebaikan kehamilan kamu" Aku paham maksud Mas Arga tapi entah kenapa rasanya aku ingin menangis

Mas Arga memelukku mencoba menenangiku, lagi-lagi hormon hamil sangat aku benci saat ini segampang itu aku bisa menangis lalu marah-marah tidak jelas

"aku gamau, aku mau disini" ucapku yang membuat pelukkan Mas Arga merenggang

"ikut dengan nak Arga biar Ansel bersama ibu" aku menatap ibu yang datang dari arah anak tangga

Ibu menghampiri kami "ikut dengan nak Arga, kasian Ansel ibu takut ia terganggu dengan kamu yang sering memarahinya"

"Tapi bu.." rengekku

Pagi ini Mas Arga datang dengan maksud lain, ia sudah diberi tahu ibu bahwa semenjak aku hamil keadaanku semakin tidak baik, dengan segala upaya ibu memaksaku untuk ikut dengan Mas Arga.

"Nanti saya jemput sepulang kantor" Mas Arga salim dengan ibu, Anselpun mengikutinya

"Hati-hati ya"

"Kami pamit berangkat dulu Assalammualaikum" Mas Arga menatapku alih-alih aku menatap balik aku malah memalingkan pandangan ke tempat lain

"Waalaaikumsalam" jawab ibu disusul aku dengan suara kecil

Mobil yang dikendarai Mas Arga pun meninggalkan halaman rumah. Ibu menatapku lalu memukul pundakku pelan "nurut apa kata suami" ucapnya

Aku menyusul ibu merengek tidak setuju untuk ikut dengan Mas Arga "buu aku dan Mas Arga sedang proses cerai, yakali aku satu atap sama Mas Arga "
Tidak ada jawaban dari Ibu, beliau tetap berjalan menuju meja makan

Tbc..

F A M I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang