Part 36

1.7K 58 0
                                    

Aku menatap mas arga ia mengabaikanku dia melakukan aktivitasnya memakai baju, aku duduk dipinggir ranjang menatap punggung mas arga. "ma..s" suaraku serak memanggil mas arga, aku tidak bohong kalo air mataku sudah dari tadi mengalir. mas arga membalikan badan ia menatapku lalu berjalan dan berjongkong didepanku. hal pertama yang ia lakukan adalah menghapus air mataku dengan ibu jarinya. "arumi sudah siuman" katanya sambil mengelus kepalaku.

Aku menatap mas arga berusaha untuk menenangkan diri "sejak kapan?" tanyaku

"seminggu yang lalu"

"mas arga sering keluar dan pulang telat karna mampir kerumah mba arumi?" mas arga hanya mengangguk

"aku ingin bertemu" 

"nanti, aku  temui kamu dengannya, maaf aku menutupi ini semua" 

aku hanya diam tidak menjawab permintaan maaf mas arga. aku hanya merasa pusing apa yang akan dilakukan mas arga ketika mba arumi sudah siuman, apa aku akan diceraikan dan mas arga kembali dengan mba arumi? apa hubunganku dengan mas arga sudah selesai? aku harus seperti apa ketika bertemu dengan mba arumi? berpura-pura menjadi babysisternya? atau mengaku aku istrinya mas arga? kepalaku rasanya ingin pecah bisa tidak hari-hariku skip dan kembali normal aku tidak mau seperti ini.

Aku menatap kepergian mas arga didepan rumah, ia meminta izin untuk bertemu dengan mba arumi dan aku membolehkannya, dia juga meminta maaf untuk tidak mengajakku hari ini bertemu dengan mba arumi, katanya tunggu mba arumi stabil nanti aku diajak bertemu dengannya.

"bunda" aku mendengok kearah sumber suara ada ansel dibelakang melihatku diam didepan pintu

"bunda, papa kemana?" ansel mendekatiku

"ada urusan, ayo kita masuk" aku menggendong ansel ia langsung memelukku

"papa sibuk?" aku hanya mengangguk ansel terus berceloteh menanyakan papanya dia sama sekali tidak menanyakan mba arumi selama aku dirumah ini.

"ansel main disini dulu bunda mau keatas ambil hp" aku menurunkan ansel, aku taruh ansel didepan ruang keluarga bersama tumpukan mainannya ia menurut, lantas aku pergi keatas menuju ruang kerja mas arga

entah apa yang membuatku terdorong untuk masuk kedalam ruangan itu, selama disini aku tidak pernah masuk kedalam ruangan yang menjadi privasinya mas arga walaupun mas arga tidak melarangnya untuk aku masuki. aku menatap ruang kerja mas arga yang serba hitam tidak ada foto sama sekali atau lukisan sebagai hiasan di ruangan ini melainkan hanya rak-rak buku yang berjajar dengan rapih, sofa dan meja untuk bersantai dan satu set meja dan kursi didepannya yang menjadi tempat kerjanya mas arga.

hal pertama yang aku lihat di meja kerja mas arga adalah foto ansel yang tersenyum, aku ikut tersenyum melihatnya tapi ada yang membuat aku salah fokus ketika melihat foto ansel,  ada satu bingkai yang cantik yang diisi dengan foto mas arga ansel dan mba arumi melihat kamera dengan wajah yang bahagia, aku terduduk merasa sesak, air mataku mengalir entah perasaan apa yang membalut perasaanku hari ini. aku mengembalikan fotonya seperti semula, aku menatap seisi ruangan yang hampa, dingin dan sepi. 

Aku kembali ke kamar untuk mengambil hp yang aku taruh dimeja rias, saat aku turun kebawah terdengar suara seperti barang pecah dengan dentuman yang keras, aku mempercepat jalan melihat keadaan ruang keluarga sudah berantakan dan bi siti yang kaget melihat ruangan sudah seperti kapal pecah.

"ansel!" aku sedikit berteriak, ansel kaget melihatku ia juga memasang wajah takut

"ada apa ini bi?" aku bertanya pada bi siti

"ansel menjatuhkan guci bu"

aku melihat ruangan sudah berceceran dengan serpihan guci yang ansel pecahkan, dan mainannya yang sudah kemana-mana, aku merasa pusing melihat ruangan berantakan belum lagi ansel mencoba mendekatiku tapi aku memperingatkan untuk diam karna takut ia terkena serpihan guci.

"ansel kenapa mecahin guci?" aku bertanya pada ansel ia menatapku seperti menahan tangis

"tidak sengaja" katanya

"ini guci kesayangan bu arumi" bi siti menimpalkan sambil memungut serpihan gucinya aku menengok ke arah bi siti, aku tidak tau kalo guci yang dipajang disebelah tv adalah guci kesayangannya mba arumi

"ansel apakan guci itu bisa sampe pecah?"

"ansel cuma mau ambil mainan yang ansel masukin kedalam guci itu" ia menunjuk gucinya yang sudah menjadi serpihan dan ada mainan yang ia maksud

"ansel taukan itu guci kesayangan mama arumi? kenapa ansel bermain dengan gucinya?" 

ansel hanya diam ia menundukkan kepalanya

"jawab ansel!"  tidak sengaja aku sedikit membentaknya sampai bi siti menengok kearahku

ansel sudah menangis ia menjerit, tangisnya pecah saat aku sedikit membentaknya, aku langsung menggendong ansel membawa dia keluar dari serpihan guci dan mengecek seluruh tubuhnya untuk memastikan ia tidak terkena serpihan guci.

"masuk kamar!" aku menunjuk arah kamarnya, ansel tidak menatapku ia terus menangis sesegukkan sambil menurut mengikuti perintahku

aku langsung ikut merapihkan ruang keluarga bersama bi siti 

"sudah bu, tidak usah dibersihkan biar saja" bi siti melarangku untuk ikut membantunya

"gapapa bi, ini ruangan juga berantakan banget saya juga pusing liatnya"

"bi siti tau ini guci kesayanganya mba arumi?" tanyaku kepada bi siti, bi siti mengangguk dan aku hanya terdiam, mas arga pasti marah tau kejadian ini

"guci ini dulu dibawa langsung oleh bu arumi dan pak arga setelah pulang honeymoon di paris" aku berhenti dari kegiatanku menatap bi siti seolah menunggu kelanjutan ceritanya

"saya diwanti-wanti untuk menjaga guci ini, katanya guci ini ada maknanya" bi siti mengambil serpihan guci dan melihatkan kepadaku gambar yang ada diguci itu

"katanya gambar-gambar diguci ini ada artinya, melambangkan keluarga kerajaan yang abadi dan bahagia, bu  arumi bilang  ia juga mengharapkan kerjaan dirumahnya abadi dan selalu bahagia makanya ia beli dan ditaruh dirumah ini" lanjutnya

aku menunduk, perasaan bersalah karna sudah berada ditengah-tengah keluarga kecilnya membuatku tidak bisa menahan air mata, kenapa dulu aku cepat sekali mengiyakan ajakan mas arga tanpa tau latar belakangnya?

tbc ..

F A M I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang