Part 39

1.8K 53 0
                                    

!! triger warning 21+ !!

Hal yang aku takutkan ketika menikah adalah menerima banyak ujian dalam rumah tangga. aku selalu menerka-nerka seperti apa kelak ketika aku menikah, seperti apa pasanganku nanti, seperti apa caraku meyelesaikan masalah. aku tidak pernah membayangkan, apa lagi memiliki pasangan seperti mas arga,  banyak yang tidak kuketahui dari sosoknya, menerima pinangannya dengan cepat dan satu persatu aku harus menerima keadaan yang mungkin sebagian orang tidak pernah membayangkan akan menerima hal sepertiku. ini memang bukan soal perselingkuhan tapi ini tetap rumit bagiku karna ini menyangkut perasaan.

aku tertidur disofa menunggu mas arga pulang, saat aku merasakan harum yang aku kenal selama ini aku mencoba membuka mata dan benar mas arga sudah berjongkong menatapku yang sedang tertidur di sofa ruang tamu. tanpa ada ucapan dari mas arga ia mengelus kepala ku lalu mencium keningku, aku baru setengah sadar, mataku sangat berat untuk dibuka ini efek karna seharian ini aku menangis, aku mencoba untuk bangun tapi dengan sigap mas arga menggendongku ala bride style. aku langsung memposisikan melingkarkan tangan dilehernya mas arga, dengan mata yang berat aku mengintip jam dinding yang terpasang dengan besar di ruang tamu, pukul setengah tiga pagi mas arga baru pulang dini hari dan aku tidak melihat sosok ansel. 

mas arga membawaku ke kamar ia menjatuhkanku di tempat tidur, lalu mas arga masuk kedalam kamar mandi untuk bersih-bersih. aku tidak tidur, aku tetap terbangun dengan mata yang terpejam. aku mendengarkan langkah mas arga yang kesana kemari sampai langkah itu tidak terdengar aku berusaha untuk mengintip, mas arga sedang mematikan lampu dan dihidupkannya lampu tidur yang berada disamping. aku membaringkan tubuh kekanan dan merasakan pelukan hangat dari mas arga yang sudah bergabung denganku ditempat tidur.

tidak ada ucapan, hanya aku merasakan hembusan nafasnya sampai aku membuka mata, aku mendengar kata maaf dari mas arga. aku langsung membalikkan badan untuk menghadap mas arga, aku pandangin wajahnya dan mengelus wajahnya yang tiba-tiba aku memikirkan "apakah nanti aku bisa memandangi wajahnya sedekat ini?" aku langsung menyembunyikan wajahku ke dada mas arga, aku tidak mau menangis, jangan menangis lagi aku mohon.

"aku meminta maaf untuk kesekian kalinya disa, aku tau kamu akan bosan dengan permintaan maaf dariku, tapi percayalah aku benar-benar tidak ingin membuatmu merasa bersalah" 

mas arga mengelus rambutku "kemarin dan hari ini aku benar-benar terbawa emosi, mungkin karna aku merasa lelah  harus kesana kemari mengunjungi arumi dan bekerja"

harusnya aku paham soal ini tapi aku juga benar-benar tidak bisa berpikir dengan tenang

"aku tidak menjauhkanmu dengan ansel, aku percaya denganmu untuk ansel"

aku memandangi wajah mas arga "arumi sudah sadar, ia sudah bisa bicara walau sangat pelan, kata dokter kemungkinan arumi untuk sembuh cukup besar, dokter juga akan menyiapkan terapi untuk arumi, untuk ia bisa jalan" lanjutnya

aku senang mendengarnya tapi tidak bisa aku tutupi ada rasa khawatir dalam diriku

"aku akan segera membawamu bertemu dengan arumi" responku hanya mengangguk, aku tersenyum menatap mas arga yang ikut tersenyum.  aku memeluk mas arga dengan erat seolah aku benar-benar tidak ingin melepaskannya. mas arga meresponku ia membalas pelukkanku yang sangat aku rindukan ini. mas arga mengangkat sedikit wajahku lalu disatukannya bibir kami. 

aku merasakan lumatan yang sangat halus dari mas arga, tangannya sudah tidak bisa dikontrol dengan lihai ia membuka kancing piyamaku. aku merasakan panas ditubuh, gelenjar aneh yang pernah aku rasakan sebelumya. sentuhan mas arga sudah berada di dua payudaraku, aku merasakan lumatan halus darinya, aku merasa geli aku menarik pelan mas arga untuk kembali mencium bibir

 "anghh..." aku merasa sesak mas arga mulai kasar, tanganya kembali menjelajahi tubuhku ia mencoba membuka celana piyamaku, dan memberikan sentuhan halus tangannya ke seluruh tubuhku. mas arga sudah diatasku, aku sudah tidak menggunakan sehelai apapun begitu juga dengan mas arga. kami menyatukan bibir kembali aku merasakan gairah mas arga yang membara, disentuhnya payudaraku dengan jemarinya "aahh.." aku merasa panas,  ac yang kunyalakan tidak memberikan hembusan dingin ditubuhku, aku melingkarkan tanganku dileher mas arga, memeluknya dengan erat. jari jemari mas arga dengan lihai menggoda tubuhku hingga aku menggeliang sampai  aku merasakan sesuatu yang masuk kedalam tubuh, mas arga mencoba memasukkinya dengan pelan dan hati- hati lalu ia mencoba menggoyangkanya aku mengikuti arahan mas arga, sampai dengan tempo yang membuat kami mendapatkan pelepasan pertama.

tbc ..

aku sudah buat beberapa bab di draft aku tidak sabar mempublishnya tapi aku juga menargetkan yang melihat ceritanya, tapi aku tetap terimakasih untuk silent reader^^

rencanaku tidak akan membuat cerita sampe panjang, kuusahakan agar tidak bosan, aku menerima kritik dan saran kalian juga^^

have a nice day ^^




F A M I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang