Part 48

1.5K 130 18
                                    

Ketika aku menunggu di depan kamar aku bertemu dengan mama, kami saling bertatapan tidak mengeluarkan satu kalimatpun, aku merasa udara malam kala itu sangat dingin padahal aku sudah memakai sweater lumayan cukup tebal tapi entah kenapa malam itu sangat dingin. Mama berada dihadapanku sekarang raut wajahnya sangat menyedihkan tidak bisa kuungkapkan seperti apa detailnya. 

PLAK!

Aku tertegun reflek langsung memegang pipi kanan yang mama tampar. iya, mama menamparku entah apa yang membuat ia menamparku, aku hanya bisa terdiam sambil menahan tangis tidak ada kalimat yang aku keluarkan karna aku benar-benar kaget. 

"kalian..." mama menjeda kalimatnya ia mencoba mengambil nafas dengan berat 

"kalian sengaja membunuh arumi!!" mama memegang pundakku dan menggoyangkannya

aku mencoba menepis tangannya  dan mencoba menenangkan "mah..." 

"kalian membunuh arumi!!" mama terus meracau kepadaku 

"mama tenang dulu, mah" dadakku sesak melihat mama seperti ini dan menuduhku, aku memegang tangannya tapi menepisnya, mama terus meracau sampai kami terjatuh aku mencoba menenangkan dengan memeluknya tapi selalu ditepis

"KAMU!!" mama memperhatikanku dengan tatapan amarah, wajahnya sudah memerah dan  basah oleh air mata

"KAMU PEMBUNUH!!" seketika aku membeku kalimat mamah membuatku tidak percaya mamah akan mengatakkan seperti itu kami hanya saling bertatapan, tak lama Andini datang ia melihatku dan mama terduduk di lantai, Andini membawa mama menjauh dariku, aku hanya bisa terdiam sambil mengingat kalimat yang mama ucapkan seperti benar-benar dari hati.

***

Mas Arga masih berada dirumah mama, aku tidak tau Mas Arga mendengar kalimat mama atau tidak saat mama meracau kepadaku. Setelah Andini membawa mama ketempat yang jauh dariku, beberapa menit kemudian Mas Arga keluar melihatku terduduk didepan kamar sambil menangis, Mas Arga menenangkan aku dan bertanya kenapa pipi kananku sangat merah, lalu ia membawa keluar rumah untuk memintaku pulang dan kini aku sudah berada dirumah dengan keadaan kacau.

Kepalaku sangat sakit, dadaku sesak yang kini aku inginkan hanya pulang dan bertemu dengan Ibu. Aku mengambil koper dan memasukkan baju dan barang-barang secara asal, aku tidak tau sudah pukul berapa dan tidak peduli sudah selarut apa malam ini. Aku tidak pamit dengan Ansel, aku tidak mau ia terbangun, aku juga tidak membangunkan bi siti dan fio. Aku meminta Pak Ujang untuk mengantarkku ke terminal, awalnya beliau tidak mau tapi aku sangat memaksanya dan Pak Ujang menurut.

"terimakasih pak saya titip Ansel" ucapku saat sudah berada di terminal

"hati - hati bu" aku mengangguk dan meninggalkan Pak Ujang

Dengan keadaan seperti ini aku berusaha untuk tenang , aku tidak ingin ibu melihatku sekacau ini setidaknya aku menampilkan keadaan yang baik-baik saja sambil memegang pipi kanan yang masih perih, aku mencoba menahan tangis.

***

Setelah perjalanan panjang, kini aku sudah berada didepan rumah yang selalu membuatku tenang, aku menatap seluruh penjuru rumah ini tidak ada yang berubah semua terlihat sama.

Tok tok

"Assalammualaikum bu" salamku ketika aku melihat ibu membuka pintu, kami langsung berpelukan cukup lama lalu ibu mengusap wajahku, ibu sedikit mengeluarkan air mata saat melihatku

"walaikumsalam" jawabnya dengan lembut lalu kami masuk ke dalam rumah, 

Pagi ini aku melihat meja makan sudah tersedia makanan yang cukup lumayan banyak membuat aku menatap ibu seolah bertanya, dengan kekuatan perasaan seorang ibu, ibu sudah tau aku akan bertanya melihat meja makan yang terlihat penuh pagi ini

"ibu hanya feeling saja kalo kamu akan pulang hari ini" aku masih terdiam 

"sudah sana bersih-bersih lalu mandi ibu tunggu di meja makan kita sarapan bersama" lanjutnya sambil mendorongku kedalam kamar, akupun menurut dan masuk kedalam kamar

Kamar ini sudah aku tempati sejak kecil, setelah sudah tidak ditempati ibu tidak merubah sedikitpun aku rasa ibu hanya membersihkan kamarku karna tidak ada debu sama sekali dikamar ini. Aku terduduk diatas ranjang menatap handphone yang aku matikan dari sejak semalam. Aku yakin Mas Arga menghubungiku berkali-kali dan Ansel sedang menangis karna tidak melihatku pagi ini.

***

"ibu" panggilku saat melihat ibu  sedang menyiram bunga dihalaman sedangkan aku hanya duduk didepan teras

"ibu tidak menanyakan Mas Arga dan Ansel?"tanyaku, ini karna dari kedatanganku ibu sama sekali tidak menanyakan keberadaan Mas Arga dan Ansel, apa ibu tau semuanya?

"ibu tau mereka baik-baik sajakan?" 

aku mengangguk

"ibu tidak menanyakan kenapa aku pulang sendiri?" tanyaku lagi

"karna kamu kangen sama ibu" jawab ibu yang membuatku tersenyum dengan jawabannya

ibu menyudahi menyiram bunga lalu bergabung denganku duduk disamping dan mengelus tanganku

"apapun yang kamu lakukan ibu akan selalu dukung, selagi itu membuatmu tenang dan bahagia"

kalimat ibu membuatku bingung, sebab ibu mengatakan yang aku tidak paham maksudnya

tbc


F A M I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang