"baru pulang jam segini" ucapku ketika Mas Arga masuk ke dalam rumah, Mas Arga menatapku dan mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding. Pukul sembilan pagi. Tidak ada jawaban darinya ia pergi saja melewatiku, aku menatapnya dengan rasa marah.
"mas!" panggilku Mas Arga berhenti ia membalikkan badannya dan aku mendekatinya
"aku sedang berbicara dengan kamu" lanjutku
"saya cape disa"
"oh iya tentu jelas cape, habis bermalam dengan bellakan?" aku tersenyum sinis kepadanya
"tau dari mana kamu?"
"bukan urusan mas"
"ok, bukan urusan kamu juga saya bermalam atau tidak dengan bella" Mas Arga meninggalkanku
"itu jadi urusanku mas karna kamu pergi dengan cewe lain, Aku istri kamu dan Mba Arumi baru aja meninggal kamu lupa dengan itu semua?"
Mas Arga tidak menggubrisku ia tetap berjalan menaiki anak tangga, sedangkan aku mengikutinya dari belakang sambil tetap memberikan pertanyaan
"kenapa kamu kaya gini mas, kamu ceraikan aku karna ada perempuan lain?"
"jadi ini alasan sesungguhnya kita bercerai?"
"jawab aku mas?!!" aku menaiki nada bicaraku membuat Mas Arga akhirnya berhenti dan menatapku
"mana surat cerai yang saya berikan ke kamu? kita percepat prosesnya" ucapnya
"Tega kamu, Mas!" aku menangis di depannya
Aku meninggalkannya dan masuk ke dalam kamar mengambil koper dengan kasar dan memasuki semua baju-bajuku ke dalam koper, aku menangis sesegukan memikiran Mas Arga yang tega berbicara seperti itu. jika itu semua memang tidak bisa di selamatkan maka aku akan mempermudah jalannya. Tepat aku memegang amplop coklat yang diberikan oleh Mas Arga, aku membuka selembaran di dalamnya dan menandatangani surat yang sudah bermaterai.
Aku terjatuh, aku merasakan sakit kepala tiba-tiba dan perutku yang kram mengingat dari kemarin aku belum menyentuh makanan sedikit pun. aku mencoba berlahan bangkit, menaruh amplop coklat itu di atas ranjang. Selamat Tinggal, ucapku.
Aku berjalan ke arah tangga belum aku menuruninya aku mendengar suara Ansel berteriak"Bundaaaaaaaaaaa" Ansel lari kepadaku ia memeluk kaki sambil menangis, aku melihatnya dan melihat Mas Arga yang berdiri di depan pintu kamar Ansel
Ansel menangis ia menatapku "bunda mau kemana?"
"aku ikut, aku ikut bunda" tangisnya semakin pecah, air mataku makin tidak bisa ditahan
aku mencoba melepaskan pelukan Ansel tapi ia menahannya "Ansel dengar bunda"
"gak! gak! gak!" Ansel berteriak
"Ansel dengar bunda dulu"
"Bunda bilang, bunda ga akan pergi tapi kenapa bunda sekarang pergi? kenapa bunda bawa koper? bunda mau kemana ? aku ikut bunda"
Aku berjongkok menyetarakan tinggi Ansel, menghapus air matanya "bunda minta maaf, bunda tidak menepati janji, ini semua demi kebaikan kita" Ansel menatapku air matanya terus mengalir
"tugas bunda sudah selesai" ucapku Ansel langsung memelukku
"aku mau ikut" ucapnya lirih yang membuatku tergores mendengarnya
"Ansel dengan papa dan oma ya jangan nakal" aku mengelus kepalanya dan bangkit menarik koper berjalan sedikit cepat, aku tau Ansel mengikutiku dari belakang langkah kakinya terdengar begitu juga Mas Arga, ia tidak mengikuti tapi ia mengejar Ansel tentunya.
Dengan sekuat tenaga aku mencoba tidak menengok ke arah belakang tidak melihat Ansel yang meraung-raung meneriaki namaku, tepat aku membuka pintu aku dikejutkan oleh Ibu "ada apa ini?" ibu melihatku lalu menengok ke arah belakangku dengan sedangkan aku hanya mematung, ini sungguh diluar dugaanku tidak tau kalo ibu akan main ke rumah. Mas Arga pun tidak kalah kaget ia langsung menyusul kami didepan pintu.
"ibu ga bilang kalo mau mampir" Mas Arga salim dengan ibu disusul oleh Ansel
"Disa" Ibu menegurku lalu aku menatap ibu, tak kuasa dengan perasaanku yang kalut aku memeluk ibu dan seketika pandanganku mulai gelap dan ya, aku pingsan dipelukkan ibu.
***
Pov Arga dan Ibu
"ada apa cerita dengan ibu?" Ibu menutup pintu kamar dan melihat Mas Arga menunggu di depan kamar, saat ini Aku sedang berbaring di tempat tidur sudah di periksa oleh Dokter
"Maafkan saya bu" Mas Arga menduduk merasa bersalah atas kejadian hari ini
"ayo duduk, cerita sama ibu" Ibu menggandeng Mas Arga untuk duduk di ruang keluarga, saat ini hanya ada ibuku dan Mas Arga dirumah, Ansel sudah diambil alih oleh Bi Siti dan Fio jangan ditanya kabar Ansel saat ini ia semakin menjerit saat melihatku tidak sadarkan diri tapi untungnya ia bisa dikendalikan
"ada apa?" tanya ibu sekali lagi
"saya menggugat cerai putri ibu, maaf" jawab Mas Arga sontak Ibu kaget mendengar jawaban Mas Arga
"dengan alasan apa nak? Disa ada salah dengan Nak Arga?"
Mas Arga langsung cepat menggelengkan kepala "tidak bu, tidak ada kesalahan dari Disa dia sangat baik, dia ibu yang sangat baik dan istri yang sangat baik" ibu hanya menatap Mas Arga dengan heran
"tapi saya yang telah menyakitinya, saya sadar dengan keberadaan saya di hidupnya membuat dia menerima banyak luka" lanjutnya
"luka?"
"selama ini Disa menutupi semuanya sendiri, dia banyak menerima omongan buruk dari orang lain dan saya tidak ingin ia terus-terusan seperti ini, ini akan menjadi tidak baik untuknya"
"apa ini benar-benar sudah jadi jalan akhir nak? maksud ibu kenapa tidak kamu coba kamu untuk memperbaikinya ibu yakin Disa ingin mempertahankan keluarga kecilnya ini"
"maafkan saya gagal menjadi suami untuk Disa" Mas Arga menunduk
Ibu memegang tangan Mas Arga menatapnya dengan sendu dan penuh kekecewaan "ibu tidak bisa terlalu jauh ikut campur masalah kalian, apapun yang terbaik untuk kalian ibu mendukungnya"
Ibu memang seperti itu, memiliki hati yang sangat lembut jauh dari pikiranku ibu akan memarahkan Mas Arga habis-habisan tetapi ternyata tidak
"Maaf dan terimakasih" ucap Mas Arga
tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
F A M I L Y
RomanceWARNING 21+!! Arga Prawira duda anak 1 memiliki rahasia didalam hidupnya, akankan Disa Aksara gadis yang ia bawa dari rumah masa lalunya bisa menerima kenyataan bahwa Arga memiliki rahasia yang ia tidak tahu sampai harus mendesak Arga untuk memberit...