Part 28

1.9K 54 0
                                    

Paginya aku terdiam melihat makanan yang sudah disediakan oleh bi siti. Aku  tidak ikut menyiapkan sarapan, sejak kemarin aku larut dalam emosi sampai detik ini aku hanya menatap kosong makanan yang ada di depanku sekarang. Semalam mas arga tidak tidur denganku, aku tidak mengunci kamar tapi mas arga tau aku sedang marah dengannya ia tidur di kamar ansel aku melihatnya saat tidak sengaja kamar ansel terang dan aku melihat mas arga tertidur didalamnya.

"dimakan disa bukan dilihatin" 

aku menengok sumber suara yang tidak asing. Mas arga disebrangku dia sudah dalam keadaanku rapih dan duduk didepanku sambil mengambil roti dan mengoleskan selai kacang favoritnya.

"dimakan" mas arga menatapku, aku buru-buru mengambil roti rasanya tidak ingin makan tapi kalo aku tidak makan mas arga akan jauh lebih marah dan keadaan akan makin keruh.

"saya akan bawa kamu ke sebuah tempat setelah kita sarapan"

aku menatap mas arga kembali, apa lagi yang akan dia buat.

***

yang sudah ia janjikan setelah sarapan mas arga membawaku kesebuah tempat, lebih tepatnya sebuah rumah yang megah dengan nuansa America style. Aku hanya menatap sekelilingku orang-orang yang bekerja disini tunduk dan memberi salam saat aku dan mas arga melewati mereka.

"ngapain kalian disini?" suara nena memecahkan lamunanku saat aku masih menatap sekeliling rumah ini. Nena menatapku , aku yang tepat berada disamping mas arga mundur pelan dan berlindung dibelakang badan mas arga.

"saya kesini ingin menjelaskan semuanya ke disa, nena" mas arga mencoba untuk menenangkan suasana yang aku sendiri sudah merasakan dingin padahal pagi ini tampak sangat cerah dan hangat.

"aku mohon nena kasih saya untuk menjelaskan semuanya ke disa dan nena" ucapnya lagi

nena memandangku dari atas hingga bawah kemudian badannya menyamping membuka jalan untuk aku dan mas arga masuk. Tanpa basa basi aku salim dengan nena walaupun awalnya beliau agak menolak tapi saat aku tetap kekeh untuk salim akhirnya nena mau dan kami masuk kedalam rumah.

kami duduk diruang tamu mas arga disampingku dan didepan kami ada nena. 

"maaf sebelumnya kalo saya datang pagi-pagi nena, karna saya sudah tidak ingin menunda semuanya hari ini disa harus tau dan aku meminta nena untuk merestuiku dengan disa"

tidak ada balasan hanya keheningan diantara kami bertiga

"saya datang kesini ingin menemui disa dengan arumi" 

aku menatap mas arga saat aku mendengar kata arumi. aku tidak salah dengarkan?

"saya melakukan ini semua demi ansel, saya tidak ingin ansel kehilangan sosok seorang figur ibu. aku tau terlalu egois hanya memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan perasaan arumi. aku tau aku salah dan rasanya seperti terlalu cepat"

aku melihat punggung mas arga tidak bergetar hanya saja aku tau mas arga sedang menahan tangisannya. ia tertunduk.

"saya mencintai arumi bu sangat mencintainya, tapi saya tidak tau arumi bertahan berapa lama dalam keadaan seperti ini, saya tidak tau arumi akan meninggalkanku atau tidak" lanjutnya

"saya tidak tau kedepannya seperti apa tapi saya tetap harus melanjutkan kehidupanku kan bu? saya egois bu saya tau aku egois. tapi ibu pasti paham maksudku" mas arga menatap nena kali ini air matanya mengalir. aku memegang erat tangannya mencoba untuk menenangkan keadaan.

"bu, saya tidak akan meninggalkan arumi saya akan ada tetap disampingnya dan saya tidak memisahkan arumi dengan ansel, ansel tetap anaknya arumi bu"

nena hanya mengusap air matanya yang jatuh, aku tau nena pasti tidak ingin semua ini terjadi dengan anaknya yang malang tapi takdir sudah berkata lain. ia juga tidak ingin egois, ada orang lain yang tetap harus melanjutkan kehidupannya.

"saya mohon dengan ibu untuk merestui saya dan disa" mas arga menatapku, aku hanya membalasnya dengan senyuman

"disa anak yang baik, dia juga sosok perempuan dewasa dan yang lebih penting dia sangat sayang dengan ansel seperti anak kandungnya sendiri" lanjutnya

"ibu paham maksudmu nak arga" nena menatap kami dengan senyuman yang aku tau ia menahan tangisannya.

"dari awal ibu memang sudah merestui kalian bagaimana pun nak arga harus melanjutkan kehidupan, yang kamu tau juga nak arga dokter sudah bilang kemungkinan kecil arumi untuk bertahan dan dokter bilang doa dan mukjizatlah yang bisa membantu jika memang arumi bisa siuman kembali, semua alat medis yang dipasang hanya menolongnya untuk bertahan yang entah sampai kapan itu semua akan lepas dari tubuhnya atau tetap terus dipasang ditubuhnya" nena tertunduk, sesak sekali rasanya melihat seorang ibu yang harus menceritakan kemalangan anaknya.

aku bangkit dari tempat duduk dan mencoba duduk disamping nena untuk menenangkannya. aku mengenggam tangan nena dan mengusap punggung nena.

"aku minta maaf, kehadiran aku membuat nena menjadi sedih" aku mencoba membuka suara, sebenarnya aku takut tapi aku tau nena tidak sejahat itu.

nena menatapku lalu ia mengelus kedua pipiku dan memelukku. 

"nena harusnya yang minta maaf sudah kasar denganmu, padahal kamu tidak tau apa-apa" suaranya sudah serak nena sudah menangis tersedu-sedu.

aku melirik mas arga dia tersenyum denganku. 

"temui arumi, jelasakan ke dia bagaimana pun ia harus tetap tahu" nena melirik kami berdua dan dijawab dengan anggukan oleh mas arga

"semoga kamu bisa menerima semua keadaan ini ya disa, dan tetap menyayangi ansel, maaf arga telat memberi tahu semuanya"

aku mengangguk "aku menerima keadaan ini semua dan menyayangi ansel ...dan lebih pentingnya lagi aku juga berharap mba arumi menerima keberadaanku" 

nena mengelus tanganku dan mengangguk paham.

tbc...


F A M I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang