Part 34

1.9K 54 2
                                    

Warning 21+!!

***

Akhir-akhir ini mas arga selalu keluar tanpa memberitahuku dan yang aku benci kenapa aku tidak bisa memarahinya kejadian kemarin harusnya menjadi pelajaran untuk aku lebih bisa mendesaknya untuk terbuka tapi mas arga seperti menyepelekannya atau sebenarnya dia benar-benar menganggapku tidak ada? 

Aku menunggu mas arga diruang tamu, ansel sudah tidur setelah ia mogok makan karna ia tidak mau makan malam jika tidak ada mas arga sampai aku berusaha payah menelepon mas arga tapi tidak ada jawaban, aku memutar otak agar ansel tetap makan walau tanpa papanya, aku benar-benar dibuat naik darah oleh mas arga. malam ini aku benar-benar ingin meluapkan semuanya, pukul 11 malam mas arga masih belum datang, aku benci mas arga. kuhempaskan badan ke sofa aku menutup mata kepalaku terasa berat tapi aku tidak boleh tidur aku harus menunggu mas arga pulang. tak lama terdengar suara mobil mas arga parkir di halaman aku langsung berdiri dengan sedikit sempoyongan akibat sakit kepala.

mas arga membuka pintu utama ia melihatku sudah bersedekap persis seperti mamak mamak yang menunggu anak gadisnya pulang tengah malam tak inget waktu.

"jam berapa ini mas?" nadaku sedikit ketus, mas arga menutup pintu dengan pelan

"saya bukan anak kecil lagi disa" ia menatapku

"aku tau mas" aku mencoba menghalanginya untuk masuk kedalam rumah

"mau kamu apa ?"

"jelasin semuanya" aku menaiki alis mas arga hanya menatapku dengan mata yang menyipit

"sudah saya jelasin semuanya disa, apa lagi yang  mau kamu dengar?"

aku mencoba mempertahankan diri yang hampir mau ambruk kepalaku sakit tapi aku ingin marah dengan mas arga

"mas aku cape, kenapa mas arga ga mau terbuka dengan aku?" aku menghela nafas 

"akhir-akhir ini mas arga sering keluar tanpa memberitahu aku, ansel cari mas arga aku harus bohong apa lagi kalo papanya sibuk, sedangakan aku ..." aku mengambil nafas banyak-banyak mencoba untuk tidak menangis "aku gatau mas arga ngapain diluar sana, ansel cari kamu dia gamau makan kalo ga ada kamu aku harus mutar otak agar dia tetap makan, kondisi kamu dan ansel sudah membaik harusnya kamu menjaganya bukannya malah meninggalkannya lagi memberi jarak" mas arga hanya menatapku, aku sudah berbicara panjang tapi dia hanya menatapku

"kamu jelasin ke aku! apa lagi yang kamu tutupi dari aku, apalagi yang ga aku tau?" aku menjeda kalimatku sampai terlintas dipikiranku "kamu sama bella mas? kamu keluar jalan sama bellakan?"

"oh ya?! kalo bukan bella lalu siapa? mba arumi? mana mungkin dia sedang berbaring ditempat tidur, kamu dengan bellakan?" tanyaku lagi

"jangan bawa orang ketiga disa" mas arga memberikan tatapan tajam kepadaku

"apalagi perkara rumah tangga kalo bukan orang ketiga? apalagi kalo perkara rumah tangga kalo bukan selingkuh?" aku menekankan kalimat terakhir sampai mas arga kaget mendengarnya

"DISA!" mas arga membentakku dengan nada tinggi "kamu nuduh saya selingkuh? otak kamu dimana disa" lanjutnya

"aku ga nuduh, aku cuma memberitahu mas arga perkara rumah tangga apa lagi kalo bukan selingkuh?"

"saya ga selingkuh disa, apalagi sama bella" tegasnya

"ya aku mana tau kamu bilang didepanku ga sama bella tapi tiap keluar sama bellakan atau sama yang lain?"

"terserah kamu" mas arga pergi meninggalkanku 

"kamu tuh kapan si bisa nyelesain masalah ga usah langsung pergi gitu aja" mas arga membalikan badannya dan melihatku sudah menangis iya menangis aku sudah tidak sanggup menahan air mata lagi, seperti yang sudah-sudah mas arga selalu pergi tanpa menyelesaikan masalah dan aku lelah.

"mas aku cape..bisa ga si kalo kita hidup normal aja masalah mba arumi belum selesai kamu udah giniin aku lagi, aku harus apa lagi mas?" aku terduduk di sofa, terserah kalo mas arga tetap pergi ke kamar tanpa memperdulikanku, aku hanya tertunduk lemas sambil menangis. tapi aku merasakan tanganku digenggam dan melihat mas arga sudah menyatarakan posisiku yang sedang duduk.

"kamu dengan bellakan mas? kamu selalu pergi dengan bellakan? kamu kaya gini karna kita ga pernah melakukan hubungan suami istrikan?" mas arga menatapku kaget, tidak tau apa yang aku pikirkan saat ini, kalian tahu kan kalo orang ada masalah sambil menangis pasti pikirannya kemana-mana? iya ini yang aku alami dikepalaku yang sakit ini rasanya banyak sekali pertanyaan dan pikiranku yang kemana-mana. 

Semenjak awal pernikahan kami tidak melakukan hubungan suami istri dari mulai kondisi yang masih canggung sampai masalah bermunculan satu-satu hingga tiap malam kami langsung tertidur pulas. aku bukannya tidak memberikan hak ku tapi kondisi kami yang tidak memungkinkan, belum lagi kondisi hubunganku dengan mas arga seperti demam naik turun dan tidak tau akan normal atau tidak sama sekali, belum lagi akhir-akhir ini mas arga selalu keluar tanpa memberitahuku dengan jelas rasanya ingin meledakkan kepala yang selalu berpikir keras hingga kemana-mana.

"mas.." aku menggantungkan kalimat karna mas arga tiba-tiba memelukku ia mengusap kepalaku lalu punggungku 

"maaf" kata maaf yang terucap dari mas arga rasanya hambar mungkin karna aku sering mendengarnya 

lalu ia menatapku dan mengusap air mataku dengan tangannya sampai aku merasakan bibirku diusap oleh ibu jarinya. mas arga menatapku jarak kami sangat dekat  sampai aku merasakan sentuhan bibir mas arga menyentuh denganku, aku melihatnya ia sudah menutup mata dan aku merasakan sentuhan bibir mas arga yang mencoba  membuka mulutku agar bisa ia eksplor. sedikit-sedikit aku membuka mulutku dan memejakan mata merasakan lumatan bibir mas arga, lumatan yang halus, ia menuntunku untuk membalasnya aku mencoba mengikuti gerakan yang diberikan  mas arga benar-benar membuatku lupa bahwa aku sedang marah dengannya. aku mencoba mendorongnya pelan karna kegiatan kami yang terlalu dalam membuat aku hampir kehilangan oksigen, mas arga menyudahkan kegiatan kami ia memberikan aksesku untuk menghirup udara yang banyak .

mas arga menatapku ia mendorongku dengan pelan untuk tiduran di sofa, ia melumat bibirku lagi dan aku membalasnya gerakannya semakin cepat aku merangkulkan tanganku dilehernya mas arga . tangan kiri mas arga menahan badannya agar tidak menyentuh badanku tangan kanannya  mengelus wajahku, kami berhenti beberapa saat untuk menghirup udara kembali. mas arga menatapku ia seperti menginsyaratkan untuk membuka baju, aku mengangguk pelan mas arga dengan cepat langsung membuka kancing piyamaku dan melihat payudaraku yang dibalut bra berwarna navy, aku langsung memalingkan wajah merasakan malu. Dikancing terakhir mas arga mengajakku untuk berciuman lagi, tangannya mengeksplor badanku dan aku sedikit menggeliang karna merasa geli lalu mas arga sedikit mengangkat tubuhku untuk ia bisa melepaskan kaitan bra ku. 

mas arga menatapku ia mencium keningku, hidungku, pipi kananku, pipi kiriku dan  bibir. kemudian ia mencium leherku sampai berada didadaku ia berhenti melakukannya.  ia menatapku dan mendekatkan wajahnya kepadaku "aku tidak mau melakukannya di ruang tamu" lantas aku langsung melihat sisi kananku yang baru menyadari bahwa kami melakukannya diruang tamu. aku menatap mas arga ia langsung menutup badanku asal dengan piyama yang belum ia lepaskan. mas arga menggendongku ala bridal menuju kamar tamu, untungnya ibunya mas arga sudah tidak menginap lagi. mas arga menjatuhkan badanku diatas ranjang lalu ia menutup pintu dan menguncinya.

aku mengalihkan wajahku, mas arga sudah berada diatasku ia sudah melepaskan kaosnya dan celananya dan hanya menyisakan boxernya. mas arga melumat bibirku kembali aku mengantungkan tanganku di lehernya, tangannya kembali mengeksplor badanku, ia melepasakan satu persatu pakaian yang aku pakai dan tidak meninggalkan sehelai pakaian dibadanku. mas arga menatap tubuhku "cantik" dan tangannya kembali meraba tubuhku. malam ini aku akan menjadi istri sepenuhnya, aku tidak memikirkan kekesalanku akan berujung sebuah kenikmatan. tapi ingat ya mas arga urusan kita belum selesai..

tbc...

omggggggggggggg aku buat 21+ untuk pertama kalinya hahaha

buat yang dibawah umur minggir dulu kaleaaaan..

dilanjut atau stop guys? hahaha




F A M I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang