Part 50

1.2K 85 4
                                    

Sepanjang perjalanan pulang aku tidak henti-hentinya menangis, aku tidak menyangka akan serunyam ini. Mama pasti makin membenciku, Mas Arga pasti akan mendiamkanku, Ansel? ia pasti akan sedih dan makin tidak ingin jauh dariku. Setelah ibu tahu kabar apa yang aku dapat, ibu memintaku untuk tetap di rumah, karna ibu tidak tega melihat aku menangis sesegukan, ibu khawatir denganku tapi aku tidak bisa diam seperti ini. Dengan berat hati ibu memberiku izin, aku langsung berkemas dan pergi ke terminal.

Sampainya aku di Rumah Sakit dimana Ansel di rawat aku berjalan dengan cepat sambil melihat nomor kamar yang diberitahu oleh Bi Siti. Aku berhenti tepat diujung lorong, aku melihat Bi Siti sedang menunduk di kursi depan kamar inap, aku berjalan menghampirinya  dan duduk disampingnya mencoba mengusap punggung Bi Siti dengan pelan, Bi Siti melihatku dengan tatapan sendu lalu memelukku. Aku tau Bi Siti menangis karna kehilangan Mba Arumi di tambah Ansel harus masuk rumah sakit.

"Ansel sudah tau?" tanyaku saat Bi Siti sudah mulai tenang dan jawaban Bi Siti hanya menggelengkan kepala

"aku masuk ya bi" ucapku meninggalkan Bi Siti didepan kamar

Aku melihat Ansel sedang memandang jendela, Ansel belum tidur. Aku mendekatinya dengan hati-hati

"kenapa belum tidur anak bunda?" ucapku saat sudah berada disampingnya, sudah pukul tiga dini hari

Ansel menatapku, ia ingin bangun dari tidurnya tapi ku tahan dengan menggenggam tangannya, aku duduk disampingnya sambil memegang tangannya "bunda dari mana?" ucapnya pertama kali dengan suara seraknya

"maafin bunda ya, bunda pulang kerumah  bunda ga bilang Ansel"

"bunda janji ga ninggalin Ansel?"

"iya maafin bunda ya" aku mengelus wajahnya merasakan tubuhnya yang tidak panas mungkin sudah reda

"Ansel kenapa belum tidur?"

"Aku mimpi mama" cukup lama kami terdiam kami hanya saling menatap dan tidak lama handphoneku berdering

Telepon dari Mas Arga, sebelumnya aku bilang ke Mas Arga melalui pesan kalo aku akan ke rumah sakit tapi aku lupa memberitahunya kalo aku sudah sampai. aku menjauh dari Ansel mengisyaratkan untuk mengangkat telepon sebentar

"ya mas walaikumsalam" ucapku membalas salam dari mas arga

"sudah di rumah sakit?"

"sudah mas, aku sudah bertemu Ansel sekarang dia sudah membaik"

"pagi nanti di jemput sama Pak Ujang kamu bawa Ansel ke rumah mama"

"mba arumi belum dikebumikan?"

"belum, mama minta Ansel melihat Arumi untuk terakhir kalinya"

"aku harus memberitahunya seperti apa mas?"

"tidak perlu, biar dia kesini dulu baru nanti kita jelaskan"

"maas.." tidak ada jawaban, Mas Arga menunggu kalimatku lagi sedangkan aku bingung mau berucap apalagi dari yang aku dengar pertama kali Mas Arga membuka suara sepertinya ia habis menangis berat, suaranya yang berat dan serak membuatku berpikir keras, Mas Arga benar-benar kehilangan sosok Mba Arumi?

"tidak ada mas, besok aku hubungi lagi"

"saya tutup teleponnya" ucapnya tanpa basa-basi

***

Pagi ini dengan instruksi Mas Arga semalam Ansel sudah dibolehkan pulang dan kami, Aku, Ansel dan Bi Siti di jemput oleh Pak Ujang. Selama perjalanan Ansel selalu menanyakan kita akan pulang atau mampir dulu ke Mall, seperti anak-anak lainnya Ansel juga sangat suka dengan Mall dia ingin bermain denganku di PlayGround sedangkan aku berusaha keras untuk menenangkan dia agar tidak rewel.

"kenapa kita ke rumah nena?" Ansel menatapku ketika mobil yang dibawa Pak Ujang memasuki halaman rumah mama

"kenapa rame?" lagi Ansel menanyakan kepadaku

Aku tidak menjawab pertanyaan Ansel, aku menyuruhnya untuk turun dan disusul aku. Saat ini aku dan Ansel sudah berada di depan rumah mama, orang-orang yang sibuk berlalu-lalang dihadapan kami hanya melirik lalu sesekali seperti ada yang membicarakanku tapi aku tidak peduli dengan apa yang mereka omongkan.

"Papa ada disini?" tanyanya lagi, aku hanya mengangguk lalu ku pegang tangan Ansel dan masuk ke dalam rumah. 

Lantunan doa terdengar ketika aku sudah masuk ke dalam rumah melihat orang-orang dengan khusyunya melantunkan doa untuk alm Mba Arumi. Aku melihat sosok Mas Arga berada tepat disamping peti jenazah satu tangan memegang peti, satu tangan memegang buku yasin. Ansel tepat berada disampingku langsung memelukku, aku sontak menunduk melihat tubuh mungilnya sudah memeluk.

"Ansel" kataku pelan sambil mengusap punggung belakangnya, Ansel hanya menggelengkan kepala, tak lama aku merasakan bajuku mulai basah, aku menunduk lalu ku posisikan sejajar dengan tinggi Ansel dan melihatnya sudah menangis dalam diam. Aku memeluknya mencoba menenangkan tanpa berkata, cukup lama aku membiarkan Ansel masih dalam posisi menangis sampai aku melihat Mas Arga sudah berada di depanku.

"pamit dulu sama mama" Mas Arga memposisikan tubuhnya dengan kami, Ansel hanya menatap Mas Arga lalu dipegangnya tangan Ansel dan berjalan menuju peti. Aku hanya melihat dari kejauhan. Mas Arga menggendong Ansel dan di dekatkannya Ansel ke dalam peti. Ansel mencium alm Mba Arumi untuk terakhir kalinya, lalu ia memeluk dan menenggelamkan wajahnya di leher Mas Arga. 

Tbc..

Baru update lagi karna sebulan lebih ini aku sibuk dengan real life, maaf ya..

hari ini upload 2x, makasih sudah setia menunggu ^^



F A M I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang