Part 3

4K 113 0
                                    

"Bude nitip ansel ya dis, Bude ada keperluan dengan Ayahnya Ansel, bude titip sebentar gapapakan?"

 pagi-pagi aku sudah dititipkan anak gadis cantik ini oleh Bude Ratih, memangnya mau kemana pagi-pagi gini. Aku hanya menurut dan memegang tangan anak gadis cantik ini sambil melihat mobil suv hitam yang didalamnya ada Bude Ratih dan Ayah Ansel melaju pergi meninggalkan perkarangan rumahku.

"Siapa dis?" Ibu keluar dari dapur melihat aku sudah menggandeng Ansel

"Ansel bu, bude ratih nitip ansel disini katanya ada keperluan dulu sama ayahnya" 

"Anak cantik sudah sarapan?" Dila menghampiri ansel yang tengah duduk. Ansel hanya mengangguk. Yaampun, anak ini minim bicara sekali. Aku meninggalkan ansel bersama ibu dan aku kembali keaktivitasku dipagi hari yaitu mandi.

"Bu, Ansel minim bicara ya?" aku membuka obrolan di meja makan, aku melihat Ansel sedang asik menonton kartun di tv berhubung Ansel sudah sarapan jadi di meja makan hanya aku dan ibu.

"Kayanya dia jadi jarang bicara semenjak kepergiian mamahnya"

"Emang mamanya kemana bu?" 

ah tidak sebenarnya aku cuek tapi berhubung ini menyangkut dengan ansel yang sepertinya bakal sering aku temui.

"Mamanya meninggal 2 tahun yang lalu karna mendadak dapat serangan jantung"

"Ah kasian sekali" aku melihat ansel yang sedang asik menonton. Kasian sekali pasti dia merasa kehilangan.

"Makanya Bude Ratih memutuskan untuk balik kesini karna ingin suasana baru, agar Ansel tidak terlarut dalam kesedihannya, setelah kepergiaan mamanya, ansel sedikit berubah jarang bicara dan tidak aktif bersosial seperti dulu" aku hanya mengangguk saat ibu melanjutkan bicaranya.

Jam menunjukan pukul 11 siang tak lama aku mendengar suara ketukan pintu, semenjak ada ansel di pagi hari ibu menjaga warung dan aku menemani ansel di dalam rumah. Tapi sepertinya ibu sedang berada dirumah tetangga karna seharusnya ketika ada tamu ibu yang melayaninya

"Cari siapa ya?" aku melihat laki-laki bertubuh tegap dihadapanku.

Tampan sekali dia dengan kemeja warna biru muda dan lengan baju yang ia gulung. Ahhh, tidak aku malah salah fokus.

"Mau jemput ansel" jawabnya singkat

"Oh ayahnya ansel" laki-laki itu hanya mengangguk dengan wajah datar

"Ansel ayah jemput" panggilku ke ansel tak lama ansel keluar tapi dia berdiri dibelakangku

"Ansel sudah waktunya pulang, ayah ansel sudah jemput" Tak lama Ansel menghampiriku, aku melihat kearah bawah ansel hanya memeluk kakiku.

"Ansel ayo pulang" pria ini hendak mengambil ansel tapi ansel terus bersembunyi dan sekarang berada dibelakang bokongku

"Sepertinya ansel masih ingin disini, gapapa nanti kalo dia bosan saya antar kerumah" aku mencoba mengartikan perilaku Ansel yang sepertinya dia masih betah dirumah.

"Ansel jangan merepotkan kakanya, sudah ayo pulang" tangan pria ini mengulur hendak mengambil Ansel yang berada dibelakangku

Pria ini dingin dan tidak ada ekspresi gimana anaknya tidak takut.

"Nanti saya aja yang antarkan pulang, gapapa ko ga ngerepotin" aku berusaha untuk mencairkan suasana yang kusebut suasana ini tidak enak.

"Ayah akan marah kalo ansel tidak nurut" ucapnya dengan tegas

Tidak lama ansel keluar dari persembunyiannya dan menghampiri ayahnya.

"Saya berterimakasih maaf sudah merepotkan" tidak lama pria itu menggendong ansel lalu pergi. Aku melihat Ansel saat digendong ayahnya, dia melihat kearahku dengan tatapan sendu.

Aku benar-benar kasihan melihatnya. Aku tau rasanya kehilangan, ansel mengingatkanku saat umur 5 tahun tepat tidak jauh dari umurnya. Aku benar-benar seperti ansel tidak banyak bicara dan anti social saat kehilangan orang yang disayang pergi.

To be continue...

F A M I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang