Part 47

1.3K 102 11
                                    

Aku menunggu kepulangan Mas Arga dari rumah mama, tapi tidak kunjung datang. aku juga sudah mencoba kirim pesan tapi tidak ada balasan, aku juga mencoba mengirim pesan ke mama dan tidak ada jawaban. Bi siti sudah dari tadi memperhatikanku membawakan beberapa makanan dan minuman agar aku tenang. Ansel sudah tidur ia benar-benar kelelahan karena bermain di playground, setelah makan siang aku memutuskan tetap belanja sebentar dengan hati yang penuh khawatir dan bertanya-tanya dan setelah berbelanja Ansel meminta untuk bermain di playground alhasil aku menuruti keinginannya dan sekarang ia tertidur.

"bi aku titip Ansel ya" Aku mengambil tasku yang masih aku taruh diruang keluarga

"bu disa mau kemana?" 

"aku kayanya mau ke rumah mama bi nyusul Mas Arga, nanti kalau Ansel bangun tolong di tenangi ya bi, aku ga lama ko" 

"tapi ini sudah malam bu"

"gapapa bi, dari pada saya disini ga tenang"

"ibu Disa  hati-hati" 

Entah apa yang ada dipikiranku aku, ingin sekali menyusul Mas Arga dan melihat Mba Arumi. Aku selalu bertanya apakah Mba Arumi baik-baik saja?  sudah malam gini Mas Arga tak kunjung mengabariku akhirnya aku memutuskan untuk kerumah mama bersama Pak Ujang. Tiba dirumah mama aku melihat mobil Mas Arga masih terpakir dengan rapih dan ada mobil ambulance disampingnya, seketika aku bulu kudukku merinding mungkin karna dari dulu aku takut dan tidak suka dengan mobil ambulance.

Pintu terbuka dengan lebar, aku melihat beberapa suster berlalu-lalang sambil membawakan peralatannya, aku mencoba masuk kedalam dengan pelan-pelan dan menyaksikan orang-orang sekitar yang tengah sibuk

"assalammualaikum" ucapku saat masuk kedalam rumah, aku memberikan senyum kepada orang-orang yang tengah sibuk saat aku melewati mereka, langkah kaki mengarahkanku menuju ke kamar Mba Arumi sebelum sampai dikamar Mba Arumi aku bertemu dengan teman dekatnya ketika Mba Arumi yaitu Andini, aku pernah bertemu dengannya yang kebetulan ia adalah guru dari Ansel

"Andini" ucapku sambil menepuk pelan bahunya

"Disa" andini terlihat kaget melihatku berada disini

"nyusul arga?" lanjutnya lalu aku mengangguk 

"ada dikamar arumi" andini menunjukkan kamarnya yang tak jauh dari tempatku dan Andini

"bagaimana dengan Mba Arumi?" tanyaku

Andini tidak menjawab ia hanya menggeleng sambil mengusap air matanya, aku tidak memaksanya untuk menjawab lalu aku pamit untuk meninggalkannya. perlahan aku berjalan menuju kamar Mba Arumi belum sampai aku didepanya mama keluar dengan penuh kesedihan

"mah" ucapku pelan memberentikan mama yang hendak meninggalkan kamar Mba Arumi

mama menatapku cukup lama raut wajahnya sangat menggambarkan kesedihan yang luar biasa, aku mencoba untuk tenang dan berharap semua akan baik-baik saja. mama memegang tanganku sambil menunduk "lepaskan Arga, mama mohon"

deg! kalimat mama seketika membuat duniaku langsung berhenti

"demi Arumi" lanjut mama dengan suaranya yang sudah serak, aku mencoba mama untuk menatapku lalu mama mendongakan kepalanya dan menatapku

"mah.." air mataku mengalir begitu saja sedangkan kalimatku belumku sampaikan, tak lama seorang suster menghampiri kami "permisi bu, boleh ikut saya masuk kedalam sebentar" suster mengintrupsikan mama untuk masuk kembali ke kamar Mba Arumi, mamapun mengikut arahan suster dan meninggalkanku, belum mama masuk Mas Arga keluar  dari kamar sempat terjeda beberapa detik, mama menatap Mas Arga begitu juga dengan Mas Arga lalu  Mas Arga menatapku dibelakang mama, cukup melihatkan wajah yang kaget karna aku sudah berada disini. Mas Arga pun menarik lenganku dengan pelan menjauhkan aku dari kerumunan

"kamu sedang apa disini Disa?!" nadanya sedikit naik

aku tau Mas Arga kesal denganku karna sudah melanggar aturannya dua kali "aku khawatir mas"

"saya sudah bilang kamu dirumah, nanti saya kabari!"

"aku sudah nunggu, tapi mas arga tidak mengabarinya"

"Disa! kamu tau  tidak kalo ini masih tidak kondusif, yang ada nanti malah memperkeruh keadaan kalau kamu ada disini"

"mas..." kalimat yang membuatku benar-benar sedih mendengarkannya dari mulut Mas Arga

"saya mohon Disa, saya baik-baik saja kamu hanya perlu nurut dengan saya"

"MAS! MAS ARGA KENAPA SELALU BERPIKIR BURUK DENGANKU, AKU BENAR-BENAR TIDAK AKAN MENCELAKAI MBA ARUMI, MBA ARUMI KRITIS JUGA BUKAN KARNA AKUKAN?! AKU TIDAK MELAKUKAN APAPUN KAN MAS?! TAPI KENAPA SEOLAH-SEOLAH AKU INI PENYEBABNYA?!"  aku menaikkan nada saking sudah lelahnya dengan Mas Arga untungnya sekeliling kami tidak ada orang

"Disa saya tidak bermaksud seperti itu, saya hanya tidak ingin orang-orang menyalahkanmu" Mas Arga memegang kedua pundakku, mata kami saling menatap aku sudah tidak bisa menyembunyikan kesedihakanku, Mas Arga melihatku menangis didepannya.

"kenapa aku yang harus disalahkan? aku salah apa?" aku terisak, Mas Arga langsung memelukku mencoba menenangkan tapi bukannya makin tenang aku semakin menjadi, cukup lama kami saling berpelukan sampai aku merasa sedikit tenang karna elusan yang diberikan oleh Mas Arga

"maafkan saya Disa" Mas Arga mencium puncak kepalaku, aku memejamkan mata sebentar untuk menenangkan diri, aku menghirup aroma tubuh Mas Arga yang wangi, yang ingin aku hirup setiap harinya.

"Arga" suara yang aku dan Mas Arga dengar membuat kami menengok ke arah sumber suara

mama sudah berada didepan kami, Mas Argapun melepaskan pelukkannya dan aku mencoba menghapus air mataku dengan bersembunyi dibalik badannya Mas Arga

"Arumi butuh kamu" Mas Arga mengangguk ia hendak pergi lagi ke kamar Mba Arumi tapi aku menahannya, aku memegang tangan Mas Arga, Mas Arga pun menengok ke arahku dengan tatapan bingung

"aku ikut" tanpa basa basi Mas Arga mengangguk dan membawaku masuk kedalam rumah melewati mama sambil berpegangan tangan

***

Aku masuk kedalam kamar terlihat banyak alat yang membantu proses penyembuhan Mba Arumi, aku memegang erat tangan Mas Arga ada rasa cemas dan takut dalam diriku. Mas Arga ingin melepaskan tanganku saat kami sudah berada di sisi Mba Arumi tapi aku menahannya, ternyata Mba Arumi masih terjaga, ia sadar dan melihat kami berdua. Aku tidak menyapanya, aku terdiam melihat Mba Arumi yang semakin pucat dan kurus tidak tega melihatnya terbaring ditempat tidur.

Mba Arumi secara bergantian melihat aku dan Mas Arga itupun aku melihatnya dari gerakan  matanya, matanya lama-lama memperhatikan tangan kami, ia melihat kami berpegangan tangan, wajahnya berubah Mas Arga mencoba mengelus kepalanya kemudian ada perlawanan dari Mba Arumi, gerakannya semakin kasar Mba Arumi memberontak, Mas Arga melepaskan tanganku mencoba menahan badan Mba Arumi untuk tenang dan aku mundur selangkah.

"Disa tolong panggilkan suster dan dokter" Mas Arga menengok ke arahku yang masih terdiam dibelakangnya

Mba Arumi menatapku dengan melotot ia seperti marah denganku, ia hendak berteriak tapi tidak bisa ia terus menggerakan badannya, detak jantungnya semakin cepat aku melihat dan mendengar dari monitor yang berada disampingnya. Mas Arga terus mencoba menenangkan Mba Arumi sambil memegang pundaknya, sesekali Mas Arga memeluknya agar Mba Arumi tenang.

"DISA!!" Mas Arga meneriakku akupun keluar mengikuti arahannya, belum sempat aku memanggil, dokter dan suster sudah masuk kedalam kamar melewatiku begitu saja..

Tbc... 

Silakan menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya ^^

F A M I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang