Semua orang melingkari pusara rumah barunya Mba Arumi, semua tertunduk sedih saat peti masuk ke dalam tanah, tangis pecah di area pemakaman tak bisa ku elakan bahwa tangisan yang paling terdengar adalah suara mama, sampai detik ini mama tidak melihatku berada di dekatnya. Ya, aku tidak cukup berani menampaki diri walau beberapa kali Mas Arga mengajakku untuk melihat Mba Arumi untuk terakhir kalinya. Bi siti juga sesekali menemaniku melihat dari kejauhan tapi aku memintanya untuk menemani Ansel untuk terus dekat dengan Mba Arumi.
Ansel dalam pelukan Bi Siti ia cukup intens melihat proses pemakaman Mba Arumi, sedangkan Mas Arga ia selalu menjadi orang pertama yang selalu siap untuk mengikuti arahan dari Pak Ustad. Sesekali aku menyeka air mata yang tiba-tiba jatuh, aku teringat pertama kalinya Bapak meninggalkanku selama-lamanya. sama seperti Ansel aku hanya bisa terdiam, sesekali menangis lalu terdiam lagi, entah apa yang aku pikirkan pada saat itu dan sekarang aku menyaksikan Ansel sama persis dengan diriku yang dulu. Aku menyaksikan setiap proses pemakaman Mba Arumi tanpa ada yang terlewatkan, melihat ketulusan Mas Arga dalam memberikan rumah terbaik untuk Mba Arumi, melihat isakkan tangis mama dalam pelukkan sodaranya dan orang-orang yang mengenal Mba Arumi yang terlihat kehilangan.
"Selamat tinggal Mba Arumi maaf jika kehadiranku membuat mba menjadi terpuruk, maaf kalo ini semua tiba-tiba. aku, Disa tidak akan melakukan hal bodoh jika tau kalo Mas Arga sudah memiliki istri. Aku tidak tau Mba Arumi menyukai ku atau tidak, masih banyak yang ingin aku sampaikan, inginku berbicara dengan Mba Arumi, tapi Tuhan membuat ini semua menjadi cepat. Aku tidak pernah berdoa hal buruk tentang Mba Arumi percaya denganku mungkin kalo Mba Arumi terus ada, aku yang memilih untuk pergi. Mba, aku akan menjaga Ansel dan menyayanginya seperti Mba menyayanginya dan merawatnya dengan tulus. Sekali lagi selamat tinggal Mba Arumi." ucapku dalam hati
Pemakaman sudah selesai satu persatu meninggalkan Mba Arumi, tersisa Mas Arga yang sedang memeluk Ansel dan Bi Siti disampingnya. Mama juga sudah meninggalkan pusara Mba Arumi dibawa oleh sodaranya, karna melihat kondisi mama tidak baik jika terlalu lama berada di pemakaman. Aku mencoba mendekati Mas Arga, Ansel dan Bi siti lalu memposisikan setara dengan mereka. Aku menabur bunga yang aku beli didepan pemakaman, lalu aku memegang gundukkan tanah dan berdoa dalam hati.
"saya dan Ansel permisi, kami akan tunggu di mobil" ucap Bi Siti meninggalkanku dan Mas Arga di pemakaman Mba Arumi.
Aku melihat Mas Arga sedang menundukkan kepala, tangannya lurus memegang gundukkan tanah. Aku mendekatinya dan memeluknya. Kuusapkan punggung belakangnya dengan pelan, tak bisa ku elakan air mata yang jatuh ketika aku mencoba menenangkan Mas Arga, sesakitnya seseorang dalam hidup adalah kehilangan seseorang yang kita cintai.
"Maafkan saya Disa, saya salah" ucap Mas Arga sambil terbata-bata lalu Mas Arga menatapku
"Arumi seperti ini karna salah saya" ucapnya lagi
Aku hanya terdiam menatap Mas Arga, baju kokonya sudah kotor dengan tanah, matanya sudah sembab, benar-benar menandakan wajahnya tidak bohong jika memang ada penyesalan dalam diri Mas Arga, mungkin bukan jalan seperti ini yang Mas Arga inginkan tapi Tuhan mematahkan semuanya. Mas Arga mengalihkan pandangannya ke pusara Mba Arumi, ia merapikan bunga-bunga yang jatuh, air matanya tidak henti mengalir aku melihatnya dari samping.
"maafkan saya Arumi" tak tahan dengan kesedihannya Mas Arga langsung menunduk kembali, tubuhnya bergetar. Aku langsung memeluknya mencoba menenangkan tapi yang aku rasakan Mas Arga semakin menangis.
"kita pulang ya" ucapku
***
Kami sudah pulang ke rumah, aku dan Mas Arga masuk ke dalam kamar dan Bi Siti sudah mengambil alih Ansel, aku meminta tolong untuk membersihkan Ansel terlebih dulu. Di dalam kamar Mas Arga terduduk di tepi ranjang tatapannya kosong sambil menunduk. Aku mengambil handuk dan aku berikan ke dia "mandi dulu mas, setelah itu kita makan bersama" Mas Arga menatapku ia mengambil handuk yang aku berikan dan masuk ke dalam kamar mandi. sedangkan aku juga bersih-bersih di kamar mandi lain.
Setelah beres aku tidak melihat Mas Arga, sepertinya ia masih di dalam kamar mandi aku mendekat ke pintu kamar mandi "Mas jangan lama-lama kalo sudah aku tunggu di meja makan" ucapku lalu meninggalkan Mas Arga. Aku menyiapkan makan siang, selama aku menyiapkan makan siang aku melihat Ansel hanya terdiam menatap layar tv yang dinyalakan oleh Bi Siti.
"Ansel sini nak, kita makan siang dulu" Ansel melirikku ketika memanggilnya dan ia menurut menghampiriku di meja makan
"tunggu disini dulu ya, bunda mau panggilin papa" ucapku tapi tak lama aku melihat Mas Arga turun dari atas lantas aku tersenyum menyambutnya, tapi tidak direspon oleh Mas Arga dan aku sangat memakluminya.
Akhirnya kami makan siang bersama lagi, selama makan berlangsung tidak ada kalimat yang keluar, kami hanya terdiam, sesekali aku buka suara untuk menanyakan soal makanan dan dijawab oleh anggukan saja, aku memakluminya karna kami masih dalam berduka. Aku sering menatap Mas Arga, sedangkan ia hanya fokus dengan makanannya tanpa risih karna tatapanku. Aku melihat pakaian yang ia pakai Mas Arga terlihat rapi ia memakai baju koko yang lain, celana bahan berwarna hitam dan jam tangan yang melingkar di tangan kanannya, sepertinya Mas Arga akan kembali ke rumah mama.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
F A M I L Y
RomanceWARNING 21+!! Arga Prawira duda anak 1 memiliki rahasia didalam hidupnya, akankan Disa Aksara gadis yang ia bawa dari rumah masa lalunya bisa menerima kenyataan bahwa Arga memiliki rahasia yang ia tidak tahu sampai harus mendesak Arga untuk memberit...