Part 29

1.9K 58 0
                                    

Mas Arga menuntunku untuk naik ke lantai 2 kami hanya terdiam saat berjalan. setelah kami mengobrol dengan nena dan nena menyuruh kami untuk naik ke atas, setelah itu aku sama sekali tidak bicara dengan mas arga. aku merasa gugup, sesekali mas arga mengelus tanganku dengan jarinya aku tau mas arga ingin menenangkanku tangan yang ia genggam ini sudah dingin, aku tidak berbohong sungguh aku gugup dan takut.

Saat sampai didepan pintu berwarna putih dan sebelum kami masuk mas arga menatapku. "saya minta maaf disa" dia tau telah berbohong selama ini, merasa bersalah denganku karna pada akhirnya sekarang mas arga membawaku ke tempat yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. aku menatapnya kembali tak ada jawaban dariku hanya senyuman yang aku berikan yang menandakan aku sudah ikhlas dengan semua masalah ini.

Mas arga membuka pintu dengan hati-hati aku yang dibelakangnya mencoba sekuat mungkin untuk melihat di dalamnya. Kamar yang cukup luas dengan nuansa serba putih menghiasi seisi kamar ini. aku terdiam ketika aku masuk ke dalam kamar dam menatap pemandangan didepan, ada sebuah ranjang rumah sakit lengkap dengan alat medis yang terpasang ditubuh seseorang. ya dia adalah mba Arumi.  

Mas Arga berdiri tepat disisi ranjang, sedangkan aku disampingnya. aku melihat sosok mba arumi sedang tertidur dengan cantik dan sedikit pucat. Mas Arga menggengam tangan mba arumi "selamat pagi arumi, maaf mas baru datang" tidak ada jawaban hanya terdengar suara monitor detak jantung yang mengisi ruangan. 

"mas datang bawa seseorang.. maaf mas baru ajak dia kesini" mas arga melirikku

"ini disa yang selama ini mas cerita ke kamu, mas ga tau kalo bisa sejauh ini sama dia rum.. mas minta maaf" 

"say minta maaf sama kamu disa" mas arga melirikku kembali dia melepas genggamannya dengan mba arumi "mas sudah menutupi semua ini sama kamu, tidak ada niatan jahat sama sekali. selama ini mas ke kamu semua berjalan dengan begitu saja" mas arga menjeda bicaranya sampai ia kembali menatapku yang sudah mengeluarkan air mata dan mas arga menghapus air mataku dengan ibu jarinya

"ini arumi, istri mas" aku tahu dan cukup mas tidak perlu menjelaskannya karna itu membuatku sakit.. ya aku hanya menatap kosong saat mas arga mengenaliku dengan mba arumi "arumi seperti ini karna kecelakaan,  berita yang kamu dengar diluar sana mengenai arumi telah tiada itu bohong, semua memang sudah menganggap arumi tidak ada tapi aku.." 

"tapi aku menganggapnya ada selama aku masih bisa melihatnya" lanjutnya

"kenapa mas melakukan ini sedangkan mba arumi masih ada?" ini adalah pertanyaanku yang sangat ini aku tanyakan

"butuh waktu saya bisa sampai berada dititik ini, saya pernah bertekad untuk tidak menikah lagi tapi pada akhirnya aku harus menurunkan ego demi anak saya sendiri"

"kamu tau disa, disaat aku terpuruk dengan keadaan yang menimpa keluarga kecilku ini saya juga harus menerima keadaan dimana aku tidak suka dengan ansel, karna ansel yang menyebabkan arumi seperti ini" 

kalimat terakhir mas arga membuatku terkejut aku hampir ingin membentaknya tapi aku menunggu mas arga cerita kembali

"ansel menyebabkan arumi harus koma selama ini. arumi menyelamatkan ansel dari kecelakaan sehingga ia seperti ini, disa. saya tau saya salah menyalahkan ansel tapi pada saat itu aku terbawa emosi sampai ansel takut dengan saya, dia tidak mau bertemu dengan saya, menatap saya saja ia tidak mau"  aku mengusap punggungnya mas arga hanya menunduk

"sampai pada akhirnya saya mendengar percakapan ansel dengan teman-temannya yang  mengatakan ansel tidak punya mama, ansel yang menyebabkan mamanya seperti ini, saya disa.." suara mas arga mulai serak aku mencoba menenangkannya "saya yang mendengarnya sangat sakit bagaimana dengan ansel? aku melihatnya hanya menangis sesegukan tanpa ada perlawanan sama sekali, dia pada saat itu masih kecil dia belum tau apa-apa.."

"saya gagal disa..aku gagal jadi ayah yang baik untuk ansel" air mata mas arga jatuh dan aku langsung memeluknya

"mas ga gagal jadi ayah, mas udah jadi ayah yang baik untuk ansel" mas arga meronggakan pelukanku ia menatapku

"sampai akhirnya aku bertemu denganmu merubah semuanya dan membuka pikiranku untuk menyampingkan ego untuk tidak memikirkan diri sendiri"

aku tersenyum 

" selama ini saya cerita dengan arumi tentangmu tapi saya tidak cerita dengan arumi bahwa saya akan menikah lagi. saya yakin arumi setuju dengan keputusan saya karna ini semua demi ansel"

"bantu saya untuk menyakinkan arumi dan.." kalimat mas arga menggantung aku tau yang mas arga maksud, ingin aku mengatakan jangan dilanjutkan tapi rasanya berat

"dan maaf bantu saya untuk cinta sama kamu" ya dugaanku benar dari awal memang sudah dijelaskan semua ini demi ansel dan aku harus terima resikonya bukan?

mas arga mundur ia memberikan aku akses untuk lebih dekat dengan mba arumi. aku menatap mba arumi dari dekat wajahnya yang cantik, kulitnya yang putih dan hidungnya yang mancung membawaku kembali menatap diri, jauh sekali dengan diriku. mba arumi mirip sekali dengan ansel, kulit dan hidung yang dimiliki oleh ansel ternyata turunan dari mamanya.

"selamat pagi mba arumi, ini aku disa" aku menggenggam tangannya

"maaf mba aku hadir diantara mas arga dan mba arumi aku tidak bermaksud untuk menghancurkan rumah tangga mba" aku buru-buru mengatakan kalimat seperti itu karna aku merasa bersalah, aku melirik mas arga yang berada dibelakangku dan kembali menatap mba arumi. 

"yang sudah dikatakan oleh mas arga ini semua demi ansel mba, maaf kalo aku lancang aku minta restu dari mba arumi untuk aku dan mas arga" aku mencoba menghirup udara saat ini karna aku mencoba menahan untuk tidak menangis 

"aku pasti doakan mba arumi untuk sembuh dan kembali lagi bersama keluarga kecil mba arumi" aku terdiam dan aku mencoba memeluk mba arumi "mba.. kalo mba arumi sembuh aku siap mundur demi keluarga kecil mba arumi, mba arumi tidak perlu takut. aku tidak akan pernah bisa berada di posisinya mba arumi yang selalu ada di hatinya mas arga dan ansel, cepat pulih cepat sembuh semua orang menunggu mba arumi" gumamku

aku meronggakan pelukkannya aku sedikit terkejut melihat reaksi mba arumi mengeluarkan air mata, mungkin ini jawaban dari mba arumi karna mendengarkanku.

tbc...

F A M I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang