Part 52

1.4K 90 15
                                    

Hari-hari setelah kepergian Mba Arumi aku merasakan perubahan dari Mas Arga, ia benar-benar berbeda. Mas Arga lebih banyak diam, berbicara denganku hanya seperlunya Ia juga sering pulang larut malam dan ketika aku tanya dia hanya jawab karna lembur, padahal aku tau ia selalu berkunjung ke rumah mama setelah pulang kerja, aku mengetahuinya dari Pak Ujang memang ada kalanya benar-benar karna lembur bukan karna dari rumah mama, sebenarnya aku tidak masalah dengan itu semua, karna masih dalam berduka aku memakluminya bukan hanya itu Pak Ujang bilang hampir tiap pagi sebelum ke kantor Mas Arga meminta untuk singgah sebentar ke makam, dan aku juga tidak masalah dengan itu.

Ada lagi perubahan lain dalam rumah ini, Ansel. Ansel sekarang jauh lebih diam, anak itu semakin hari semakin terlihat tidak menunjukkan sisi keceriaannya sama dengan Mas Arga ia hanya berbicara seperlunya. Aku melihat Ansel sedang duduk di halaman belakang entah apa yang ia lamunkan aku berinisiatif untuk mendekatinya dan duduk disebelahnya.

"Sore ini lagi cerah lohh, tumben ga main keluar?" aku melirik Ansel ia tetap fokus ke depan, hening beberapa menit sampai akhirnya Ansel membuka suaranya

"mama lagi apa ya disana?" Ansel menunjuk ke arah langit yang terlihat indah

"mama pasti lagi liat kita disini" jawabku

"kata Miss Anin mama sudah ga sakit lagi disana"

"benar kata Miss Anin mama memang sudah tidak sakit lagi, disana mama sudah bahagia"

Ansel terdiam ia menatap langit sore lalu ia melirikku

"waktu itu aku mimpi mama dadah ke aku apa itu sebuah tanda kalo mama memang mau pergi?" saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut Ansel aku langsung memeluknya

"mama sudah pamit duluan ya sama kamu?"

"aku salah, aku yang buat mama seperti ini" Ansel menenggelamkan kepalanya di tubuhku

"tidak ada yang salah, ini semua sudah menjadi takdir" aku mengelus punggung Ansel yang kecil 

"dari pada disini mending kita keluar yuk ajak papa juga" ajakku

"papa tidak akan mau" Ansel menatapku

"kenapa kan belum di coba?"

"papa seperti dulu saat mama ada, papa pasti tidak suka denganku karna aku yang menyebabkan mama sakit"

sakit yang dimaksud Ansel adalah koma

Aku terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut Ansel, seorang anak kecil yang harusnya tidak berpikir sejauh ini

"kenapa Ansel berbicara seperti itu?"

"semenjak kecelakaan itu, papa membenciku karna aku yang menyebabkan mama tidak bangun-bangun, kalo aja aku menurut untuk tidak turun  dari stroller mungkin mama akan baik-baik aja"

Aku menyimak setiap kata yang keluar dari mulut Ansel, keterangan yang tidak aku dapat dari Mas Arga

"papa mendiamkanku saat itu, aku pernah melihat papa seperti kelelahan aku yang tidak sengaja membunyikan suara piring saat makan malam bersama dan pada saat itu tiba-tiba papa sangat marah padaku, untungnya ada oma aku jauh lebih tenang dan pada saat itu aku juga tidak berani dekat mama karna ada rasa penyesalanku setiap kali liat mama" kami terdiam dan saling menatap

"saat bertemu bunda, aku senang papa mau dekat denganku lagi tapi setelah mama pergi papa kembali seperti dulu" sambungnya

Aku kembali memeluk Ansel, aku tidak membayangkan apa yang dirasakan Ansel pada saat ini, ketraumannya sejak kecil membuatnya harus menerima keadaan yang seharusnya tidak ia dapatkan. Aku juga tidak suka dengan sikap Mas Arga yang menjauhkan diri dari Ansel, padahal hanya dia yang harusnya bisa diandalkan, setelah kepergian Mba Arumi Mas Arga terlihat menjauh dari Ansel, terkadang aku mencoba mendekatkannya tapi Mas Arga selalu beralasan atau menghindar. Aku jadi merasakan apa yang terjadi sebelum aku ada di kehidupannya mereka ini yang membuatku menyampingkan semua egoku terhadap Mas Arga. 

Sudah sebulan Mba Arumi meninggalkan kami semua membuatku harus ekstra memberikan perhatian terhadap Mas Arga dan Ansel, sesekali ibu datang menjenguk anak dan cucunya tapi setelah itu rumah ini kembali sepi. Aku juga tidak dibolehkan untuk berkunjung kembali ke rumah mama, Mas Arga mewanti-wantiku agar mama tidak mengeluarkan kalimat jahat kepadaku atas kepergian Mba Arumi.

Mas Arga sudah mengetahui semua, ketika mama memarahiku di rumahnya, Mas Arga diberitahu teman dekatnya Mba Arumi yang tidak sengaja melihat pertengkaranku dengan mama di depan kamar Mba Arumi.

Tbc..

aku ga buat cerita ini terlalu banyak partnya, kemungkinan ini dan kedepannya akan menjadi episode-episode terakhir.. :)

F A M I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang