Part 24

2K 69 2
                                    

"besok aku sudah mulai sekolah?" Ansel membuka suara ketika kami sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam

"belum, minggu depan kamu baru bisa masuk" jawab Pak Arga

"lama sekali" Ansel menunduk ia tampak terlihat sedih tatkal papanya menjawab pertanyaan

Aku hanya mengelus kepala lalu ia menatapku

"nanti kita bisa ketemu sama lian ga ya bun?" Ansel menatapku matanya terlihat berharap

"bisa, tapi nanti kalo ada libur panjang kita main kerumah oma dan nenek terus ketemu lian" aku memberikan senyuman, ansel tampak kecewa dengan jawabanku sedangkan Pak Arga menatapku penuh tanda tanya

"lian teman sekolahnya" aku menjelaskan maksudnya, lalu ia mengangguk

"kamu baru sampai disini tadi siang ansel, kenapa sudah menanyakan orang-orang yang ga ada disini" kali ini Pak Arga menatap Ansel dengan waswas, sedangkan Ansel memilih tetap menunduk

"sudah sudah, sekarang kita makan ya, Pak Arga mau makan apa saya ambilin?" aku mengambil piring kosong

"saya bukan Bapak kamu Disa" Pak Arga menatapku dengan tajam

"saya belum terbiasa pak" cicitku

"didepan Ansel kamu yakin manggil saya Pak?"

"iya iya... mmm ma..mas mau lauk apa?" sungguh ditubuhku seperti ada gelenjar aneh naik ke dalam tubuh

"pipi kamu kenapa?" Pak Arga kali ini sedikit maju dan menatapku

Aku langsung reflek memegannya "kenapa?" tanyaku sambil beraba pipi

"pipi kamu merah" jawabnya dengan santai

Shit. Kenapa dengan gue? boleh kabur dari sini ga sii. Gumamku

"bunda sakit?" Kali ini Ansel menatapku

Aku cepat-cepat menggelengkan kepala

Selama makan malam dan kejadian tiba-tiba pipi ku merah di meja makan kita sudah tidak bicara lagi, setelah makan Pak Arga pamit ingin ke lantai 3 sedangkan Ansel buru-buru masuk ke kamarnya.

Untuk kalian yang tidak tau di lantai 3 rumah ini terdapat gym, serta balkon teras yang cukup lumayan luas, dan ada mini teater juga di atas sana.

Setelah makan aku memutuskan untuk mandi, ya karna dari sore aku sibuk berbincang dengan bi siti dan larut dalam obrolan sampai lupa waktu.

"Disa kamu masih didalam?" Suaranya Mas Arga terdengar dari dalam kamar mandi

*suara ketokan pintu* "disa" Mas Arga menaikan suaranya

"i..i .iya Pak" aku panik sampai salah menyebut

"Disa!!"

"I..iya mas" bingung bagaimana aku bisa keluar dengan keadaan dengan handuk saja

Aku pelan-pelan membuka pintu kamar mandi dari luar Mas Arga membukanya dengan lebar. Mas Arga menatapku dari atas hingga bawah, sedangkan aku hanya membeku didepan pintu.

"Kenapa kamu?" Mas arga membuyarkan lamunanku, aku cepat-cepat menggeleng

"mmm, gapapa" aku buru-buru pergi dari hadapannya lalu membuka lemari untuk mengambil baju tidur tapi tidak aku sangka aku hampir terjatuh karna lantai yang licin oleh ulahku sendiri, mas arga dengan sigap langsung menarik lenganku. Aku ditarik kedalam pelukkannya. Aku membeku, tubuhku terasa dingin. Jantungku kali ini tidak bisa diajak kompromi, kenapa detaknya lebih cepat?

Mas Arga memeluku dengan satu tangan, aku merasa eratan pelukannya semakin kencang. Setelah resmi menikah kami memang belum pernah berhubungan suami istri, setelah resepsi malamnya aku tidur dengan ibu dan Ansel. Aku membeku, satu tanganku memegang handuk agar tidak terjatuh, kalo pun memang sudah waktunya harusnya tidak papa karna sudah sah menjadi suami istrikan? Tapi sepertinya aku belum siap.

F A M I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang