-I-57

29 13 8
                                    


GERAKKANNYA begitu cepat, perempuan mungil tiba-tiba datang, seolah dia terjatuh dari langit dengan gaya split. Kedua kakinya langsung menimpa kepala kedua makhluk itu, dan membuat mereka menghantam aspal dengan kecepatan tinggi. Terdengar bunyi tulang remuk yang lebih mirip suara batu yang saling berbenturan dengan keras. Aku tidak tahu, tapi kelihatannya kedua makhluk itu langsung mati. Tidak ada yang selamat setelah kepalanya dibuat gepeng menghantam aspal.

Ella bergerak lincah menjauhi mayat kedua makhluk itu dengan gaya penari balet, dan langsung memelukku. "Kau tidak apa-apa, Nathalia?" Nada suaranya kental akan kekhawatiran.

Aku tidak bisa menjawab dengan kata-kata, tapi aku mengangguk. Masih terguncang dengan apa yang terjadi. Terkejut dia datang tiba-tiba, syok karena kupikir aku akan mati oleh dua makhluk neraka itu, dan sedih karena Nathan dibawa makhluk itu. Manusia sepertiku tidak mungkin tidak terguncang setelah mengalami kejadian mengerikan yang terjadi sangat seperti itu.

"Syukurlah," katanya, sambil melepaskan pelukan, wajahnya pun terlihat khawatir. Dia mengenakan legging gelap dan hoodie berwarna aneh, aku tidak tahu warna dasar pakaian itu, seolah perpaduan dari warna merah muda, biru muda, kuning pucat, putih, ungu muda, dan sedikit sentuhan abu-abu muda. Seperti cat air yang dicampur di dalam gelas plastik. Rambutnya, yang bergaya bob dengan poni dan cat berbeda warna, dibiarkan terurai.

Aku teringat Immanuel. Dan ketika aku melirik ke arahnya, ada dua laki-laki tinggi kurus duduk di pundak masing-masing makhluk mengerikan itu. Dua makhluk yang lainnya sudah menjadi onggokan tubuh tanpa kepala. Dua laki-laki itu terlihat mirip, sepertinya kembar, yang membedakan mereka hanyalah gaya rambut. Lalu mereka memelintir kedua kepala makhluk itu sampai putus, dan melemparkannya ke arah kursi butut yang teronggok di dekat ring basket usang. Sekarang aku tahu apa yang terjadi kepada dua onggokan mayat makhluk yang tergeletak tanpa kepala.

Aku bisa mendengar jika makhluk itu masih menggeram marah, meskipun kepalanya sudah terpisah dari tubuh. Aku juga baru sadar, tubuh dua makhluk yang kepalanya dihancurkan oleh Ella, masih bergerak-gerak. Ella tiba-tiba menghilang dari sisiku, dan muncul di sekitar dua makhluk yang dia kalahkan. Mataku tidak bisa mengimbangi gerakan cepatnya. Yang bisa aku tangkap hanyalah dia sedang memutilasi dua makhluk itu hanya dengan tangan kosong. Lalu melempar-lemparkan bagian tubuh mengerikan itu ke kursi butut yang sekarang... sedang dilahap api yang berkobar.

Mungkin laki-laki ramping berambut pirang cepak yang menyalakan api itu, karena dia yang berdiri paling dekat dengan api. Sedangkan laki-laki yang satunya, si rambut pirang panjang lurus, masih memutilasi dua makhluk yang tadi melumpuhkan Immanuel dengan cara sama seperti yang Ella lakukan; mematahkan setiap bagian tubuh.

Belum juga aku bertanya-tanya di mana Immanuel, dia sudah berdiri di sampingku dan mengulurkan kedua tangannya. "Kau baik-baik saja?" tanyanya, dengan nada khawatir yang lebih kental dari nada khawatir Ella. Aku tidak tahu, tapi aku bisa merasakan level khawatir yang ia perlihatkan jauh di atas rasa khawatir yang Ella tunjukkan.

Aku, yang masih terisak dan belum bisa mencerna semua kejadian dengan benar, hanya bisa mendongak menatapnya. Lalu Immanuel menarikku ke dalam pelukannya. Aku balas memeluknya dan mulai terisak semakin kencang. Dia balas memelukku semakin erat.

Aku bisa merasakan sesuatu yang tidak biasa dari pelukannya. Aku pernah dipeluk Ayah atau Gio, badan mereka kekar dan otot-ototnya sangat liat, tapi Immanuel terasa lain. Tubuhnya sangat kerasa seperti batu. Suhu badannya dingin, setara dengan bongkahan es. Aku merasa seperti dipeluk oleh patung marmer dingin, yang permukaannya terlampau halus, dan berpakaian lengkap. Namun keanehan itu tidak banyak mengusikku. Aku sudah tahu dia adalah vampir, yang mungkin memiliki organ dan anatomi tubuh yang berbeda, dan lagipula saat ini aku memang sedang membutuhkan sebuah pelukan yang menenangkan.

Berawan #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang