AKU harap teleponnya tiba-tiba terputus karena tersambar petir atau apalah, yang bisa memutuskan sambungan ini. Bagaimana mungkin aku menjelaskan jika kami bertengkar gara-gara aku dekat dengan Immanuel? Padahal aku dan Gio digosipkan sudah bertunangan dan siap menikah di kalangan keluarga dan orang-orang sekitar rumah. Bibi juga, kenapa dia harus berkata seperti itu pada Gio?
Aku jadi terkesan seperti penjahat...
Aku memang penjahat!
"Hhmm... yeah... hanya pertengkaran biasa." Aku tidak terdengar meyakinkan, tapi aku berharap Gio mengakhiri obrolan tentang ini.
"Benarkah?" tanyanya, "Tapi Bibi Clarissa bilang kau sangat menyesal."
Haduh... berapa banyak yang Bibi katakan?
"Ya... hhhmmm..." Aku memeras otak untuk membuat sebuah alasan. "Setiap kali aku berbuat salah, pasti aku menyesal, kan?"
"Oke," katanya. "Bagaimana ceritanya kalian bisa bertengkar? Bagaimana kronologi kejadiannya?"
Sial. Aku harus berbohong atau jujur? "Kejadiannya kemarin, saat kami pulang dari air terjun ... Hhmm ..." Haduh, sepertinya berbohong tidak semudah yang aku kira, jadi aku berusaha jujur tapi tidak menceritakan semuanya. "Di sana dia berkendara motor trail bersama beberapa kelompok laki-laki, yang sepertinya memang komunitas atau perkumpulan motor trail. Dia bersenang-senang, dan aku ...."
Aku menggantung kalimatku dan memejamkan mata. Aku harus menceritakan kejadian yang mana lagi?
"Kau hanya diam menonton?" tebaknya.
"Aku juga memandangi air terjun, karena itu tujuanku pergi ke sana." Dan memandangi malaikat berkacamata yang memiliki senyuman hangat seperti cahaya matahari, yang tentu saja tidak aku katakan.
"Kau marah karena itu?" tebak Gio, lagi.
Aku tidak menjawab pertanyaan itu, jadi aku memilih langsung berkata, "Lalu aku mengatakan sesuatu yang buruk ... seperti, Nathan sebenar menganggapku sebagai bebannya, dia tidak menginginkanku, dia tidak menyukaiku, dia tidak peduli padaku. Semua yang dilakukan selama ini hanya karena perintah Ayah saja, bukan karena dia benar-benar tulus." Kurang lebih itu yang aku katakan, memang tidak sama persis, tapi ya sudah.
Gio terdiam, tahu jika aku belum selesai bercerita.
"Dan aku berpikir apa yang aku katakan itu salah. Bahwa Nathan sebenarnya tulus melakukan semua itu padaku. Bahwa, di balik kesan, seolah-olah dia tidak peduli dan terbebani, sebenarnya dia menyayangiku."
"Kau sudah mencoba meminta maaf?" tanya Gio, sama seperti yang dikatakan semua orang. Dia buru-buru meralatnya, seolah meminta maaf lebih dulu terdengar asing bagi perempuan. "Tidak ada salahnya kau merendahkan diri dan meminta maaf lebih dulu, kan?"
Aku mengembuskan napas berat--bukan, aku tidak merasa berat jika harus meminta maaf lebih dulu, lebih ke... merasa lega karena telah berhasil mengatakan semua itu tanpa sedikitpun menyinggung soal Immanuel. "Aku akan mencobanya."
"Selama delapan belas tahun kalian hidup, kalian sudah sering bertengkar, pasti kalian juga bisa melewati yang satu ini," katanya. "Kalian kembar, kalian selalu bersama, kalian memiliki ego yang sama, dan solusinya, pasti harus salah satu yang mengalah lebih dulu."
"Aku berharap begitu." Nada suaraku terdengar lemas. Bukan karena dibuat-buat, karena memang bertengkar dengan Nathan itu rasanya lelah. Aku ingin cepat-cepat berbaikan saja. Tapi ada gengsi yang menghalangiku.
"Hei, hei, hei. Tidak apa. Kau boleh merasa sedih, tapi jangan lupakan solusinya, apa yang harus kau lakukan," ujarnya. "Jika aku ada di sana, aku akan memelukmu. Aku akan mentraktirmu es krim sundae. Atau banana split. Atau semua yang ada di tangan toko, dengan toko-tokonya sekaligus."

KAMU SEDANG MEMBACA
Berawan #1
Vampiros[VAMPIR] [Tamat] [13+] "Aku mencintai salah satu jenis dari mereka yang disebut vampir. Makhluk rupawan yang memiliki bentuk tubuh seperti malaikat untuk menarik mangsanya. Aku mencintai seseorang yang seharusnya tidak aku cintai. Karena harga yang...