"CEPAT beritahu para penjaga cincin!" kata Nathan, kepada Kolonel Bora dan Letnan dua-nya, Alvaro. "Di mana tepatnya letak tebing itu?" tanya Nathan, padaku.
"Sekitar tiga kilometer ke arah utara. Tepat di bawah tebing kapur berlumut setinggi tiga puluh meter." Nathan pun mengulangi kalimatku.
Kolonel Bora menyuruh salah satu bawahannya untuk memberitahukan hal itu kepada penjaga cincin. Setelah bawahannya pergi, kami melanjutkan perjalanan.
Di tengah-tengah perjalanan menuju gerbang cincin luar barat laut, aku kembali memejamkan mata untuk melihat kejadian yang terjadi.
Bawahan Kolonel Bora berbicara pada penjaga cincin di atas benteng setinggi dua puluh meter itu. Awalnya penjaga cincin tidak mempercayainya, "Kenapa kami harus mempercayai itu, Prajurit Pemburu Iblis Malam? Organisasi Pemburu Iblis Malam bahkan tidak memiliki alat navigasi untuk mendeteksi iblis malam, dan lagi pula tidak ada alat yang menggunakan frekuensi radio setelah poros bumi berubah."
Bawahan Kolonel Bora mencengkeram kerah baju penjaga cincin. "Kau kira kami berbohong?! Untuk apa kami membohongi kalian?! Kami hanya ingin membantu!"
Semua penjaga cincin terdiam.
Iblis malam mulai kembali berdatangan untuk menabrakkan diri ke dinding.
"Atau kalian ingin peluru kalian habis dan melihat mereka menghancurkan dinding ini perlahan-lahan?!" tanya bawahan Kolonel Bora, lagi, seraya melepaskan cengkeraman tangannya. "Pilihlah dengan bijak, Komandan."
Penjaga cincin itu terdiam sejenak sebelum akhirnya ia memberikan perintah kepada bawahannya. "Siapkan bazoka M24, pastikan membidik ke bawah tebing batu kapur tiga kilogram ke arah utara."
"Siap, Pak!" kata seorang penjaga cincin, sambil menghormat. Ia berjalan pergi selama beberapa saat, lalu kembali dengan membawa bazoka sepanjang 180 sentimeter, memiliki lubang selongsong berdiameter delapan inci.
Ia berlutut dan menopang bazoka itu di bahu kanannya. Diikuti oleh dua penjaga cincin lainnya, yang juga, masing-masing membawa satu bazoka yang sama. Mata mereka menyipit untuk membidik. Kemudian roket misil pertama meluncur. Hanya membutuhkan waktu dua detik untuk menghantam dinding dan membuat ledakan bersuara keras. Misil kedua meluncur, kembali terdengar suara ledakan. Disusul misil ketiga. Aku mengarahkan penglihatanku ke sana. Hampir sembilan puluh persen iblis malam terbakar habis dan tertimbun reruntuhan. Sisanya sedang meronta-ronta, terbakar setengah badan, dan berusaha kabur dari tempat itu.
"Sekarang, lihat ke arah yang aku tunjukkan dengan teropong jarak jauh. Kalian tidak akan pernah lagi meragukan kami," kata bawahan Kolonel Bora, lalu pergi dari atas benteng.
Penjaga cincin awalnya ragu, tapi akhirnya ia melakukan itu. Mengarahkan teropong jarak jauhnya ke tujuan tiga misil yang ditembakkan anak buahnya. Seketika wajahnya tercengang. Iblis malam yang terbakar dan tertimbun memenuhi reruntuhan tempat itu.
Aku mengembalikan penglihatanku. Kami hampir sampai di gerbang barat daya. Nathan bertanya, "Apa mereka berhasil?"
Aku mengangguk ke arahnya. "Sembilan puluh persen dari mereka hangus terbakar dan tertimbun reruntuhan. Sedangkan sisanya dipenuhi dengan luka parah. Para penjaga cincin pasti akan menembak bazoka M24 mereka sekali lagi."
Tak lama setelah aku mengatakan itu, roket kembali meluncur dari atas tebing dan terdengar ledakan hebat.
Ayah tersenyum ke arahku, seolah memuji. Lalu berkata, "Jadi mereka membuat lubang untuk bersembunyi selama ini?"
"Mungkin saja," jawab Nathan. "Sengaja membuat perlindungan agar tidak terdeteksi oleh penjaga cincin yang hanya bisa melihat mereka di permukaan."
"Tidak seperti iblis malam. Mereka biasanya menyerang saja tanpa perlu memikirkan itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Berawan #1
Vampire[VAMPIR] [Tamat] [13+] "Aku mencintai salah satu jenis dari mereka yang disebut vampir. Makhluk rupawan yang memiliki bentuk tubuh seperti malaikat untuk menarik mangsanya. Aku mencintai seseorang yang seharusnya tidak aku cintai. Karena harga yang...