PIKIRANKU tidak karuan. Ini sering terjadi setelah aku bertemu dengan Immanuel--bahkan intensitasnya bertambah dari waktu ke waktu. Aku jadi banyak berpikir. Memikirkan apa yang seharusnya aku katakan, memikirkan apa yang kulakukan mungkin bisa membuatnya menyukai atau malah membuatnya jijik padaku, memikirkan semua pendapatnya tentang diriku. Mungkin seharusnya aku berkata dan bersikap apa adanya. Jika dia benar-benar menyukaiku, seharusnya dia menerima apa pun tentang diriku, kan? Tapi rasanya sulit. Aku tidak ingin dia tidak menyukaiku. Apa setiap orang pernah merasakan ini? Berharap disukai seseorang yang kau sukai?
Kata-katanya yang terlontar sebelum bus berangkat membuat seluruh tubuhku syok berat. Terutama pikiran dan hatiku. Aku senang dia mengatakan itu. Karena kupikir, ketika seseorang mengajak teman atau orang lain datang ke rumahnya, itu artinya dia memiliki persentase yang cukup untuk mempercayai orang tersebut.
Aku mungkin terlalu memikirkannya, seperti biasa, tapi itu adalah kabar yang membahagiakan untuk aku rayakan. Meskipun di sisi lain aku mendapatkan tantangan baru untuk meminta izin kepada Bibi dan Ayah. Dan jika Nathan tahu, dia pasti akan memperburuk keadaan dengan mengatakan sesuatu tentang Immanuel, agar aku tidak diizinkan pergi. Pendapat Nathan akan mempengaruhi keputusan Bibi atau Ayah, itu bisa saja.
Sebenarnya aku memiliki keuntungan. Nathan masih marah, dan mungkin tidak akan pernah makan bersama denganku. Di saat itu, aku bisa memanfaatkan momen untuk meminta izin kepada Bibi atau Ayah. Berharap saja Bibi dan Ayah memberiku izin. Namun sesampainya di rumah. Ayah malah pulang lebih cepat. Dia sendiri yang membukakan pintu untukku. Aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutan yang langsung terpancar dari wajahku ketika bertemu tatap dengannya.
"Ayah pulang cepat?" tanyaku, langsung ke inti.
"Masuk, sebentar lagi bibimu selesai memasak makan malam." Ekspresi wajah dan nada suaranya tidak menunjukkan emosi apa-apa, tapi dari sorot matanya aku tahu, ada sesuatu yang sedang dia pendam.
Aku tidak mau dan memang tidak berniat membantah atau pun berusaha mencerahkan suasana di saat Ayah seperti ini. Sifatnya tidak jauh berbeda dari Nathan, bukan hal bagus jika bertingkah sok akrab di depannya ketika sedang marah.
Kutemui Bibi di dapur yang sedang menyiapkan makan malam berupa streak daging sintetis. Bibi menyadari kedatanganku, dia melirikku sekilas sebelum kembali sibuk dengan kegiatannya. Aku menyimpan kantung belanjaan di meja dapur, lalu memberanikan diri untuk mendekati Bibi dan berbisik, "Apa ada sesuatu yang terjadi sebelum aku datang?"
Ada jeda sebelum Bibi menjawab. "Ayahmu menghampiri Nathan di kamarnya," kata Bibi. "Lalu ke kamarmu."
Sial.
"Bibi mendengar teriakkan?" tanyaku, sedikit melirik ke arah meja makan, di sana ada Ayah dan Paman Carlo yang sedang berbincang ringan. Mata Ayah masih menunjukan sorot itu.
"Tidak," katanya. Dia berbalik dan menyimpan tiga steak di tiga piring yang masih kosong.
Aku menghembuskan napas, lega karena Ayah mungkin tidak marah soal itu, tapi aku tidak akan benar-benar tenang jika belum mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Tahu jika, besar kemungkinan sebenarnya Bibi mengetahui ada yang berbeda dari Ayah, aku kembali mengorek informasi, "Bibi yakin, tidak ada yang terjadi... kepada Ayah?" Mencoba memastikan jika Ayah tidak marah karena itu.
Bibi ikut mengembuskan napas berat. Ada kekecewaan di wajahnya. "Kerajaan menolak permintaan Organisasi Pemburu Iblis Malam untuk meluncurkan roket ke beberapa titik koordinat yang sudah ditandai."
"Syukurlah," kataku, sambil bernapas lega. Rasanya benar-benar plong setelah telingaku mendengar kata-kata yang tidak ada sangkut pautnya denganku. Aku pikir Ayah marah karena aku dan Nathan masih bertengkar, dan karena aku pergi ke kota sendirian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Berawan #1
Vampir[VAMPIR] [Tamat] [13+] "Aku mencintai salah satu jenis dari mereka yang disebut vampir. Makhluk rupawan yang memiliki bentuk tubuh seperti malaikat untuk menarik mangsanya. Aku mencintai seseorang yang seharusnya tidak aku cintai. Karena harga yang...