-I-19

50 13 5
                                    

BEBERAPA orang percaya sebuah 'tanda' yang seolah-olah diberikan semesta. Seperti contohnya barang berbahan dasar kaca yang tiba-tiba pecah atau retak secara tiba-tiba sampai membuat hati bergetar-bisa dikatakan sebagai pertanda buruk. Atau, ketika kau bertemu kembali dengan seseorang yang bisa menggetarkan hatimu di tempat berbeda.

Dan ini adalah, ketiga kalinya, aku bertemu dengannya di tiga tempat berbeda-jika penglihatan termasuk ke dalam hitungan. Tapi sepertinya tidak, karena aku yang memandangnya, sedangkan dia tidak memandangku. Meskipun sebenarnya seolah dia memang sedang melihat ke arahku, seolah dia menyadari aku menatapnya dalam sebuah penglihatan. Lupakan. Aku masih berpikir itu hanya sebuah kesalahan dalam penglihatanku karena otakku mulai kacau akibat terlalu jauh melihat.

Awalnya dia tidak menyadari keberadannku, sampai akhirnya ia tiba-tiba mendongak dan kami tidak sengaja saling bertemu tatap. Tidak bisa dikatakan tidak sengaja karena aku memang sedang memandanginya, tapi ya... begitulah yang terjadi. Tidak seperti sebelumnya, aku tidak mau terhanyut terlalu jauh dari kesadaranku sehingga membuat waktu terasa membeku, alhasil aku buru-buru memalingkan pandangan ke arah Nathan. Jika aku tidak mengalihkan perhatian, aku mungkin tidak akan sengaja tersenyum malu ke arahnya. Karena tepat ketika aku berpaling, senyuman mengembang di bibirku, aku bahkan menutup mata karena tidak percaya dengan yang aku lihat. Kuharap cowok malaikat berkacamata itu tidak mengingatku. Semoga tidak.

Aku melihat Nathan sedang mengobrol dengan beberapa laki-laki pengendara motor trail, yang tadi melintas melewati kami. Cara mereka mengobrol terlihat seperti seolah-olah mereka adalah teman lama yang baru kembali bertemu.

Aku tidak mau menggunakan penglihatanku untuk mendengarkan percakapan mereka, yang sekolah-olah Nathan berkata, "hey, Sob. Apa kabarmu."

Lalu pengendara motor menjawab, "ya, Sob. Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"

"Aku baik. Bagaimana dengan motormu?"

"Ya, dia sehat. Sekarang dia bisa melaju dua ratus kilometer per jam."

"Wow. Dia bertumbuh dengan pesat. Kau pasti merawatnya dengan baik."

"Tentu saja. Aku rutin membawanya ke bengkel untuk perawatan dan ganti oli."

"Apa dia sudah bisa menaklukkan bukit dengan kemiringan delapan puluh derajat?"

"Kau kira dia laba-laba?"

Lalu mereka berdua tertawa. Karena aku melihat mereka tertawa. Lalu aku teringat cowok malaikat berkacamata. Aku tidak bisa menghilangkan candu yang tiba-tiba merebut kendali tubuhku agar meliriknya. Dan ada yang aneh ketika aku menatapnya secara tiba-tiba, gerak-geriknya menunjukkan jika dia seolah-olah tertangkap basah sedang memandangiku. Apa dia sedang mencuri-curi pandang ke arahku?

Aku tidak mau menjadi cewek narsis, tapi di sekitarku memang tidak ada siapa-siapa. Mungkin dia sedang memandangi hal lain. Lumut contohnya. Atau bahkan kursi taman kosong di sekelilingku? Atau pohon cemara yang sedang membusuk beberapa meter di belakangku. Meskipun cukup aneh jika dia memandangi hal-hal itu, tapi bukan tidak mungkin ada orang yang menyukai lumut atau pohon yang sedang mengalami pembusukan, kan?

Dia sedang meneruskan sekolah tinggi kedokteran di universitas. Mungkin dia sedang meneliti apakah ada bakteri yang berguna dari pembusukan pohon cemara. Ya, dari kejauhan. Aneh.

Ada harapan yang tidak aku mengerti, ketika aku menatap matanya yang tertutup kacamata, sedang menunduk melihat ke arah buku tebal. Buku tebal lebih menarik daripada cewek di....

Apa-apaan aku ini?!

Buru-buru kualihkan pandanganku kembali ke arah Nathan, yang sekarang sedang melirikku, dia masih setengah tertawa dengan beberapa laki-laki itu. Dia bahkan jarang sekali tertawa ketika berada di dekatku, tapi kenapa di sana dia bisa begitu... cerah? Ini terasa tidak benar, seolah aku cemburu.

Berawan #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang