AKU tidak tahu harus menjawab apa. Aku tidak tahu hubunganku dengan Gio seperti apa. Dia belum pernah mengatakan hal resmi seperti, "maukah kau jadi pacarku?" Atau bahkan, "maukah kau jadi istriku?" Aku tidak merasa seperti jadi milik siapa-siapa. Aku hanya perempuan bebas yang menyukai senja dan matahari.
Jika aku menjawab tidak tahu, dia pasti akan bertanya-tanya, karena jawaban itu terdengar menggantung. Jika aku menjawab punya, seperti yang aku katakan, aku tidak tahu hubunganku dan Gio seperti apa. Dan ketika aku menjawab tidak punya, rasanya terdengar tidak benar, mengingat aku dan Gio sedekat apa. Aku jadi bingung sendiri. Mungkin seharusnya aku tidak perlu banyak berpikir soal itu. Sebelum ada cincin di jari manisku, aku bebas pergi dengan siapapun, kan?
Ketika aku sudah membuka mulut untuk menjawab, dia kembali berkata, "Aku belum bertanya soal itu, kan? Maksudku, waktu itu Nathan yang berkata jika dia adalah pacarmu."
Aku mengangguk. "Ya, belum."
Dia tersenyum. "Maaf pertanyaannya mungkin agak sedikit berat untukmu. Aku hanya merasa aneh saja, perempuan semanis dirimu tidak mungkin tidak memikat satu pun laki-laki."
Dia berkata seolah aku ini sangat manis atau cantik. Padahal ketika aku bercermin, aku merasa... tidak ada bagian tubuhku yang sepertinya bisa menarik perhatian laki-laki. Rata-rata penyanyi, atau aktris, atau bahkan model--yang sering ditampilkan di televisi dan majalah, kecantikan mereka seperti tidak tertandingi dan tubuh mereka memiliki lekuk-lekuk... intinya tubuh mereka memiliki bentuk yang bisa membuat laki-laki melirik. Sedangkan aku... lekukannya sebelah mana? Apa mataku sekecil itu sehingga aku tidak bisa menemukannya?
"Atau mungkin, Nathan terlalu menjagamu sampai tidak ada yang berani mendekat?" tebaknya. "Maksudku, dia benar-benar cocok menjadi pacarmu ketimbang saudara kembarmu. Dan itu bisa menjadi pemicunya. Eh, ya, kau belum menjawab."
"Hhmm?" Aku menunjukkan wajah bodohku. Aku kira dia sudah lupa dengan pertanyaannya. Aku mengharapkan itu. "Tidak, belum."
"Tidak atau belum?" tanyanya. "Itu adalah kata yang memiliki arti berbeda."
"Bedanya?" Ayo, Nathalia, kau harus pintar-pintar membuatnya lupa dengan pertanyaannya.
"Tidak itu terkesan seperti, kau tidak pernah berpacaran atau tidak ada kemungkinan kau akan berpacaran dengan siapa pun, karena komitmen atau apa. Seolah itu adalah prinsip hidup yang tidak akan kau langgar. Tapi kalau belum, itu mengartikan kalau kau belum memiliki pacar, atau belum pernah pacaran, tapi ada kemungkinan akan berpacaran suatu hari nanti," jelasnya.
"Kau?" tanyaku.
"Aku? Apa?" tanyanya, setengah mengernyit dan menyipitkan matanya ke arahku.
Bodohnya aku. "Maksudku, kau termasuk yang tidak atau yang belum?" Atau mungkin yang sudah.
"Balum," jawabnya, setengah tersenyum. "Aku belum pernah memiliki pacar. Maksudku, aku selalu datang bersama saudariku ke acara pesta dansa sekolah."
Ya, aku selalu datang bersama Gio. Dan Nathan tidak pernah datang. Cowok sepertinya tidak akan mau capek-capek mencari seorang cewek untuk digandeng ke acara yang tidak dia sukai. Bibi sering membujuknya untuk datang, "Nathan, pergilah bersenang-senang. Gandeng seorang perempuan. Berdansalah sampai kalian jatuh cinta."
Dan Nathan akan menjawab dengan ketus, "Laki-laki sejati tidak menari."
Semua orang akan langsung diam kecuali Bibi, tentu saja. Dia akan membalas, "Ah, omong kosong."
"Tidak mungkin tidak ada perempuan yang tidak menyukaimu," kataku, begitu saja. Lalu aku tersenyum malu.
"Kau menyukaiku?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berawan #1
Vampire[VAMPIR] [Tamat] [13+] "Aku mencintai salah satu jenis dari mereka yang disebut vampir. Makhluk rupawan yang memiliki bentuk tubuh seperti malaikat untuk menarik mangsanya. Aku mencintai seseorang yang seharusnya tidak aku cintai. Karena harga yang...