-I-22

51 14 11
                                    

KEESOKAN paginya aku terbangun dengan kepala pusing, karena sebelum tidur aku menghabiskan seluruh air mataku. Aku bahkan lupa menyimpan roti lapis ke lemari es. Pasti Ayah, Paman Carlo, dan Alex bertanya-tanya kenapa aku tidak meninggalkan roti untuk mereka-itu juga jika mereka pulang. Padahal kemarin adalah hari pertama aku keluar setelah sakit.

Aku berjalan keluar kamar tanpa membersihkan diri terlebih dahulu, karena matahari saja belum terbit. Ini belum masuk waktuku untuk bangun. Kemarin malam aku tidur cepat, alhasil aku bangun lebih cepat.

Ngomong-ngomong Bibi tidak mengusikku kemarin. Itu keanehan yang jarang terjadi. Mungkin karena dia melihatku penuh dengan emosi. Itu lebih jarang terjadi. Aku bukan tipe anak pembangkang. Hanya dalam pikiran saja. Selama hidupku aku hanya mengikuti arus. Aku tidak pernah balas marah ketika dimarahi atau semacamnya. Tapi kemarin, semua seperti meledak begitu saja. Bola salju yang menggelinding sudah sangat besar dan akhirnya menghantam benteng.

Aku pikir aku menyakiti Nathan. Aku melirik pintu kamarnya yang masih tertutup, sebelum akhirnya kembali berjalan menuju lantai bawah. Seharusnya aku tidak mengatakan itu padanya.

Dapur masih sepi, Bibi belum bangun, belum ada air hangat. Aku memasukkan roti lapis ke dalam oven untuk dihangatkan. Kemudian aku memasak air. Sambil menunggu teko berbunyi, aku menatap jauh ke luar jendela yang berada tepat di depan tempat pencuci piring. Memandangi hutan pinus yang gelap, berjarak beberapa meter dari halaman. Ada apa di dalam sana?

Lalu aku melihat langit yang warnanya tidak tentu. Mungkin masih kelabu dipenuhi awan mendung.

Aku dan Nathan memang sering bertengkar, tapi bertengkar yang kemarin terasa aneh. Seolah langsung merusak hubungan persaudaraan di antara kami. Seolah tidak ada lagi yang bisa diperbaiki. Seolah ada yang tidak akan sama lagi. Aku benar-benar menyesali perbuatanku yang menjijikkan. Jika Nathan bersikap seperti anak enam tahun, aku bersikap seperti anak tiga tahun. Jika dia marah, seharusnya aku tidak balik lebih marah. Jika dia seperti anak kecil, seharusnya aku yang bersikap dewasa.

"Seorang perempuan seharusnya membersihkan dirinya dulu sebelum keluar dari kamar. Penampilan nomor satu. Suamimu harus selalu melihatmu dalam kondisi baik."

Suara itu mengejutkanku, sampai-sampai aku terlonjak kaget dan meliriknya. Bibi sudah berdiri dan berpenampilan segar sepagi ini. Tentu saja, dia adalah contoh perempuan dan istri yang baik.

Aku mengembuskan napas dengan agak berat. Tidak ingin dulu mengomentari perkataan Bibi yang terdengar salah. Dan Bibi menyadari ada yang salah. "Ada yang salah?"

Aku berusaha menutupi apa yang aku rasakan dengan bertanya, "Bibi, kenapa perempuan harus terlihat seolah-olah dia adalah pembantu? Maksudku, apakah kita hidup hanya untuk melayani laki-laki? Bersikap sopan, selalu sabar, pandai memasak dan membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyambut suami, dan sebagainya. Apa tidak ada yang bisa dilakukan seorang istri selain itu?"

Bibi tersenyum sekilas, sebelum dia membuka lemari es, lalu mengeluarkan beberapa daging sintetis dan sayuran. "Itu bukan cara hidup menjadi seorang perempuan atau istri, Nathalia. Itu cara hidup menjadi seorang manusia. Bukankah bersikap sopan adalah tanda jika orang tersebut memiliki tata krama yang baik? Orang-orang akan menghormatimu ketika kau bersikap sopan kepada mereka, dan sopan adalah tanda jika kau adalah pribadi yang baik."

Bibi menyimpan sayuran di bak cuci piring untuk dicuci, dan menyimpan daging sintetis ke atas meja konter dapur. "Begitu pula dengan sabar, itu juga sifat yang harus dimiliki setiap manusia. Manusia tidak akan pernah bisa menjadi hidupnya dengan tenang tanpa kesabaran. Memasak, manusia tidak akan bisa hidup tanpa memasak, memangnya mereka tidak akan makan?"

Bibi mulai mencuci sayuran, seperti wortel, buncis, brokoli, dan jagung. "Lalu kebersihan, seperti mencuci pakaian dan membersikan rumah. Itu bagian dari kehidupan. Ketika rumah dan pakaian bersih, kita bisa meminimalisir siklus hidup bakteri dan virus. Hidup menjadi lebih sehat, dan sehat memberikan kebahagiaan."

Berawan #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang