BUKU tebal di hadapanku berjudul "1001 Vampir A-Z" dengan tulisan berwarna perak dan gambar mata merah dihiasi seringai bertaring dalam kegelapan. Aku belum pernah melihat buku ini sebelumnya, aku juga tidak pernah tertarik dengan virus vampir. Apalagi buku ini sepertinya buku yang menjelaskan jika vampir adalah makhluk neraka yang tidak suci. Keturunan iblis yang memliki sifat setan. Makhluk kegelapan yang jauh dari cahaya. Dan sebutan aneh lainnya, yang kadang tidak masuk akal.
Padahal ilmuan sudah jelas menetapkan jika vampir adalah virus yang menginfeksi manusia. Menyebabkan manusia yang terinfeksi menjadi sensitif terhadap cahaya matahari, memiliki nafsu aneh karena ingin menghisap darah, dan membuat otak mereka rusak sampai-sampai tidak ingat dengan jati diri dan semuanya. Yang ada hanya naluri untuk menghisap darah. Tidak dapat disembuhkan. Sudah terbukti secara sains oleh tiga kerajaan. Untuk apa lagi mencari kebenaran lain? Soal mereka yang akan terbakar oleh benda-benda suci atau tidak suka aroma bawang putih? Mitos itu benar-benar cepat berkembang di masyarakat sejak seribu tahun yang lalu.
Tunggu dulu, Bibi berkata jika Nathan sedang mempelajari sesuatu tentang vampir. Apa ini ulahnya? Tapi untuk apa? Apa motivasinya menyimpan buku ini di kamarku?
Ketimbang ingin meminta maaf, aku malah ingin bertanya-tanya.
Tapi kuurungan niatku itu. Aku tidak bisa berpikir atau mendatangi Nathan untuk saat ini. Lagi pula rasa gengsi masih mengganjal di dada. Bibi bisa datang ke mari dengan tanduknya jika aku tidak cepat-cepat turun untuk makan malam. Jadi kuputuskan untuk cepat-cepat berganti pakaian dan turun ke ruang makan.
Bibi bertanya soal apa saja yang aku bicarakan dengan Gio di telepon, ya, hanya untuk sekedar basa-basi. Rumah akan terasa seperti kuburan jika tidak ada obrolan. Ayah, Paman Carlo, dan Alex sepertinya tidak pulang lagi untuk makan malam. Aku hanya mengatakan apa-apa saja yang ingin aku ceritakan kepada Bibi, sisanya hanya aku simpan sendiri. Menjadikannya bahan untuk merana, karena ada dua pilihan laki-laki sempurna yang menungguku. Ah, seolah-olah aku ini adalah perempuan yang banyak dimimpikan laki-laki. Aku bahkan tidak tahu apakah dua-duanya atau salah satu dari mereka menyukaiku seperti aku menyukai mereka.
Setelah makan malam, tidak banyak yang bisa aku kerjakan, selain memikirkan buku tebal tentang vampir di meja belajar. Aku meliriknya beberapa kali. Motivasi aneh apa yang bisa membuat Nathan sembuh dari alergi buku? Ya... dia tidak benar-benar alergi terhadap buku, tapi... perubahan sikapnya ini yang membuatku bertanya-tanya.
Dan keesokan harinya, ketika aku keluar dari kamar--tentu saja sudah selesai membersihkan diri, siap menjalankan hari. Aku menyimpan buku tersebut di depan pintu kamar Nathan yang tertutup. Jika buku ini darinya, buku ini akan menghilang... ke suatu tempat, atau entahlah. Jika buku itu untukku, setidaknya akan ada pesan kecil di sebuah kertas jika buku itu memang ditujukan untukku, tapi ini tidak ada. Jadi ya sudah. Kusimpan saja di sana.
Nathan kembali sarapan di kamar, Bibi yang mengantarkan sarapannya. Ayah, Paman Carlo, dan Alex pulang untuk sarapan.
"Kau membeli burrito dan enchilada?" tanya Paman Carlo, terkejut dengan menu sarapan pagi ini. "Apa kau sudah merindukan rumah?"
Malah Bibi yang menjawab. "Tidak, dia hanya membelikannya untuk membujuk Nathan." Dan sontak jawaban itu membuat semua orang menatapku, meminta penjelasan.
"Kalian bertengkar?" tanya Ayah, dengan alis mengerut.
Aku melirik Bibi sekilas, kenapa dia harus berkata seperti itu, lalu menjawab pertanyaan Ayah, "Hanya pertengkaran biasa. Nathan memang sering marah-marah, kan? Sebentar lagi juga kami akan berbaikan."
Ayah dan Alex mengangkat alis dan saling menatap, seolah ada yang aneh dalam kalimatku. Tentu saja, mana ada jadwal untuk berbaikan.
"Oh." Paman Carlo mengangguk-angguk. "Itu sebabnya dia tidak ikut sarapan sejak kemarin."

KAMU SEDANG MEMBACA
Berawan #1
Vampiros[VAMPIR] [Tamat] [13+] "Aku mencintai salah satu jenis dari mereka yang disebut vampir. Makhluk rupawan yang memiliki bentuk tubuh seperti malaikat untuk menarik mangsanya. Aku mencintai seseorang yang seharusnya tidak aku cintai. Karena harga yang...