-I-37

28 11 8
                                    

TIDAK ada lagi pembicaraan aneh malam itu. Bahkan setelah aku membantu Bibi membereskan sisa-sisa makan malam. Tapi Ayah, Paman Carlo, Alex, dan Nathan masih duduk-duduk di ruang tamu, sepertinya masih membicarakan soal kerajaan yang menolak permintaan Ayah. Ya, Nathan ikut mengobrol, itu jarang-jarang terjadi beberapa hari terakhir ini, karena dia selalu sibuk dengan buku-buku tentang vampir di kamarnya.

Aku tidak ingin menguping pembicaraan malam mereka yang penuh dengan obrolan politik--terlalu berat bagi otakku. Jadi aku memilih pamit ke kamar untuk tidur. Sebelumnya aku menanyakan kardus bekas yang pernah aku tanyakan kepada Bibi, dia memberikan kardus bekas sepatu berwarna cokelat. Untung tidak ada lambang ataupun merk di permukaannya. Karena jika ada, aku membutuhkan tambahan waktu untuk menutupinya.

Ketika di kamar, aku langsung menyusun setiap barang yang akan aku kirimkan kepada Gio. Awalnya aku menyimpan potongan-potongan kertas sebagai bantalan untuk menyimpan stoples manisan bunga. Sebelumnya, aku sudah menghias stoples itu dengan pita warna merah. Lalu aku menyimpan beberapa fotoku, yang dibaliknya terdapat sebuah tulisan, meniru apa yang Gio lakukan untukku.

Dari dinginnya kota Sexo, berawan dan lembab.
Aku mengirimkan makanan paling romantis, yang biasanya ditujukan untuk orang terkasih.
Semoga kau merasakan betapa dinginnya hari-hariku tanpamu .... :D

Nathalia

Awalnya aku ingin mengganti kalimat terakhir. Tulisan itu terdengar aneh ketika aku baca, tapi aku menulisnya menggunakan bolpoin yang tidak bisa dihapus. Jadi ya ... sudah, aku tambahkan emot seperti itu saja di akhirnya. Meskipun itu membuat kata-katanya jadi terdengar kurang romantis, tapi mau bagaimana lagi.

Setelah tiga menit hanya memandangi tulisan tersebut, pada akhirnya aku menyesali itu. Aku ingin mencoret emot itu saja, tapi tidak bisa kulakukan, itu akan merusak pesannya. Aku kesal pada diriku sendiri karenanya. Itu foto yang paling bagus.

Setelah menata semua barang di dalam kardus, aku menutup kardus tersebut dan membungkusnya dengan kertas kado berwarna merah muda, dan membuat simpul dengan pita merah. Tadinya aku tidak ingin membuat Gio malu karena mendapatkan paket berwarna merah muda, tapi toh nanti pun jasa pengiriman akan membungkusnya dengan plastik gelembung anti pecah, dan kertas buram warna biru tua yang ada motif burung elang berpakaian pegawai pos. Lagipula, dia mungkin akan langsung menyadari dari mana paket itu berasal--dari kertas yang menunjukkan alamat pengirim, yang biasanya tertempel di bagian luar paket.

Padahal atmosfer dan perasaanku dalam kondisi yang cukup baik, bahkan ini bisa disebut momen membahagiakan. Namun pikiran aneh malah muncul. Jika aku saja bisa berkenalan dengan cowok lain ketika jauh dengannya, ada kemungkinan Gio pun melakukan hal yang sama kepada perempuan lain ketika jauh dariku.

Apa orang yang berselingkuh pernah memikirkan hal ini juga?

Mungkin itu sebabnya orang yang berselingkuh menjadi pribadi yang cenderung pencemburu.

Tapi Gio tidak pencemburu, dan aku pikir, aku juga bukan tipe pencemburu. Dan hubungan kami juga tidak seperti itu, menggambarkan sebuah "status" secara spesifik. Maksudku, aku hanya takut. Ketakutan yang berasal dari apa yang aku lakukan. Jika aku takut, seharusnya aku tidak berusaha menggoda Immanuel, atau bertingkah sok sempurna di depannya. Tapi aku tidak bisa tidak seperti itu, aku juga tidak ingin Immanuel jijik dengan tingkahku. Oke, aku buruk dalam hal semacam ini. Aku harus cepat-cepat mengakhiri ini. Oh Tuhan, kenapa aku menginginkan mereka berdua dalam hidupku? Apakah itu mungkin?

Aku tidur larut gara-gara pikiran negatif dan perasaan aneh--sering muncul akhir-akhir ini, aku senang sekaligus gugup menghadapi hari esok. Berkunjung ke rumah Immanuel, dan mungkin aku akan melihat kamarnya, melihat kepribadiannya dari apa yang terlihat di ruangan paling privasi itu, dan ... sudahlah, aku harus berhenti menyirami pemikiran berlebihan seperti ini.

Berawan #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang