PART 5

4.1K 545 23
                                    


"Bos, ini Pang."

Seseorang yang tengah duduk di atas meja, beranjak turun. Dengan gerakkan cepat mengangkat kepalan tangannya seakan hendak memukul. Tapi kepalan tangan itu berhenti, tepat di depan wajah Pram yang tak berekspresi.

Kemudian dia terkekeh, tampak puas. "Gue Deki," katanya, mengulurkan tangan. Kepalan tangannya terbuka, jadi terulur, siap menjabat tangan Pram.

Pram belum memberikan ekspresi. Dia memanjangkan tangan untuk menerima jabat tangan itu.

Orang bernama Deki itu, tersenyum. "Belum pernah liat," katanya.

"Anak baru, Bos," Miki menjawab.

Pram melihat sekeliling, tempat ini kotor dan berantakan oleh bangku dan meja yang tak terpakai. Gedung kosong di sebelah gudang, tempat yang kata Miki angker. Tapi, sebenarnya kata angker itu katanya hanya untuk menakut-nakuti murid lain. Sudah bertahun-tahun secara berkelanjutan, gedung kosong ini selalu dipakai basecamp siswa-siswa yang katanya jagoan.

Alex dan Miki membawa Pram ke gedung itu di waktu istirahat ini. Sebenarnya sudah sejak kemarin mereka mengajak, tapi baru hari ini Pram bersedia ikut. Di dalam ruangan, ada beberapa murid yang terlihat seperti berandalan. Ada beberapa anak kelas tiga dan kelas dua. Dan Deki itu, kelas tiga, dianggap bos karena yang paling jago. Katanya, dia ditunjuk sebagai bos secara langsung oleh bos sebelumnya yang sekarang sudah menjadi alumni.

Pram kaget, ternyata ada geng berandalan di sekolah yang terasa lebih ketat dari sekolahnya dulu ini.

"Woi! Pang! Ngomong dong, gak ada suara lo?!" Salah satu anak kelas tiga berteriak.

"Biarin, Mon. Gue suka yang diem-diem gini," ucap Deki. "Duduk, duduk, tangan lo kenapa?"

Pram duduk di kursi yang baru saja Deki geser ke dekatnya.

"Jatoh dari motor," sahut Pram singkat. Tatapnya masih siaga. Orang-orang di sini terlihat seperti penindas semua.

"Gue denger, lo dulu juga preman sekolah?"

Pram melirik Alex dan Miki. Dia tidak banyak menceritakan tentang asal-usulnya.

"Sorry, kita stalk medsos lo," ucap Miki dengan cengiran kecil.

Pram kembali melirik Deki. Apa foto-foto yang dia upload di media sosialnya terlihat seperti preman sekolah? Mm, mungkin karena Pram jarang tersenyum jika di foto dan seragamnya selalu terlihat berantakan. Entah, sejauh mana mereka menguntit.

Pram mengedikan bahu. "Gue jarang ribut sama orang, kalo urusannya gak penting-penting banget."

Tatapan Deki tak berubah; tetap menilik wajah Pram dengan senyuman di bibir.

"Gue suka wajah-wajah kek lo. Tajem. Bikin musuh belum apa-apa udah down kalo lo tatap duluan."

"Maksudnya? Dan bentar, gue gak begitu tahu lo semua siapa."

"Alex sama Miki gak cerita?"

"Tadi di jalan, dikit. Mereka cuma ngajak gabung ke tongkrongannya aja. Kebetulan gue lagi gabut."

"Lo dateng ke tempat yang tepat." Tiba-tiba, Deki merangkul bahu Pram, sok akrab. "Percaya sama gue, cuma kita-kita, orang yang asik di sekolah ini," tambahnya kemudian, dengan senyuman lebar.

Pram hanya menatap datar. Tak memberikan ekspresi lebih.

-

Pram pulang telat hari ini. Alex dan Miki mengajaknya nongkrong dulu dengan tongkrongan mereka; gengster-nya sekolah itu. Ya, Pram ikut saja, lagi pula dia tidak masalah dengan siapa harus bergaul.

PUNK (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang