PART 10

3.6K 488 27
                                    


Seminggu berlalu, luka di tangannya sudah mengering, tinggal selipat kasa tipis dibalut plester yang tiap hari Pram tempelkan untuk menutupi luka jahit yang masih sedikit merah itu.

"Orderrr..."

"Gue ikut sekarang."

"Tangan lo?"

"Sembuh."

Mereka bangkit. Di ambang pintu, Miki melirik ke belakang. Membawa Pram melangkah keluar kelas dengan tangannya yang merangkul bahu.

"Dante," bisik Miki saat sudah melewati pintu.

"Napa?" Alex yang ada di samping Pram, menengok.

"Mata-matain kita."

"Dia cuma penegak disiplin. Selama kita gak bolos, gak kesiangan, gak mangkir, aman," kata Alex.

Miki meliriknya, mengulum bibir, lalu kembali menatap ke depan.

-

"Pang, lo ngerti, kan, sekarang?"

Pram mengangguk.

"Hati-hati," kata Deki.

"Ya."

Motor-motor mereka melaju beriringan menuju tujuan.

-

Dengan AirPods di telinga, hoodie menutupi kepala, dan sabuk yang melilit di jari tangannya, Pram berdiri di samping Deki. Mereka melangkah di barisan depan. Kategori yang menyewa jasa mereka hari ini adalah anak-anak cupu yang mau kelahi, tapi masih takut kena pukulan dan sambitan senjata tajam.

"Cupu, lawannya banci," Deki berkata pelan, "lo di belakang, Pang. Gue hadang depan."

Pram mundur, membiarkan Deki satu langkah di depannya. Beberapa orang dari segorombolan yang berjalan menuju mereka, terlihat membawa senjata tajam.

-

Saat mereka menghadang, Pram melihat sendiri celurit tajam mengenai tangan Deki, tapi Deki tampak biasa-biasa saja dan tidak terlihat ada darah.

"Lo kena?" Pram menendang orang itu setelah Deki berhasil membuat celuritnya jatuh. Menoleh kepada Deki dengan cemas.

"Gue kebal," kata Deki, "gue, Nunu, Demon, sama anak kelas dua, si Rey. Itu  kenapa kita selalu paling depan."

"Hoo."

Pram maju, menendang orang di depannya. Jalanan sepi ini jadi sangat rusuh. Dia melirik orang-orang yang baru saja disebut Deki. Mereka maju tanpa takut, pantas saja.

"Pang, awas!... Tetep di belakang gue!"

Deki menarik Pram, menendang senjata yang mengarah padanya.

-

Walaupun terengah-engah; berkelahi cukup melelahkan, tapi selalu ada kepuasan saat melihat lawan-lawan tumbang.

Mereka berlarian saat aparat keamanan mulai bermunculan. Ini bagian paling seru sekaligus deg-degan. Kalau ketangkap, mereka bisa ditampar aparat dan dibawa ke kantor polisi dengan cara yang kasar.

-

"Gue berasa tahun baru, bakar-bakaran begini."

"Eh, tambah sosis enak, nih."

"Lu, Pong. Ini udah ada daging sama jagung, masih kurang?"

"Kurang lah, Nu. Telepon dah si Pang atau Alex. Mik! Teleponin Pang atau Alex, beli sosis yang buat dibakar, yang banyak!"

"Mik! Sama gue rokok. Magnum filter yang item."

"Terus apaan lagi? Ada lagi, gak?"

"Udah."

PUNK (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang