"Bos Deki minta kita kumpul.""Ngapain? Ada order?" tanya Pram.
Miki mengedikan bahu.
"Gak jadi nih kita ke kantin?"
Miki kembali mengedikan bahu untuk menyahut pertanyaan Alex.
Mereka pun berbalik bersamaan, mengganti arah tujuan.
-
Semua orang yang ada di dalam ruangan itu diam. Terasa seperti Deja vu. Pram menelan ludah, mengayunkan kaki memasuki ruangan. Apa Dante sudah melaporkan kasus Deki-Demon pada guru? Tiba-tiba detaknya meningkat, gelisah seketika.
Dari tempatnya berdiri--bersandar pada tembok di balik pintu, tiba-tiba Demon melangkah, mendorong Pram keras sampai Pram terhempas.
Tidak menghiraukan nyeri di bokongnya. Pram mendongak. Menatap Demon dengan mata melebar. Kaget. Kenapa?
"Gue tahu siapa lo!" Demon berteriak murka di hadapannya.
Pram membuka mulut. Hah?
"Lo saudaraan sama Dante, kan?! Selama ini lo yang bantuin Dante mata-matain kita, kan?!" tuduh Demon.
"Hah? Apa, sih?! Gue kagak!" sangkal Pram dengan keras.
Kenapa Demon bisa tahu? Pram akan mengakui tentang kenyataan kalau dia memang bersaudara dengan Dante, tapi untuk urusan membantu Dante, Pram akan menyangkal karena jelas tidak pernah.
"Jangan bohong ya lo!" Wajah Demon semakin terlihat murka, bola matanya seperti akan keluar dengan urat leher yang menegang.
"Gue emang saudara tiri Dante! Tapi gue bukan mata-mata!" tampik Pram dengan emosi.
Semua mata menatap ke arahnya dengan sorot berbeda, seperti... mereka tak lagi memandangnya sebagai seorang teman.
Demon memperlihatkan layar handphonenya ke depan wajah Pram.
"Gue punya Bang Jhona. Dan gue pastiin lo gak akan kena. Gak akan gue biarin Papa dipanggil gara-gara lo."
Video pendek itu terputar.
"Jadi kita masih harus percaya sama lo? Selama ini lo bohong! Pura-pura gak kenal Jhona. Padahal dia serumah sama lo!!! Dan..." Demon menjeda, tersenyum miring yang diiringi decihan. "Pantes aja pas gue mau balas dendam sama Dante, selalu ada aja halangannya. Karena ada lo, Bangsat!"
"Mon!" Demon hampir saja akan menendang Pram, jika Deki tidak menarik lengan Demon dengan sigap.
"Lo cuma liat segitu? Cuma segitu yang lo liat dan lo rekam? Lo cuma nyimpulin kejadian yang lo liat sekilas!"
"Balik ke kelas, Pang," titah Deki datar. Lengan Demon masih dia tahan.
Pram berdiri. "Bang," panggilnya sembari menatap.
"Balik kelas!" Deki menyentak, balas menatapnya dengan sorot mata tajam.
"Jangan berani lo ke sini lagi," ucap Demon, rahangnya masih mengeras. Mungkin jika tidak dipegang Deki, dia sudah menghabisi Pram.
Pram mengedarkan pandang, menatap semuanya. "Izinin gue ngomong sebentar sama lo semua. Maaf gue gak bilang. Gue emang saudara tiri Dante. Tapi gue gak deket sama dia. Kita gak pernah anggap saudara satu sama lain. Gue sama Dante sama Jhona, cuma orang asing yang satu rumah."
"Lo kira kita percaya?! Lo sama aja sama si cepu itu. Depannya bagus, belakangnya busuk, Bangsat!" murka Demon. Dia maju lagi, tapi cengkraman Deki di lengannya semakin kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNK (Selesai)
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Pernah dengar tentang cerita seorang anak haram, anak hasil selingkuhan, atau anak yang tak diinginkan, yang dibenci, dicaci, diperlakukan seenaknya. Tapi dia hanya menerima saja, tetap bersikap baik walaupun...