PART 71

3.8K 613 84
                                    

Dante pulang ke rumah di malam hari, tapi tidak terlalu malam juga; pokoknya bukan di waktu biasanya Jhona nongkrong. Dante hapal betul jamnya Jhona biasa merokok di teras.

Sampai rumah, Dante langsung membersihkan tubuh dan ganti baju, mematikan lampu kamar lalu bergegas tidur. Dia mendengar pintu kamarnya dibuka kemudian ditutup kembali. Pasti Jhona, siapa lagi. Untung saja Dante sudah dalam posisi di dalam selimut.

-

-

Di pagi hari, Dante keluar kamar dengan setelan seragam sekolah yang sudah rapi melekat di tubuhnya. Ini masih terlalu pagi dari jam biasanya dia berangkat sekolah, tapi karena tadi terbangun sebelum alarm berbunyi dan dia tidak bisa tertidur lagi, jadi yasudahlah, Dante memilih mandi lalu bersiap sekolah.

Abangnya jam segini mungkin baru bangun atau masih tidur.

Dante menuruni tangga.

Saat akan masuk ke ruang makan, tampak Jhona yang melangkah dari arah pintu depan. Tangannya memegang kunci mobil. Dari mana dia?

"Dari mana, Bang?" tanya Dante. Aneh, pagi-pagi Jhona sudah keluar. Biasanya juga haram baginya kalau bangun kepagian.

"Gue laper, Dek," kata Jhona.

Dia masuk ke dalam ruang makan. Dante mengikuti. Duduk di kursi. Menatap abangnya; menunggu Jhona menjawab pertanyaannya tadi.

Jhona mengambil sehelai roti gandum dan mengolesinya dengan selai yang punya rasa kopi; kesukaannya.

"Gue dari rumah sakit," ucap Jhona setelah menggigit dengan lebar roti di tangannya.

"Ngapain?"

"Tadi malem gue mimpi Pram meninggal, gue langsung kebangun, gue telepon Mama buat tanya keadaan Pram, tapi Mama gak jawab. Tanpa mikir mungkin Mama udah tidur, gue langsung pergi ke rumah sakit karena firasat gue gak enak banget. Firasat gue gak pernah salah, Dek--"

Dante menggeleng kuat dengan matanya yang melebar. "Gak mungkin Pram--"

"Dia gak meninggal, Dek. Gue belom selesai ngomong."

Dante menghela napas panjang.

"Lo ngomong jangan setengah-setengah, Bang. Jantung gue udah kek mau berenti, anjir."

"Lo yang motong, Dek. Pas gue dateng, di ruangannya gak ada siapa-siapa. Gue telepon Papa, ternyata mereka ada di tempat tunggu deket ruangan intensif. Pram kejang-kejang dari malem, dan sampe tadi jam 5 gue disuruh pulang sama Mama, badannya masih dalam kondisi kejang. Gue gak bisa liat dia, soalnya dia ada di ruangan intensif. Kata Dokter kalo sampe jam 6 kondisinya masih sama, Dokter langsung ambil tindakan operasi darurat."

Dante melihat jam dinding yang ada di sana.

"Sekarang udah mau jam 6, Bang. Ayok, ke rumah sakit."

"Mama nyuruh lo sekolah, Dek. Papa juga nyuruh gue berangkat ngampus."

"Dan lo bakal ngampus kayak biasa? Lo bakal tenang emangnya, Bang? Semalem lo mimpiin dia meninggal lho, Bang."

"Dek, dia gak akan meninggal."

"Emang lo bisa pastiin?"

"Dek--"

"Gue mau ke rumah sakit."

Dante bangkit, meninggalkan tas ranselnya yang tersampir di kursi.

"Dek!" Jhona memanggil nyaring lalu mendesah lelah saat tidak dihiraukan. Akhirnya dia ikut bangkit, menyusul sembari melahap habis sisa roti di tangannya.

PUNK (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang