Sudah lewat beberapa minggu, Pram tidak menemukan tanda-tanda Dante menguntit lagi. Dan tak ada panggilan untuk Deki dari guru BK. Itu bagus sih, tapi Pram jadi semakin bertanya-tanya... jadi, apa maksud Dante ikutin Deki waktu itu?
-
Tetep selidikin Dante. Lo belum dapet apa-apa. Jangan sampe dia laporin Deki lagi. Jangan sampe Demon hajar Dante lagi.
Pram menatap tulisannya yang terakhir, sekitar dua minggu yang lalu. Kemudian dia menutup bukunya, memasukkan ke dalam tas. Setelah itu, Pram beranjak menuju tempat tidur, mematikan lampu, lalu berbaring, memejamkan mata.
--
Semenjak dia mendengar dengan Implan Koklea, Pram tidak pernah lagi menutup gorden jendela saat tidur. Selalu dia biarkan terbuka semalaman, kecuali hari libur. Karena perubahan langit gelap menuju cerah akan membangunkannya dari tidur senyenyak apa pun. Pram selalu mecopot alat di telinganya saat tidur, maka cahaya matahari yang terbit sekarang menjadi alarmnya, menggantikan alarm handphone yang berbunyi yang tidak akan bisa dia dengar tanpa alat di telinganya.
Setelah mandi dan berpakaian, Pram memakan roti dan meminum obat. Kini obat-obatnya berjajar di atas meja belajar dengan note yang menempel pada kotak penyimpanannya; obat-obat itu dijadikan dua kelompok. Kotak yang satu dengan note yang bertuliskan: 'Minum pagi, satu-satu', dan yang satunya lagi: 'Minum pagi-malem, satu-satu.'
Sengaja Pram buat seperti itu agar tidak lupa. Beberapa waktu kemarin, Pram memang meminum obatnya kadang seenaknya, tapi sepertinya sekarang dia harus rutin. Setidaknya, jika meminum obat, efek penyakitnya akan terhambat. Ya, juga akan sembuh, mungkin. Kemungkinan yang tidak begitu Pram harapkan.
Pram memasukkan beberapa buku ke dalam tas--sesuai dengan yang Miki beritahu lewat pesan yang dia kirim. Miki juga selalu memberitahunya tentang seragam harian yang harus dia pakai dan tak pernah lupa juga mengingatkan untuk membawa dompet.
Setelah lengkap. Pram menyampirkan ransel di bahu, lalu keluar dari kamar.
"Pa, aku berangkat!" Pram pamit dengan suara nyaring sembari berjalan melewati ruang makan. Memang tidak sopan, Pram tahu, tapi sekarang Alya tak pernah lagi menegur apa pun tentangnya. Dan maaf, Pram lagi buru-buru juga. Ada PR yang harus dia salin. Miki sudah mengirimkan foto Pekerjaan Rumah-Nya itu tadi malam, tapi semalam Pram malah tidur, lupa harus menyalin.
-
Saat motornya melaju dengan kecepatan sedang, Pram melihat motor Dante di parkiran sebuah supermarket dengan Dante yang baru turun dari motor. Kepalanya masih memakai helm, Dante terlihat melangkah, meninggalkan motor. Bukan masuk ke dalam supermarket. Dante terus melangkah melewati supermarket itu, menyebrang jalan yang ada di sampingnya.
Pram dengan motornya yang menepi di pinggir jalan, memperhatikan. Dante menghampiri pangkalan ojek. Pram mengerutkan kening. Dante naik ojek? Mau ke mana? Dia bawa motor, ngapain naik ojek?
Ojek itu membawa Dante masuk ke jalanan beraspal yang tidak terlalu besar itu.
Pram menyalakan motornya, mengikuti dalam jarak yang aman. Meskipun setiap hari dia melewati jalan raya ini, tapi Pram belum pernah masuk ke jalan-jalan kecilnya. Jalan ini mirip dengan jalan pintas yang selalu dilalui Dante.
Sekitar 10 menit dari pangkalan. Ojek itu berhenti di depan gang pemukiman. Dante turun, memberikan ongkosnya, lalu melangkah memasuki gang kecil dengan jalan menurun. Di bawahnya rumah-rumah berjajar; pemukiman warga yang tampak padat.
Pram menghentikan motor agak jauh, menyembunyikan di pinggir warung.
"Bu, titip motor bentar di pinggir, ya," izinnya pada penjaga warung lalu Pram dengan cepat menyebrang jalan dan mengejar Dante.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNK (Selesai)
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Pernah dengar tentang cerita seorang anak haram, anak hasil selingkuhan, atau anak yang tak diinginkan, yang dibenci, dicaci, diperlakukan seenaknya. Tapi dia hanya menerima saja, tetap bersikap baik walaupun...