Pram menguap lebar. Dia sedang menyalin tugas Dante di perpustakaan, dengan Dante yang sedang belajar di hadapannya.
"Ck." Decakan keluar.
Dante mengangkat kepala. "Kenapa? Lo nyalin doang, gak bisa diem banget dari tadi," akhirnya mengeluarkan protesan.
Pram di hadapannya sejak beberapa menit yang lalu menyalin PR-Nya dengan diikuti decakan, dengkusan, desahan, menguap, dan suara-suara aneh lainnya yang menunjukkan ketidaknyamanan.
"Istirahat gue tuh maunya tidur, bukan nulis gini!"
Dante menghela napas. "Lo lagi jam pelajaran aja tidur, masa istirahat mau tidur juga. Beresin, jangan terlalu males."
Pram mendesis. Meneruskan gerakkan pulpennya dengan sebal.
-
Alarm di handphonenya menyala, berbarengan dengan bel yang berbunyi panjang.
Pram mematikan alarm dengan catatan pengingat itu, kemudian bangkit mengambil tasnya.
"Kata Papa mending lo ikut belajar bareng gue aja," Dante mencegat langkah Pram.
"Males!" Pram memberikan penolakan dengan tegas kemudian melanjutkan langkah.
Dia membuka handphonenya. Kaluar dari kelas dengan langkah lebar.
+62 8*******
(Sharelok.)
Nomor yang sedang online itu langsung membalas.
+62 8*******
Rumah masih yang kemaren kok, Kak.
+62 8******
(Sharelok aja cepetan.)
+62 8*******
Membagikan lokasinya.
"Pang!"
Pram berbalik.
Dante melangkah, menghampirinya.
Ngikutin ternyata orang itu.
"Lo mau ke mana?"
"Napa? Lo belajar aja sono."
"Lo juga harus belajar."
"Gue ada urusan!" Pram menyentak dengan pandangnya yang tak bersahabat. Lalu meninggalkan Dante dengan kesal. Tidak suka saat merasa ada yang menghambat urusannya.
Dante berdiri di tempatnya, menatap punggung Pram yang menjauh.
-
Ternyata Biel sudah menunggu Pram di pos satpam. Saat Pram tiba, anak itu langsung menyambutnya dengan senang.
"Papa udah nunggu," katanya.
"Hah?"
"Iya, aku cerita sedikit tentang Kakak."
Pram berjalan dengan Biel menuju rumah. Sedikit nervous saat langkahnya mulai mendekat pada pintu masuk rumah besar itu.
"Bentar."
Pram menghentikan Biel yang akan membuka pintu. Ditarik napasnya dalam kemudian mengembuskannya panjang.
"Santai aja, Kak. Papa baik, kok," kata Biel sembari tersenyum manis
Tapi Pram ragu. Gambaran Papa Deki di kepalanya itu cukup buruk.
"Yok." Siap tak siap, gimanapun juga Pram harus siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNK (Selesai)
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Pernah dengar tentang cerita seorang anak haram, anak hasil selingkuhan, atau anak yang tak diinginkan, yang dibenci, dicaci, diperlakukan seenaknya. Tapi dia hanya menerima saja, tetap bersikap baik walaupun...