PART 8

3.2K 512 22
                                    

Hari ini Pram tidak pergi ke sekolah, tidak juga di rumah. Dia berangkat dari rumah dan berbelok berlawanan arah dengan arah sekolah.

Pram bolos ke basecamp. Deki memberikan kunci cadangan pada setiap anggota gengnya. Entah, berapa kunci cadangan yang dia punya.

Rasa malasnya didukung dengan baik oleh rasa pusing yang mendera, jadi makin tak maulah Pram pergi ke sekolah.

Dia tiduran di rumah itu, beralaskan tikar. Tas dan jaketnya jadi bantal. Pram sudah memberitahu Miki kalau dia bolos ke basecamp, sudah izin juga ke Deki untuk meminjam basecamp sebagai tempat bolosnya.

-

Pram rasa, dia tidur belum terlalu lama. Pintu basecamp terbuka. Muncul Deki dengan kantong di tangannya.

Pram menyipit, menyalakan handphone.

"Baru jam 10. Sekolah dah pulang, Bang?"

"Mangkirlah. Ngantuk gue belajar. Mending makan."

Deki meletakkan kantong yang dia bawa. Duduk bersandar pada dinding, di ujung kaki Pram yang tiduran.

"Makan, Pang. Gue beli takoyaki sama mie setan."

"Jam segini masih kenyang kali, Bang."

"Gue mah laper."

Deki melahap bulat-bulat takoyaki dengan mayonaise dan saus yang meleleh itu.

"Lo gak bawa tas, mau balik lagi ke sekolah, Bang?"

"Kagak lah, tar minta anak-anak bawain."

"Mmm." Pram mengangguk kemudian memejamkan mata kembali.

"Yaelah, Pang, masih pagi, lo udah ngantuk aja."

"Pusing pala gue."

"Sakit lo? Mau gue beliin obat?"

Terlepas dari namanya sebagai bos geng sekolah, dan kesan pertama yang siapa pun kalau melihat Deki, pasti punya kesan negatif; terlihat sekali bukan anak baik. Pram pun awalnya memandang waspada pada kakak kelasnya itu, tapi lama-lama, terasa... Deki itu baik, dia memperlakukan semua anggota gengnya dengan sangat baik.

"Gak usah, gue udah minum obat, mau tidur aja."

"Yaudah, tidur. Gue gak akan ganggu." Deki sedang sibuk makan, dia tak melirik Pram saat bicara.

-

Pram tertidur nyenyak, dia tidak bermimpi, tidurnya nyenyak sekali. Saat terbangun, pusingnya mereda dan tubuhnya terasa lebih segar. Pintu yang terbuka dan ramainya suara, membangunkannya. Sekolah sudah pulang, basecamp mulai ramai.

"Lo anak baru, udah berani bolos aja, Pang."

Miki baru datang. Dengan rokok menyala di tangannya, dia duduk di depan meja pendek.

Pram duduk, mengumpulkan nyawa.

"Bolos bukan buat anak baru atau lamanya kali, Mik, buat yang punya nyali," salah seorang teman menyahut.

Pram terkekeh. "Lo gak ada nyali, Mik," katanya.

Bola mata Miki berputar. "Bukan kagak ada nyali. Sekali lagi gue bolos, orang tua gue dapet surat panggilan. Males dimarahin gue."

"Si Pang sakit, makanya bolos," Deki bersuara. Mematahkan penghakiman Miki.

Semua mata jadi melirik.

"Sakit apa lo, Pang?" Alex mewakili yang lain, bertanya.

"Kalo sakit napa lo pergi ke sekolah, di rumah aja kali. Nyokap juga gak akan marahin kalo lo gak sekolah karena sakit," ucap Miki.

PUNK (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang