PART 78

3.9K 656 159
                                    

Selesai mengerjakan tugas sekolah, Dante keluar dari kamar, menuruni tangga; tujuannya adalah kamar Pram.

Kemarin, awal-awal Pram pulang ke rumah, Bibi yang ditugaskan untuk menemaninya tidur--tidak di ranjang yang sama--tapi beberapa hari ini, Jhona yang menawarkan diri untuk menemani Pram tidur--di ranjang yang sama--katanya kasian kalau Bibi, Bibi pasti butuh privasi di waktu malam.

Dante masuk ke dalam kamar yang pintunya tidak ditutup itu, Jhona tampak sedang menonton televisi.

"Ngapain, Bang?" Untuk basa-basi Dante bertanya.

"Ini siaran TV, sinetronnya jaman sekarang sama-sama banget, dah, tentang perselingkuhan semua. Suka banget emang bikin ibu-ibu pada ngomel mencak-mencak depan TV," sahut Jhona sembari memindah-mindahkan channel TV.

Pram sudah tidur, dia tidak akan terganggu oleh suara TV karena alat di telinganya dilepas saat tidur.

Dante duduk di kursi yang dekat dengan sisi ranjang--posisi Pram tidur.

"Ngapain, Dek?"

"Duduk di sini, gak boleh?"

"Ya, boleh, nanya doang gue mah."

Jhona berhenti memencet-mencet tombol remot, berhenti di salah satu channel TV.

"Yaelah, siapa lagi, nih, antagonisnya. Kemaren baru aja mati si penjahatnya itu. Gak tenang banget kehidupan sinetron, mana diculak-culik mulu lagi. Perasaan, gue idup gak pernah tuh liat orang yang punya idup sampe segitunya," Jhona berceloteh, mengomentari sebuah adegan menegangkan dalam sinetron yang sedang tayang.

Dante melirik Jhona, abangnya itu walaupun berkomentar seolah muak, tapi dia tetap fokus menatap setiap adegan.

Perlahan, Dante mengeluarkan handphone dari saku celananya. Dia mencodongkan badan, meletakkan jari Pram di tempat sidik jari untuk membuka handphone itu.

Setelah terbuka, Dante menarik kembali handphone milik Pram itu. Duduk normal untuk beberapa saat, lalu dia bangkit.

"Ke mana lagi, Dek?" tanya Jhona sembari meliriknya.

"Tidur, ah, ngantuk."

"Gak tidur di sini aja bareng kita?"

"Ogah, mepet di tengah."

"Gak pa-pa, gue peluk."

Dante bergidik seraya melangkah keluar dari kamar.

Selagi berjalan menuju tangga, Dante menyalakan handphone Pram. Dia menambahkan touch ID-nya, dengan sidik jarinya.

Dante memutuskan untuk membuka handphone Pram itu karena dia berniat untuk menghubungi teman-teman Pram; yang pernah Dante lihat saat video call dengan Pram waktu itu.

Saat handphone dibuka dan data seluler-nya dinyalakan, banyak sekali pesan dan panggilan dari teman-teman Pram itu. Sesekali Dante memang mendengar handphone Pram yang berbunyi di dalam lemarinya, tapi dia tidak pernah menerima panggilan dari kontak bernama Odi, Yoyo, atau Ewin itu; mereka yang beberapa kali menghubungi lewat sambungan telepon biasa. Dante tidak menerima panggilan itu karena awalnya Dante pikir, dia baru akan memberitahukan mereka tentang Pram saat kondisi Pram lebih baik, tapi dipikir lagi, kasian juga membiarkan mereka terus menghubungi tanpa jawaban dan tanpa tahu apa yang terjadi.

-

-

"Ris, sini sarapan dulu," Alya memanggil Aris yang kebetulan baru datang, Alya juga baru turun, mau sarapan.

"Makasih, Bu. Saya udah sarapan," sahut Aris.

Jhona keluar dari kamar, baru bangun tidur. "Iya, Mas Aris, sarapan dulu. Pramnya udah bangun. Anteng, kok, lagi nonton acara gosif artis," katanya sembari tersenyum dengan matanya yang masih terlihat mengantuk.

PUNK (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang