"Dek, Dek."
Merasakan pipinya ditepuk-tepuk, Dante perlahan membuka mata. Menyahut samar dengan gumaman karena separuh dirinya masih ada di alam mimpi.
"Dek, bangun."
Jhona menepuk pipi Dante sedikit lebih keras.
Dante membuka mata sepenuhnya, berkedip-kedip dan menyipit melihat sosok Jhona yang tengah membungkuk di samping ranjang.
"Ke rumah sakit, ayok," ajak Jhona.
"Mm, ngapain? Kenapa?"
Masih dengan matanya yang berkedip-kedip, Dante bertanya dengan suara serak sembari perlahan bangun.
"Pram harus operasi lagi pagi ini."
Mata Dante terbuka lebar dan menatap Jhona.
"Hah? Apa? Pram operasi lagi? Kenapa? Bukannya udah kemaren?" tanyanya beruntun.
Dante yakin kejadian kemarin saat dia menjenguk Pram di ICU pasca operasi, itu bukan mimpi.
"Ya, tadi Mama jelasin, tapi gue lagi gak bisa mikir. Gue tungguin di bawah. Gak usah mandi."
Jhona kemudian keluar dari kamar Dante.
Dante dengan mulutnya yang terbuka dan keningnya yang mengernyit, butuh waktu untuk berpikir sejenak. Kesadarannya baru kembali dari bermain-main di alam mimpi dan dia tak siap saat langsung disambut dengan berita tidak baik.
Dante kemudian beranjak, melangkah kosong menuju lemari bukunya. Dia mengambil dua note milik Pram yang diselipkan di pojok lemari. Dante membukanya, merobek dua lembar bagian depan. Untuk buku note yang satunya, Dante juga melakukan hal yang sama.
Lalu dia juga mengantongi handphone milik Pram. Lupa dengan mencuci muka, Dante meraih jaket kemudian langsung keluar dari kamarnya.
Ini masih cukup pagi, bahkan langit masih tampak gelap.
Dante menghampiri Jhona yang sudah berada di dalam mobil dengan mesin mobil yang sudah menyala.
Setelah Dante masuk dan memakai sabuk pengamannya, Jhona menjalankan mobil.
-
Jhona langsung menghubungi mamanya begitu mereka sampai di rumah sakit.
Dante mengikuti langkah Jhona, memasuki gedung rumah sakit. Langkah Jhona membawanya ke ruang tunggu pasien.
Tampak Erik yang menunduk dalam dengan tangan menumpu kepala, di sampingnya ada Alya yang sedang mengelus-ngelus punggung Erik, seolah berusaha menenangkan walaupun dia sendiri berwajah sembab.
Dante mencengkram barang yang ada di dalam kantong celananya. Yang dia dengar dari Jhona, operasinya akan dimulai satu jam lagi dari waktu yang sekarang.
"Pa," Dante memanggil papanya dengan suara pelan dan nada tercekat ragu.
Erik mengangkat wajahnya. Memperlihatkan senyuman tipis di wajahnya yang terlihat lelah dan masih nampak jelas jejak air mata.
Dante melipat kuat bibirnya. Dia meneguk ludah... kemudian perlahan membuka mulut.
"Pram pasti bisa lewatin ini," ucapnya kemudian setelah tadi memberikan jeda kosong beberapa detik.
Papanya mengangguk.
Erik kembali menunduk dengan tangan yang terangkat untuk mengusap sudut mata. Lalu suara tangisnya yang berusaha ditahan, terdengar samar.
Dante kemudian duduk di salah satu sofa.
Alya masih bisa berbicara, dibanding Erik yang sudah nampak kehilangan jiwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNK (Selesai)
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Pernah dengar tentang cerita seorang anak haram, anak hasil selingkuhan, atau anak yang tak diinginkan, yang dibenci, dicaci, diperlakukan seenaknya. Tapi dia hanya menerima saja, tetap bersikap baik walaupun...