Selama sekelas dengan Miki dan Alex, terhitung hanya sekali dua kali Dante pernah satu kelompok dengan mereka, itu pun bukan disengaja; jika mereka berada dalam satu kelompok berarti anggota kelompok ditentukan oleh guru secara acak; satu sama lain dari mereka tidak akan sudi berada di dalam satu kelompok secara sukarela. Tapi untuk kali ini, Miki dan Alex yang buru-buru menghampiri Dante untuk mengajak membuat kelompok. Sebelum jam istirahat, guru sejarah mereka memberikan tugas kelompok: pergi ke museum dan meneliti salah satu benda bersejarah yang ada di sana. Jumlah kelompok harusnya minimal empat orang atau lebih tidak apa-apa, tapi Miki melarang orang lain untuk masuk ke dalam kelompoknya yang sudah dia pantenkan hanya berisi dia, Alex, dan Dante--tiga orang--.
Pulang sekolah kemarin, mereka langsung mengunjungi museum, lalu besoknya Miki sendiri yang memutuskan untuk membuat makalah dan Power Point di rumah Dante.
-
Ini hari Sabtu, Dante menyiapkan beberapa jamuan di ruang tamu, sebelum Alex dan Miki datang. Tidak begitu buruk sekelompok dengan mereka, Miki cukup pintar dan Alex juga tidak begitu bodoh, masih bisa diandalkan.
Tingtong...
Dante melangkah menuju pintu rumah. Dengan santai menarik gagang pintunya.
No comment...
Miki dan Alex ternyata tidak datang berdua. Ada tiga temannya yang ikut--teman Pram juga--yang berbeda kelas dengan mereka. Sampai saat ini Dante tidak hapal nama mereka, tidak terlalu penting juga.
Kelima orang itu menampilkan senyuman lebar, terutama Miki dan Alex: anggota kelompoknya yang datang membawa rakyat lain.
"Masuk," ucap Dante setelah menghela napas pelan. Mau tak mau membuka pintu lebar untuk mereka semua.
"Nyokap lo mana? Kita bawa kue, nih. Malu tiap ke sini di jamu mulu, tapi gak pernah bawa apa-apa."
Dante melirik Miki yang memang mambawa kantong kertas berlambang toko kue.
"Bentar, gue panggilin dulu."
Dante meninggalkan mereka di ruang tamu untuk memanggil Alya yang sepertinya sedang ada di kebun kecilnya di halaman belakang.
Alya datang. Mereka berlima langsung bangkit dari duduknya lalu mengulurkan tangan untuk bersalaman.
"Gak usah repot-repot bawa-bawaan segala. Pramnya lagi check up dulu sama papanya, tapi gak akan lama, kok, bentar lagi juga pulang biasanya."
Alya menerima kue yang diberikan Miki.
"Gak apa-apa, Tante. Kita mau sekalian kerja kelompok, kok, di sini."
"Oh, gitu, yaudah, mau pada minum apa?"
"Air putih aja, Tante, gak usah repot-repot."
Seperti biasa: Miki yang jadi juru bicara, yang lain hanya jadi tim angguk dan tim nyengir lebar.
"Sama jus jeruk, ya? Nanti Tante minta Bibi anterin. Yaudah, dimulai kerja kelompoknya, jangan kebanyakan mainnya kalo niatnya kerja kelompok."
"Iya, Tante."
"Makasih, ya, ini kuenya. Besok-besok gak perlu bawa apa-apa. Gak usah repot-repot."
Kelimanya nyengir. Kemudian Alya pamit pergi, masuk ke dalam.
Dante muncul dengan Macbook dan beberapa buku di tangannya.
"Lo sama Alex Power Point, gue makalah," kata Dante, mengingatkan kembali tugas yang sudah mereka bagi lewat chat singkat semalam di grup kelompok yang dibuat secara dadakan oleh Miki.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNK (Selesai)
Ficción General**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Pernah dengar tentang cerita seorang anak haram, anak hasil selingkuhan, atau anak yang tak diinginkan, yang dibenci, dicaci, diperlakukan seenaknya. Tapi dia hanya menerima saja, tetap bersikap baik walaupun...