PART 14

3.1K 488 49
                                    


Pram memandang Dante yang hampir mengeluarkan amukan di depan motornya. Matanya lalu melirik Pram dengan sorot tajam.

"Apa? Belom diganti ban motor lo? Bukan salah gue, napa gak lo bawa ke bengkel?!" sergah Pram dengan sengak.

"Argh!" Dante berteriak geram dan melangkah memasuki rumah kembali.

Pram tersenyum samar, menghampiri motornya. Belum sempat dia menyalakan mesin motor. Dante keluar dengan Jhona yang mengikuti di belakang.

"Coba lo liat, Bang. Robekan piso, kan?"

Jhona mengecek.

"Nih, orang pasti!" Dante menunjuk Pram.

"Apaan?" Pram mengerutkan kening.

"Nanti gue bawa ke bengkel lagi. Hari ini lo gue anter ke sekolah. Mungkin ada orang iseng. Besok-besok motor masukin garasi aja." Jhona melirik Pram. "Kemarin dia balik malem. Gue ada di teras pas dia balik," katanya.

Pram menahan senyum. Berhasil!

Dia kemudian menyalakan mesin motor, melajukannya tanpa pamitan pada dua bersaudara yang masih ada di teras itu.

-

"Pang--"

"Bentar, Mik. Gue lagi mikir."

"Lo bilang otak lo kalo dipake mikir suka pusing."

"Bentar doang."

Miki menatap aneh teman yang duduk di sebrang bangkunya itu, yang sedang menatap ke atas dengan mata yang tak berkedip.

"Pikun, budek, gila."

"Apa, Mik?" Pram menoleh.

Perasaan Miki ngomong pelan, biasanya Pram tidak mendengar.

"Kantin, gue laper. Si Alex pasti udah nungguin."

"Gak ke gedung kosong?"

"Bos Deki gak ngabarin ada makanan di sana. Gue laper, kantin dulu lah."

-

"Mik." Pram kembali ke meja tanpa membawa apa-apa.

Miki menoleh. Perasaan tadi orang itu sudah melangkah ke booth penjual makanan berbarengan dengan Miki, hanya berpisah arah; Miki memilih jajanan yang berbeda.

Ah, dari raut wajahnya, sepertinya Miki paham. "Tadi pagi gue udah ingetin lo bawa dompet, ya, Pang."

"Gue gak lupa, gue bawa, cuman ketinggalan di tas."

Miki menghela napas. Melirik Alex. "Lex, gue gak bawa duit lebih, ada di atas."

Alex mengeluarkan uang lima puluh ribu, memberikannya pada Pram. "Sekalian gue es teh," titahnya.

"Gue juga, ya, Pang," Miki ikutan.

"Ujung-ujungnya gue dibabuin," Pram menggumam seraya berbalik.

-

Mereka bertiga tengah menikmati makan siang di kantin yang ramai.

"Si Dante." Mata Miki melirik ke arah kanan, tempat Dante duduk dengan teman-temannya, lumayan jauh dari mereka. "Dari awal masuk, dia gedek banget sama gue sama Alex," ungkapnya, berbisik. Dulu Miki jarang ngomongin Dante, tapi semenjak kejadian cepu kemarin, dia jadi sering dan sudah berani menjulid.

Alex tertawa pelan. "Kita sengaja suka berisik di kelas."

"Dari awal, kita juga gedek banget sama dia. Ya, Lex? Tapi semenjak masuk geng Deki, anak kelas tiga sering peringatin gue sama Alex buat gak macem-macem sama tuh orang, orangnya cepu, abangnya serem. Gue juga paling ogah kalo tugas sekelompok sama dia, gak bisa becanda, galak."

PUNK (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang