Pram tahu Rey pasti mengetahui di mana Demon berada. Sejak sore kemarin dia mencoba mengirim pesan pada Rey. Sampai beberapa pesan; sengaja menyampah agar membuatnya jengah.Akhirnya Rey membalas. Tapi sepertinya orang itu masih menyimpan rasa marah pada Pram.
Ganggu!
Begitu bunyi balasan dari Rey, yang Pram tunggu-tunggu sejak tadi. Kemudian nomor Pram diblokir.
Tidak putus asa, Pram menghubungi Miki. Menanyakan alamat rumah Rey.
"Buat apa? Lo mau ke rumah Rey? Jangan deh, Pang. Dia masih marah sama lo."
"Ada yang harus gue omongin sama dia. Please, Mik. Biar semua beres aja. Gue harus minta maaf."
"Lo mau ke rumahnya? Kapan?"
"Nanti."
"Gue gak bisa nemenin."
"Gak apa, Mik."
Miki lalu memberitahukan alamat rumah Rey. Pram menuliskannya di selembar kertas.
Setelah telepon ditutup, Pram melihat jam di pojok layar handphone. Belum jam 8 malam. Harusnya Rey belum tidur. Pram kemudian beranjak. Mengambil jaket, juga kunci motor.
"Pram, mau ke mana?"
Pram mendecak pelan. Dia tidak berharap akan bertemu siapa pun di lantai bawah, tapi ternyata Alya masih ada di sana.
"Mau ngadem sebentar di luar, Tan," sahutnya, berbohong.
"Mending istirahat, Pram. Kamu pasti capek karena kejadian tadi siang."
"Di luar juga diem kok, Tan. Sama aja istirahat. Di kamar bosen."
"Yaudah, jangan lama-lama diem di luarnya. Mau Mama buatin minuman anget, gak?"
Pram menggeleng. "Gak usah, Tan. Aku keluar dulu, ya."
Alya mengangguk. "Jangan lama-lama," ucapnya, membiarkan Pram keluar. Karena Alya tidak akan bisa melarang Pram. Alya meneruskan langkah, mengantarkan secangkir teh hangat untuk Erik yang sedang berada di ruang kerjanya.
"Argh! Motor gue kan di sekolah." Pram baru teringat. Tidak ada satu pun motor di depan garasi. Motor dia dan Dante kan ditinggal di sekolah.
Mana dia lupa membawa dompet lagi. Jika harus masuk lagi, nanti kalau ketemu Erik bakal panjang urusan. Pram mengayunkan kaki, melanjutkan saja langkahnya. Jangan risau, ada M-Banking, dia bisa mengisi saldo untuk pembayaran pemesanan kendaraan online sejauh apa pun tujuan.
-
Sekitar 30 menit perjalanan menuju alamat rumah Rey, yang diberikan Miki. Pram turun di depan deretan rumah di sebuah perumahan Cluster. Rumah Rey nomor 15.
Pram menekan bel di samping pintu.
"Siapa, ya?" Seorang perempuan cantik membuka pintu dan bertanya.
"Temennya Rey, Tan," sahut Pram diakhiri senyuman.
"Oh, temennya Rey. Sini masuk. Bentar Tante panggilin Rey-Nya dulu, ya."
Pram mengangguk, duduk di sofa ruang tamu.
"Rey, ambilin minum temennya."
"Iya, Ma."
Terdengar suara perempuan tadi dan disusul oleh suara khas milik Rey.
Rey menghampiri Pram dengan raut wajah datar. "Ngobrol di luar aja," katanya sembari berlalu melewati sofa tempat Pram duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNK (Selesai)
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Pernah dengar tentang cerita seorang anak haram, anak hasil selingkuhan, atau anak yang tak diinginkan, yang dibenci, dicaci, diperlakukan seenaknya. Tapi dia hanya menerima saja, tetap bersikap baik walaupun...