"Iya, Pa. Maaf. Ini Pram-Nya udah keluar dari kamar mandi. Mau ngomong?"
Mendengar namanya disebut, Pram yang baru saja mengayunkan kaki selangkah dari ambang pintu kamar mandi, menoleh... dan langsung masuk lagi ke dalam kamar mandi kemudian menutup pintu.
Dante menatap pintu yang baru saja ditutup lagi itu. Dalam hati memaki.
Setelah beberapa lama, Pram membuka pintu kamar mandi kembali. Dante sedang duduk di tepi kasur, menatapnya lurus.
Pram mengalihkan pandang. Keluar dari kamar mandi dengan celana boxer di atas paha dan jaket.
"Untung aja besok libur. Yang Papa marahin juga bakalan elo," kata Dante.
"Gue udah bilang tadi, balik. Lo yang bilang, nginep aja cari hotel," Pram memeragakan cara bicara Dante dengan gaya berlebihan.
"Gue mikirin elo. Elo udah meringis mulu dari tadi." Dante menatap kesal.
"Ya, kan, gue masih punya obat pereda nyeri."
"Lo makan aja tuh pereda nyeri semuanya. Bukannya mau mati?"
Pram mendengkus, melirik Dante. "Gue mau mati secara alamiah, bukan bunuh diri kayak gitu. Lo jangan bahas lagi, dong. Lupain ceritanya, tetep inget janjinya," ucapnya.
Dante beranjak, mengambil dompet dari dalam tas. "Ayok," ajaknya.
"Ke mana?" tanya Pram. Dia sedang berdiri di depan cermin, menyurai rambut.
"Cari distro atau apalah, beli baju sama celana. Gue lagi gak pake kolor."
"Yaudah, sempakan doang lo tidur."
Dante menatap datar. Aura Jhona-Nya keluar.
"Oke." Pram mengangguk, berbalik dari arah cermin. "Sekalian cari makan, ya. Gue laper," katanya.
"Gak usah makan. Kan, mau mati." Dante berucap sembari berjalan menuju pintu keluar.
Pram mendecih. "Gak asik banget cerita sama lo."
-
Mereka berangkat menggunakan motor Pram. Boncengan berdua dengan Dante sebagai supir.
Motor berhenti di parkiran sebuah mall. Mereka memasuki mall beriringan, tidak berdampingan. Dante di depan, Pram di belakang, berjalan dengan jarak satu meter.
Setelah mendapatkan pakaian masing-masing, keduanya mencari tempat makan. Dan keduanya makan dalam diam.
Selama di perjalanan, selama membeli pakaian, selama berjalan, tak ada yang memulai obrolan. Paling hanya pertanyaan-tanyaan singkat, seperti: udah?... Makan di mana?... Yok. Selain itu, tidak ada pembicaraan lain.
Selesai makan, mereka keluar dari mall. Kembali ke hotel. Di hotel, mereka sibuk sendiri-sendiri lalu tidur. Tidak ada interaksi lebih.
--
Tokk... Tok... Tok... Tok...
Dante terbangun karena suara ketukan pintu yang terus menerus. Sepasang matanya melirik Pram yang tampak tidak terusik sedikit pun. Pasti orang itu tidak mendengar.
Tok... Tok... Tok...
Dante melenguh kemudian turun dari tempat tidur yang terpisah dengan Pram.
Jangan berpikir mereka tidur satu ranjang. Tak mungkin mereka memilih kamar dengan satu ranjang!
Dante berjalan sempoyongan menuju pintu. Sebelum membukanya, dia melihat dulu siapa yang ada di luar... Jhona.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNK (Selesai)
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Pernah dengar tentang cerita seorang anak haram, anak hasil selingkuhan, atau anak yang tak diinginkan, yang dibenci, dicaci, diperlakukan seenaknya. Tapi dia hanya menerima saja, tetap bersikap baik walaupun...