PART 15

3.3K 477 29
                                    

Setelah memakan roti dan meminum obatnya, Pram keluar kamar. Kamar Dante terhalang satu kamar kosong dengan kamarnya. Pintu kamar itu terbuka. Terdengar suara Alya.

"Iya, Mas, gak tahu, gatel-gatel, bengkak, tapi Bibi gak masak udang kok. Mau aku bawa berobat aja nanti siang dianter Jhona."

Ow... Erik dilindungi Tuhan, sepertinya semalam dia tidak pulang. Setelah menguping sedikit, Pram melangkah menuruni tangga. Ruang makan tentu kosong, Pram melewatinya tanpa hambatan.

-

"Dante sakit, Bu." Suara itu menyahut guru yang sedang mengabsen siswa sebelum pelajaran dimulai.

"Woah, marah banget Demon." Miki berbisik, mencodongkan badan sekilas ke dekat Pram.

Pram hanya mendengar kata Demon. Miki yang selalu mengatainya budek, tidak salah sebenarnya, Pram kadang mengakuinya, tapi tetap saja dia selalu merasa kesal kalau udah dikatain sama Miki.

-

"Pake gak masuk lagi tuh anak!"

Miki melirik Pram. Benar, kan, Demon langsung marah begitu dia memberitahukan kalau Dante sakit.

Demon melanjutkan gerutuannya. Hanya ditanggapi oleh Rey, yang lain acuh.

"Pang, maaf dong saos. Pang... Pang."

"Pang!! Woi!!!"

Pram yang lagi makan sambil main handphone, baru menoleh, pada Miki yang baru saja berteriak.

"Bang Nunu manggil," kata Miki.

Pram beralih pada Nunu. "Kenapa, Bang?"

Padahal Nunu hanya terkekeh, tapi Miki emosi.

"Bang, beneran dah, bawa anak buah lo yang satu ini ke THT. Kupingnya gak tahu kemasukan apaan tuh. Capek banget gue kalo ngomong sama dia," Miki mengadu pada Deki.

"Gue denger," kilah Pram.

"Tadi kagak. Lo dipanggil Nunu gak nengok."

"Gue lagi fokus ke HP."

"Sini, Pang, gue tengok kuping lo." Alvi yang ada di samping Pram, menilik ke dalam lubang telinga Pram, diterangi dengan senter handphone. "Kepala godamnya STM 1 kali nih, masuk sini."

Pram menjauhkan kepala. "Gue denger."

"Kagak, lo budek!" Miki keukeuh.

"Coba gue tes." Alvi berbisik sangat pelan di dekat telinga Pram.

"Ya, lo kepelanan."

"Gue aja denger," seru Miki. "Lo pada denger, gak?"

Yang lain mengangguk dengan tawa.

"Bangsat lo, Mik. Iya, gue budek! Gak tahu kemasukan apaan nih kuping," akhirnya Pram mengakui karena merasa diserang.

Deki pun ikut terbahak. "Tar pulang, gue beneran anter lo ke THT, dah. Kuping lo kebanyakan berak kali, jadi taiknya mampet."

"Kagak, Bang. Kuping gue bersih, gak kerasa ada yang mampet."

"Keseringan disumpel AirPods kali kuping lo," Raka menimpali.

Sebagian berlanjut membahas kebudekkan Pram. Sebagian lagi sejak tadi membicarakan rencana untuk Dante, dengan Demon sebagai ketua pembicara.

-

Pram sampai di rumah saat matahari belum tenggelam, malah masih menggantung di langit dengan jelasnya. Dia mengantuk, di basecamp berisik, jadi memilih pulang.

Pram melangkah ke dalam rumah dengan kantuk yang tak tertahan, beruntung bisa mengendarai motor dengan selamat sampai rumah.

Mendengar suara langkah dari arah anak tangga atas, Pram mendongak. Melebarkan kembali mata yang hampir menutup. Ingin tertawa. Maaf. Bwahaha. Wajah Dante bengkak, matanya kayak habis nangis tujuh hari tujuh malam, bibirnya juga kayak habis suntik filler, dan jangan lupakan kulit yang jadi kemerah-merahan. Semuanya persis reaksi elergi yang pernah Pram alami.

PUNK (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang