Pukul 9 p.m, Pram turun ke lantai bawah, mengintip dari kaca jendela; apakah ada si penghuni teras?... Setelah memastikan ada, Pram membuka pintu.
Jhona duduk di tempat biasa, dengan kepulan asap rokoknya.
Pram keluar, duduk di salah satu kursi yang kosong. Tangannya kemudian terulur mengambil bungkus rokok milik Jhona. Menarik sebatang lalu menyulutnya dengan pematik api yang ada di atas meja.
"Lagi stress, ya, lo?" Jhona bertanya dengan santai. Dia membiarkan Pram mengambil rokok miliknya, tanpa izin.
Pram melirik.
"Biasanya kalo yang bukan perokok aktif, dia ngerokok pas lagi stress doang," jelas Jhona.
"Sok tahu banget lo." Pram berucap sembari melengos.
"Eh iya, fakta itu."
Pram tidak menanggapi lagi.
"Lo kalo lagi sakit kepala itu sakitnya kek gimana, sih? Gue penasaran, keknya sakit banget. Itu emang iya sakit banget atau lo-nya aja yang lebay?"
Pram menoleh. "Biar lo tahu rasanya, gue izin jedotin kepala lo ke tembok, boleh?" izinnya.
"Ya, jangan lah, gue nanya doang gimana rasanya, bukan mau ngerasain rasanya gimana," sergah Jhona.
Pram mendecih.
"Semenjak gue memutuskan buat nerima lo, gue jadi sabar banget lho orangnya."
"Gak peduli," tanggap Pram singkat.
Jhona menatap Pram dari samping. Mengembangkan senyum penuh.
"Nah, sabar banget gue."
Keduanya kemudian kembali memandang ke depan, dengan kepulan asap masing-masing.
"Liburan enak kali, ya," Jhona bersuara lagi.
"Gue gak tertarik."
"Siapa juga yang mau ngajak lo."
Pram mengisap dalam rokoknya lalu menekan ujung rokok yang masih cukup panjang itu ke atas asbak.
"Mau ke mana lo?" tanya Jhona, mendongak, menatap Pram yang berdiri.
"Ngantuk gue," sahut Pram.
"Bocah SMA mau tidur nyebat dulu. Ketahuan Papa dimarahin lo."
"Tinggal gue bilang Jhona yang ngajarin."
"Dih, Papa juga tahu kali, lo mah udah bangor tanpa harus ada yang ngajarin. Lagian, semua juga tahu kalo gue adalah sosok kakak yang baik. Dante 18 tahun idup bareng gue baek-baek aja dia--"
Pintu terbuka, sosok Dante muncul tiba-tiba. Melangkah tanpa suara, duduk di kursi yang kosong. Dia mengambil sebatang rokok dari dalam bungkus yang ada di atas meja.
"Eh, mau ngapain lo, Dek?" tanya Jhona dengan mata melebar.
"Nyobain sekali, Bang."
"Gak ada, tar lo kecanduan, gak mau gue." Jhona merampas rokok yang ada di tangan Dante, juga mengambil bungkus rokoknya yang ada di atas meja.
"Nyobain doang gak pa-pa kali. Gue aja gak pernah sampe kecanduan. Kalo lagi mau aja, gue baru ngerokok. Rokok gak seenak itu."
Pram kembali duduk di kursinya tadi.
"Katanya lo ngantuk?" Jhona berkata sembari melirik Pram dengan kening mengkerut. "Ngapain duduk lagi?" tanyanya.
"Tar dulu. Gue mau liat dia pertama kali cobain rokok. Cowok kok gak pernah coba rokok." Pram mengambil sebatang rokok dari tangan Jhona; yang tadi Jhona rampas dari tangan Dante.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNK (Selesai)
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Pernah dengar tentang cerita seorang anak haram, anak hasil selingkuhan, atau anak yang tak diinginkan, yang dibenci, dicaci, diperlakukan seenaknya. Tapi dia hanya menerima saja, tetap bersikap baik walaupun...