"Mik, lo liat Pang ke mana, gak?"
Miki terlihat sedikit kaget saat Dante menghampiri. Dia sedang asik mengobrol berdua dengan Alex. Lalu Miki menengok ke bangku Pram.
"Masuk emang dia? Dari dateng gue gak liat," sahutnya.
"Lo yang serumah, nanya ke kita. Berantem ya, lo berdua? Lagian, lo berdua itu gak satu frekuensi. Aneh banget si Pang mau-maunya--"
Dante pergi meninggalkan Alex yang belum selesai berceloteh. Tas Pram ada, berarti dia masuk. Ke mana anak itu? Dante tidak bertemu dengannya di rumah. Tadi Pram sudah berangkat duluan saat Dante turun ke lantai bawah.
Dante keluar dari kelas. Hendak melangkah di koridor. Helaan napas panjangnya keluar saat melihat sosok yang dia cari--yang dia cari tanpa alasan, entah kenapa juga dia jadi mencari--. Di ujung koridor tampak Pram yang berjalan lurus dengan santai. Tangannya memegang cup plastik minuman.
Pram melewati Dante begitu saja. Masuk ke dalam kelas seakan tidak melihat Dante.
Dante menghela napas kembali. Sepertinya orang itu sedang marah. Lalu Dante mengikuti masuk ke dalam kelas.
"Pang! Lo dicariin," Miki berteriak.
Pram menaikkan alis. "Cariin sapa?"
"Noh." Bibir Miki dimajukan menunjuk orang di belakang Pram.
Pram mendecak tanpa menoleh. "Gak penting banget informasi lo, Mik," katanya.
Miki tertawa mengejek dengan pandangan tertuju pada Dante.
Pram melangkah ke mejanya. Duduk di bangkunya.
"Apa?" tanyanya pada Dante yang duduk di bangkunya sendiri--di depan Pram. Dia sedang menatap Pram.
Dante mengulum bibir. "Lo inget janji lo, kan?" tanyanya dengan suara cukup pelan.
Pram menyedot teh dalam cup beningnya.
"Lo aja gak inget sama janji lo," sahutnya sembari menggulirkan bola mata.
Dante mengembuskan napas lega. "Gue kira lo lupa."
Ujung mata Pram bergerak meliriknya.
"Ya, lo, kan sering lupaan," ucap Dante dengan cepat.
Bel masuk berbunyi.
Dante berbalik, menghadap ke depan.
Pram mendecih.
-
Seperti saat pagi tadi, di jam istirahat Pram juga memilih menghabiskan waktu kosongnya di sekolah dengan nongkrong di sebuah toko depan gerbang sekolah. Dia lagi males sama Dante. Lagi ambek.
Pram duduk sendiri di bangku melingkar. Dia tidak ikut bergabung bertingkah sok akrab dengan siswa lain yang juga sedang nongkrong di sana. Pram lebih memilih duduk sendiri. Hanya duduk; tidak bermain handphone, tidak juga sok menyibukkan diri. Mulutnya mengunyah snack dengan pandangan mata lurus ke depan; tidak fokus memandang apa pun, Pram hanya memandang ke depan.
"Sendirian aja lo."
"Ck, ngagetin gue aja lo, Vi." Pram melirik ke samping.
Alvi terkekeh, duduk di dekat Pram. "Bengong aja lo. Sendirian lagi. Sodara lo mana?"
"Mana gue tahu."
"Napa? Lagi marahan lo berdua? Dah lah, balik nongkrong ma kita lagi, yok, Pang," ajak Alvi.
Pram mengedikan bahu. "Udah males gue," katanya.
"Sombong banget lu. Ke Miki sama Alex aja katanya lo jadi sombong sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNK (Selesai)
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Pernah dengar tentang cerita seorang anak haram, anak hasil selingkuhan, atau anak yang tak diinginkan, yang dibenci, dicaci, diperlakukan seenaknya. Tapi dia hanya menerima saja, tetap bersikap baik walaupun...