MCG ~ 29

31 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading 🤗

🌼🌼🌼

Sebelum matahari menampakkan sinarnya, Rey segera menuju rumah Kinan. Pagi ini mereka akan ke Jakarta lebih tepatnya makam mendiang Mami Kinan.

Keadaan rumah masih sepi, sepertinya penghuni nya masih betah berada di dalam kamar masing-masing jadi Rey tidak perlu di serbu berbagai pertanyaan.

"Hmm ...."

Rey berjengit, suara deheman tersebut menghentikan langkahnya lalu berbalik melihat siapa pemilik suara.

"Lo ya ngagetin gue aja."

Rasti menyengir. "Ya maaf. Mau kemana sih sepagi ini?" tanya Rasti penasaran. "Udah rapi pun."

"Gue ada urusan. Jangan bilang sama yang lain!"

"Siap! Asal —"

"Gampang. Lo mau apa?"

"Ikan bakar kak Kinan." Rasti tersenyum seraya memainkan alisnya.

"Itu doang?"

Rasti mengangguk. "Sekalian kak Kinan nya bawa ke sini."

Rey menghela napas, jika Mama nya baik pada Kinan bisa saja dia membawa gadis itu sesering mungkin ke rumahnya tapi Mama selalu ketus pada Kinan.

"Iya udah gue pergi yaaa !"

"Take care !"

Rey menyalakan musik menemani perjalanan nya pagi ini, sesekali Rey ikut bernyanyi. Rey mengulas senyum tipis kalau menggunakan mobil dia dan Kinan sering bernyanyi bersama. Rey tidak ingin Kinan pergi dari hidupnya, sebisa mungkin dia akan menahan Kinan agar tetap di sisinya.

Rey menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi ketika lampu berubah merah. Rey menyesal telah terikat perjanjian konyol kedua temannya, jika Galih tahu tentu saja dia akan menggunakan kesempatan itu untuk mendekati Kinan. Dan tentu saja Galih akan marah padanya.

"Huhh ...." Rey berusaha mengeluarkan isi kepala yang mengganggu. Tidak ingin ambil pusing yang terpenting dia akan menikmati dulu masa-masa bersama Kinan.

Rey tiba di rumah Kinan, hanya butuh sekitar lima belas menit karena rumah mereka masih satu kecamatan tapi Rey tinggal di jajaran perumahan elite. Rey menyunggingkan senyum, melihat Kinan membuat suasana hatinya yang tadi kacau mulai membaik.

Kinan menyambutnya dengan senyuman yang selalu membuat Rey tenggelam dan tidak bisa untuk di lewatkan.

"Pagi ...."

"Pagi juga. Udah siap?"

Kinan mengangguk. "Mau sarapan dulu? Gue tahu lo pasti belum sarapan kan?" terka Kinan.

"Tahu aja. Boleh sih."

"Yuk kita makan di situ," tunjuk Kinan ke arah kursi rotan tersebut.

"Kin, tahu nggak sih gue deg-degan banget mau ketemu camer," ucap Rey memecah keheningan.

My Charming GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang